Assalamu'alaikum
[Ketika Kau Hadirkan Dia| Tiga Belas]
Jangan lupa untuk tekan bintang sebelum membaca, ya. Saya akan sangat menghargai apresiasi dari kalian.
Happy Reading. ❤
***
"Lo memangnya nggak baca Line dari gue?" Suara Sebastian kembali terdengar. "Lo lagi sibuk, ya? Kalau gitu maaf gue udah ganggu, Ray," sambungnya.
Rayya berdeham pelan. "Aku udah baca, kok," sahutnya. "Tapi aku nggak bisa makan malam sama kamu." Dengan penuh kehati-hatian Rayya mengatakan itu.
"Oh, oke." Sahutan dari Sebastian singkat saja.
Hening. Kecanggungan menyelimuti mereka. Rayya sendiri tidak tahu harus mengatakan apa. Sebagai dua orang asing yang baru kenal, tidak salah jika dia merasakan canggung. Kehadiran Sebastian sangat mendadak di dalam hidupnya. Jika memang pria itu adalah jawaban dari doa Rayya, apakah harus secepat itu?
"Kalau gitu gue tutup dulu teleponnya, ya." Suara Sebastian kembali memecahkan sunyi.
Rayya menggigit bibir, lalu mengangguk. Padahal dia tahu bahwa Sebastian tidak mungkin bisa melihat itu. "Iya," sahutnya. "Maaf jika aku tanpa sengaja sudah menyinggung perasaanmu. Aku tidak bermaksud." Dengan tulus Rayya kembali melanjutkan ucapannya.
"I'm fine," kata Sebastian. "Don't worry, Rayya." Setelah itu sambungan terputus.
Setelah mengembuskan napas pelan, Rayya memutuskan untuk membalikkan tubuh. Sekarang melangkah pelan masuk kembali ke dalam rumah. Mendapati Hara yang sudah menikmati makanan. Perempuan itu bahkan sudah hampir menghabiskan fettuccine bolognese di piringnya. Hara memandang Rayya yang kini menjatuhkan bokong ke kursi. Sementara Rayya sendiri mulai menarik piringnya untuk mendekat.
"Kamu makan saja, biar Mba carikan bukunya."
Hara pergi meninggalkan Rayya yang sekarang mulai makan. Gadis itu mengembuskan napas. Sungguh masakan Mba Hara sangat enak, tetapi entah kenapa rasanya dia menjadi tidak berselera. Namun, demi menghargai Mba Hara, Rayya tetap memakan masakan itu. Meskipun pikirannya sedang tidak sinkron sekarang. Belum lagi, dia sangat berharap Mas Dzakki cepat kembali ke Jakarta. Hanya dia satu-satunya laki-laki yang dapat Rayya percaya sekarang.
Rayya tahu itu konyol. Seharusnya yang merasa seperti itu adalah Mba Hara, bukan dirinya.
"Sudah selesai?"
Tersentak, Rayya menaruh sendoknya ke piring dan tersenyum ke arah Hara yang kini duduk di kursi dan memberikan sebuah buku kepadanya. "Masakan Mba Hara enak bangat," katanya jujur. Masakan itu memang enak, hanya saja pikiran Rayya sedang tidak baik-baik saja. "Ini bukunya, ya? Terima kasih, Mba." Dia mengulas senyum lagi.
"Sini biar Mba yang cuci piringnya."
Rayya ingin menolak, tetapi gerakan tangan Hara lebih cepat darinya. Sekarang perempuan itu sudah melangkah pergi menuju dapur dengan membawa piring kotor.
Setelah menyeruput jus, Rayya memutuskan untuk mulai membuka lembar buku. Melihat ilustrasi cantik dan isi yang menarik pada bab pertama. Dia akan menghabiskan isi buku ini nanti malam. Pasti menyenangkan membacanya di kasur sementara AC dia biarkan menyala. Rayya memasukkan buku ke dalam tas dan bergerak menyusul Hara yang tengah menaruh piring ke rak. Perempuan itu kini mencuci tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Kau Hadirkan Dia
RomantikNamanya Hara Azzahra, perempuan cantik nan shalehah yang rela melepas tawaran bekerja keluar negeri saat melihat keseriusan seorang laki-laki. Sebab bagi Hara, kodrat seorang istri lebih baik di rumah. Laki-laki itu bernama Dzakki Asla Muyassar. Dia...