Empat Puluh Tujuh

3.1K 152 20
                                    

Assalamu'alaikum.

[Ketika Kau Hadirkan Dia | Empat Puluh Tujuh]

Happy Reading. 💜

***

"Mau kemana kamu, Ra?"

Langkah Hara yang ingin masuk ke mobil milik seorang pria bernama Sebastian lantas terhenti. Mereka semua menoleh ke belakang, menemukan sang Ayah sudah menatap dengan penuh selidik.

"Tidakkah kamu dengar apa yang Ayah katakan?" Laki-laki paruh baya itu menatap penuh putrinya. "Jauhi si pengecut itu! Jangan pernah menemui dia lagi! Apakah kamu tidak dengar perkataan Ayah?!" Suara Ayah yang menggelegar membuat beberapa orang yang ada di parkiran menoleh.

"Ayah tapi Rayya bilang Mas Dzakki sakit dan sekarang sedang dirawat." Hara memasang wajah memohon. Meskipun begitu dia melangkah pelan mendekati laki-laki paruh baya yang menatapnya dengan penuh.

"Oh begitu," kata Ayah seraya menganggukkan kepala. "Sekarang, setelah si pengecut itu sakit, madunya tidak mau mengurusinya. Bagus! Biar saja dia menyesal telah menyia-nyiakan kamu. Ayo pulang sekarang." Ayah meraih pergelangan tangan Hara dengan segera.

"Ayah aku mohon," lirih Hara dengan bola mata yang mulai berair. "Aku ingin bertemu dengan Mas Dzakki, Yah. Bahkan meskipun untuk yang terakhir kali. Aku sangat ingin melihatnya."

"Om?" Rayya maju selangkah seraya menggigit bibir. "Ini semua salah saya. Sebenarnya Mas Dzakki menikahi saya karena terpaksa. Saya yang nekad mengancamnya. Dan karena dia merasa berhutang budi dengan Ayah saya, maka dia mau." Rayya mengembuskan napas, lalu menundukkan kepala. "Saya bahkan tidak tahu apakah bayi yang tengah saya kandung ini benar darah daging Mas Dzakki atau bukan."

"Saya tidak peduli!" gertak Ayah dengan penuh tekanan. "Apa pun alasan kamu sekarang, semua sudah terlambat. Saya dan keluarga sudah malu dan kecewa." Lalu laki-laki itu menatap Hara lagi. "Ayo, kita pulang sekarang. Kamu bisa dapatkan lelaki lain yang jauh lebih baik dari si pengecut itu!" katanya seraya menarik Hara pergi.

Rayya mundur ke belakang, berdiri di dekat Sebastian yang hanya bisa diam menyaksikan semuanya. Dia tidak berani ikut campur dalam urusan ini. Meskipun dia mencintai Rayya. Yang dia lakukan hanya bisa mengusap bahu Rayya dengan lembut. Berusaha menenangkan.

"Kita kembali ke RS sekarang, ya. Suami lo pasti sedang menunggu. Biar gue yang bayarin semua ini. Lo tunggu di mobil."

Pikiran Rayya tidak sinkron. Seolah manekin yang tengah berjalan, dia menghampiri mobil dengan pandangan kosong. Bagimana caranya agar Mas Dzakki bisa kembali dengan Mba Hara? Apa yang harus dia lakukan untuk bisa mempertemukan mereka kembali? Dan apakah masih ada peluang baginya untuk melepas Mas Dzakki demi Mba Hara? Mengapa sekarang rasanya sangat sulit. Oh, mengapa dia baru sadar bahwa semuanya salah sekarang?

"Papa, i need you  ... aku nggak kuat jalani hidup lagi. Setelah kepergianmu, semuanya terasa sangat sulit," lirihnya seraya menyandarkan tubuh ke belakang. Rayya lantas memejamkan kelopak mata, menikmati sesak yang semakin menekannya dengan begitu kuat.

Tidak lama kemudian, Sebastian muncul dengan wajah penuh kekhawatiran. "Rayya, are you okay?" tanyanya seraya memutar tubuh ke belakang karena perempuan itu memilih untuk duduk di sana. "Gue harap lo bisa lebih tenang. Rileks. Buang masalah yang menghantui pikiran lo sekarang, ya. Harus ingat kalau ada bayi di dalam perut lo. Dia akan ikut sedih saat ibunya sedih, Ra," sambungnya.

Rayya memutar wajah menatap Sebastian. " Setelah aku menghancurkan hidup suamiku sendiri, apakah aku masih bisa tenang?" tanyanya dengan bola mata yang penuh air. "Aku sekarang ikhlas jika Mas Dzakki kembali dengan Mba Hara, tetapi aku sadar bahwa semuanya sudah telat. Aku tidak bisa mengembalikan kepercayaan seseorang yang sudah hancur."

Ketika Kau Hadirkan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang