Assalamu'alaikum
[Ketika Kau Hadirkan Dia|Tujuh]
Happy Reading. ❤
***
Rayya tidak ada di kamar ketika Hara melangkah masuk. Perempuan itu lantas menoleh ke kanan dan kiri, merasa cemas, tetapi lalu dia mendengar suara keran di dalam kamar mandi. Dengan pelan, diketuk nya pintu dan wajah basah Rayya muncul. Gadis itu menatap Hara dengan bola matanya yang berwarna cokelat.
"Kamu masih pusing?" Hara menempelkan telapak tangan di dahi Rayya, hangat. Dia menarik tubuh gadis itu dan membawanya ke kasur. "Mba buatkan bubur kacang hijau, ya. Kamu nggak usah pesan GoFood."
Rayya menggeleng.
"Badan kamu hangat." Dengan telaten Hara membenarkan letak bantal dan meminta Rayya untuk tidur, lalu ditariknya selimut menutupi tubuh gadis berambut curly itu. "Mba akan siapkan sarapan dan obat untuk kamu." Telapak tangan Hara bergerak mengusap, menenangkan seperti seorang Ibu. Guratan raut di wajahnya benar-benar menunjukan bahwa dia khawatir.
"Aku nggak apa-apa." Senyum Rayya terlihat sendu. Gadis itu meraih telapak tangan Hara dan menggenggam dengan erat. "Terima kasih sudah peduli sama aku, Mba."
Hara mengangguk. "Mas Dzakki meminta kita untuk kembali ke Jakarta, Dik." Tatapannya terlihat sangat tulus. Sama sekali tidak ada sorot kebencian di bola matanya. "Aku nggak mau kita berangkat kalau kamu nggak enak badan."
"Tapi aku belum pamit sama Agni ... " Lirih suara Rayya saat mengucapkan itu, tenggorokannya terasa sakit dan kering. "Aku ... juga sebenarnya nggak mau kembali ke Jakarta, Mba." Dia menggeleng, dengan tatapan memohon. "Aku takut Agam datang mencariku," sambungnya.
"Ada bodyguard yang bakal jagain kamu di sana," kata Hara, dia meyakinkan Rayya dengan tatapannya.
Rayya menggeleng. "Aku takut," katanya.
"Kamu boleh tinggal di rumah Mba kalau mau," tawar Hara akhirnya.
Rayya pun mengangguk pelan. Membuat senyuman di bibir Hara mengembang, perempuan itu mengembuskan napas. Dengan sorot bola mata yang lembut, jemari lentik Hara mengusap punggung Rayya. Dia membenarkan letak selimut dan berbalik meninggalkan Rayya. Meninggalkan gadis dengan pipi seputih tisu yang kini terisak pelan. Rayya meringkuk di dalam selimut, meresapi perasaan sakit yang menekan dadanya sampai terasa linu. Dia menangis, tetapi kini tanpa suara yang keluar. Dia menangis, sampai tubuhnya menggigil dan gemetar.
Mendengar bunyi pintu kembali terbuka, secepat mungkin Rayya mengapus airmata. Dia berbalik, melihat Hara yang melangkah dengan nampan berisi semangkuk bubur kacang hijau, segelas air putih dan obat. Rayya menarik napas, melepas perasaan sesak yang menekan dadanya. Dia bergerak bangkit dan duduk seraya melempar senyum kepada Hara yang menaruh nampan ke meja.
Apakah begini rasanya mempunyai seorang kakak? Apakah begini rasanya diperhatikan oleh seorang ibu?
Rayya merasa bahwa dirinya sangat tidak berharga sekarang. Bahkan mungkin, tidak ada orang yang mengharapkan kehadirannya. Untuk apa dia dibiarkan tetap hidup jika seperti ini? Apakah semesta senang melihat Rayya terluka?
"Kamu harus makan yang banyak, ya." Keberadaan Hara di depannya kini membuat hati Rayya sedikit menghangat, sebab setidaknya masih ada orang yang peduli terhadap nasib malangnya. Mungkin, barangkali dunia pun tidak menginginkannya. "Atau ... mau Mba suapin?" Ada lekuk manis di sudut bibir Hara, membuat hati Rayya seolah baru saja disiram air es.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Kau Hadirkan Dia
RomanceNamanya Hara Azzahra, perempuan cantik nan shalehah yang rela melepas tawaran bekerja keluar negeri saat melihat keseriusan seorang laki-laki. Sebab bagi Hara, kodrat seorang istri lebih baik di rumah. Laki-laki itu bernama Dzakki Asla Muyassar. Dia...