Dua Belas

1.4K 113 2
                                    

Assalamu'alaikum

[Ketika Kau Hadirkan Dia| Dua Belas]

Happy Reading. ❤

***

Rayya bergerak menyeduh teh hijau untuk Hara yang sibuk mencarikan buku di perpustakaan dalam rumah itu. Mereka saling canggung, entah kenapa. Rayya berusaha menetralkan ekspresi wajahnya sekarang. Dia tidak mau perempuan dalam balutan gamis itu mengira bahwa dirinya berpikir yang tidak-tidak saat melihatnya pulang dengang seorang laki-laki.

Sekarang Rayya menyendok gula dan menaruh ke dalam cangkir, diaduknya hingga larut. Gadis itu melangkah kembali menuju ruang duduk dan meletakkan cangkir berisi teh hijau di atas meja. "Mba Hara nggak mau salin baju dulu?" tawar Rayya dengan nada canggung. "Aku lagi nggak buru-buru, kok." Gadis itu menyunggingkan senyum di bibirnya.

Hara mengangguk singkat. "Aku lupa naruh buku itu di mana," katanya. Membenarkan kerudung dan balas tersenyum. "Aku nggak akan lama. Kamu bisa nunggu sambil menonton televisi kalau mau," sambungnya. Setelah itu dia pergi.

Sepeninggal Hara, gadis dengan rambut curly itu menatap sekeliling ruangan dan mendapati sebuah foto. Potret manis berbalut kenangan yang sakral. Ada seorang perempuan cantik dalam balutan kebaya putih, bersanding dengan seorang laki-laki berjas yang tampak gagah dan tampan. Mereka tampak serasi. Rayya melipat kedua depan dada seraya memandangi pasangan pasutri dalam foto berbingkai itu.

Dan  ... siapa laki-laki yang mengantar Mba Hara pulang tadi? Apakah mereka rekan kerja? Apakah Mas Dzakki mengizinkan istrinya pergi dengan seorang laki-laki seperti itu? Apakah Mba Hara sudah meminta izin?

Berbagai pertanyaan konyol yang tidak seharusnya tercetus dalam kepala seorang Rayya itu membuatnya berhasil meringis. Dia bukan siapa-siapa dalam rumah tangga mereka dan tidak seharusnya ingin tahu. Dengan helaan napas pelan, Rayya membalikkan tubuh dan melangkah menuju sofa. Menyandarkan tubuhnya di sana.

Seperti perkataannya saat berada di Bandung, Rayya ingin membaca banyak buku islami koleksi Mba Hara. Sekarang dia ingin membaca buku yang membahas khusus seorang wanita dalam islam. Bagaimana kedudukan seorang wanita? Apa peran seorang wanita? Dan bagaimana seharusnya seorang wanita muslimah bersikap?

"Kamu sudah makan belum?" Hara muncul dengan balutan piyama tidur yang longgar.

Rayya menoleh, tersentak sedikit. Dengan pelan dia menggeleng. "Belum," katanya.

"Kalau begitu Mba buatan makan malam dulu. Bagaimana?"

Dia perempuan baik. Tidak mungkin berselingkuh. Rayya berdebat dengan kata hatinya sendiri. Menatap penuh Hara yang mengulas senyum dengan manis ke arahnya. Akhirnya Rayya mengangguk. Perutnya memang keroncongan sekarang. Dia berusaha keras menghindari Sebastian tadi. Sebab, entah kenapa melihat pria itu dia menjadi teringat dengan Mas Dzakki. Apakah Sebastian memang pria yang baik?

Hara menyentuh bahu Rayya, membuat si empu menoleh. "Mau makan apa? Fettuccine Bolognese dengan irisan telur dadar bagaimana?" tawarnya. Dia mengerakkan tubuh, meminta Rayya untuk bangkit dari sofa.

"Boleh."

Sekarang mereka berjalan bersisian menuju dapur. Saat Hara sibuk memasak makanan, Rayya berinisiatif membuatkan jus melon. Padahal teh hijau tadi pun belum diminum oleh Hara. Sepertinya perempuan itu terlalu mempedulikan Rayya sampai lupa dengan dirinya sendiri. Seharusnya Hara menyempatkan diri untuk menyeruput teh dulu demi menghangatkan tubuh.  Sekarang Rayya menjadi tidak enak sebab sudah mengganggu waktu istirahat perempuan itu.

Ketika Kau Hadirkan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang