Sebelas

1.5K 120 0
                                    

Assalamu'alaikum
[Ketika Kau Hadirkan Dia| Sebelas]

Happy Reading. ❤

***


Dengan langkah tergesa, Rayya memutuskan untuk pergi ke toilet. Gadis itu lalu membasuh wajahnya dan memandang bayangan sendiri pada cermin. Sungguh rasanya hati Rayya sangat panas melihat Agam masih bisa tersenyum. Seharusnya pria itu berhenti bernapas sekarang. Kenapa Allah masih membiarkan pria itu tertawa bahagia? Mengapa tidak Allah lenyapkan saja pria seperti Agam?

Rayya mengembuskan napas berkali-kali. Berusaha melepaskan perasaan kesal di dalam dirinya. Ingin rasanya Rayya memukul cermin di hadapannya sekarang. Namun, yang dia lakukan malah mengembuskan napas sekali lagi dan bersandar pada dinding.

Suasana toilet sepi. Rayya memutuskan untuk tidak terlalu lama berdiam diri di sana. Setelah merapikan rambutnya yang sedikit berantakan, Rayya memutuskan untuk melangkah keluar dari bilik dan terkejut saat melihat seseorang yang tengah berdiri di sana.

"Kenapa?" Agam melipat kedua lengan di depan dada seraya menyandarkan tubuh ke dinding. "Lo kaget lihat gue ada di sini?" Sekarang pria itu melepaskan lipatan lengannya dan berdiri dengan tegak. "Gue nggak akan gigit, kok," sambungnya.

Sungguh Rayya sangat muak melihat pria itu. Namun, rasa trauma kembali menghampirinya. Suasana toilet yang sepi membuat nyali Rayya menciut. Menguapkan seluruh keinginan buas gadis itu yang sebelumnya ingin sekali mencakar wajah milik Agam.

"Cuma pegang aja boleh, kan?" Dengan santai Agam menyentuh bahu Rayya. Senyum sarkas segera terukir di bibirnya saat telapak tangannya ditepis dengan kuat. "Nggak usah sok suci. Gue udah tahu sifat lo, Ray! Gadis manja yang cuma bisa manfaatin orang lain. Menjadikan orang lain sebagai budak lo, Tuan Putri?"

Napas Rayya berhembus dengan tidak beraturan. Giginya bahkan bergemeletuk. Gadis itu menatap Agam dengan sorot penuh kebencian, sementara kedua telapak tangannya terkepal dengan kuat di sisi tubuh.

"Lo seharusnya sadar." Agam menyolek dagu Rayya, tersenyum remeh saat gadis di hadapannya melotot. "Sebenarnya Agni meninggal karena siapa? Bukannya lo yang ada di tempat kejadian?"

"Kamu itu laki-laki tidak bertanggungjawab!" Akhirnya Rayya memberanikan diri bersuara. Gadis itu terlihat keras mengumpulkan nyali untuk mengangkat wajah dan menantang Agam lewat bola matanya. "Sekarang, kamu bahkan masih bisa-bisanya memojokkan aku? Sebenarnya hati kamu itu terbuat dari apa? Batu?" sambungnya dengan telak.

"Agni bukan perempuan baik-baik." Agam terkekeh. "Dan lo ... seorang teman yang egois. Lo bahkan nggak tahu kalau sebenarnya Agni suka sama gue, kan?" Pria itu terkekeh lagi. Mengusap kepala Rayya dan memutari tubuh gadis di hadapannya dengan pandangan remeh. "Gue bahkan udah kehilangan banyak hal buat lo. Gue kehilangan waktu, materi dan tenaga. Bahkan gue juga hampir kehilangan pekerjaan. Apakah lo tahu Putri Rayya?"

Dengan keberanian yang semakin menipis, Rayya menahan napas saat Agam melangkah maju. Gadis itu memutuskan untuk mengambil satu langkah mundur. Meskipun begitu bola matanya masih menyorot dengan tajam. Seolah ingin menunjukkan bahwa dia sama sekali tidak takut. Padahal sekarang telapak tangannya pasti sudah sangat dingin. Rayya bahkan takut kakinya berubah menjadi gel sekarang.

"Lo bahkan nggak tahu kalau gue sakit ginjal, bukan?" Agam terus melangkah ke depan. Mengikis jarak di antara mereka sampai Rayya kesulitan untuk bernapas. "Seorang Rayya adalah gadis egois yang pernah gue kenal. You know?"

Kalimat Agam berhasil membuat Rayya terdiam. Namun, hanya persekian detik. Sebab setelah itu Rayya segera menampar pria tersebut karena Agam dengan beraninya mengusap permukaan wajah Rayya. Membuat tubuh gadis itu kaku. Sementara Agam sendiri terkekeh pelan, lalu mencengkram kedua bahu Rayya dan memajukan wajahnya. Spontan saja gadis itu berteriak dan tepat saat itu pula Agam ditarik ke belakang oleh seseorang.

Ketika Kau Hadirkan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang