Tiga Puluh Delapan

2.8K 144 50
                                    

Assalamu'alaikum

[Ketika Kau Hadirkan Dia| Tiga Puluh Delapan]

Happy Reading❤

***

Sejak dua puluh menit yang lalu, Dzakki hanya terduduk di sofa. Melamun. Rayya ada di samping laki-laki itu, tetapi enggan mengatakan apa pun. Hanya menatap suaminya yang sejak tadi diam dengan pandangan kosong.

"Mas?" panggil Rayya akhirnya. Meskipun diliputi oleh perasaan takut. "Are you oke?" Beranjak mendekati suaminya dan menyentuh pundak. "I'm sorry, Mas. Tapi tadi aku tespek dan hasilnya positif. Aku nggak mungkin diam aja saat mereka menyuruh kamu untuk menjauhiku."

Kepala Dzakki terangkat pelan. Balas menatap sang istri. "Sejak awal, saya punya firasat tidak baik tentang kematian Pak Muntaz. Beliau begitu sinis terhadap Agam serta kamu yang keras kepala. Mengapa tidak pernah mendengarkan perkataan ayahmu, Ray?" Sorot mata laki-laki itu sulit untuk diartikan. "Dan sekarang  ... apakah benar bayi yang dikandungmu adalah anak saya? Apakah benar saya ayahnya?"

"Apa maksud kamu, Mas?" Rayya menatap Dzakki dengan tidak percaya. "Kamu pikir saya ini wanita yang seperti apa? Saya wanita baik-baik!" ucapnya dengan nada ditekan.

"Agam pernah melecehkanmu." Dzakki menaikkan bahu sambil lalu. "Apakah kamu ingat?" Dia menatap Rayya dengan pandangan penuh.

Rayya menggertakkan gigi. "Dan apakah Mas lupa dengan apa yang telah Mas lakukan terhadap aku malam itu?!" Emosinya meluap mendadak. "Kita bahkan sudah menikah. Mas sudah menyentuh aku. Dan sekarang  Mas tidak mau bertanggung jawab?" Dia terkekeh pelan. "Ternyata ayahku salah menilai Mas selama ini," sambungnya.

"Selama ini saya selalu merasa berhutang budi dengan ayahmu. Beliau yang telah membiayai saya sejak di Jakarta." Dzakki mengembuskan napas, memejamkan kelopak mata. "Beliau yang telah memungut anak yatim-piatu ini sebagai anak angkatnya. Lalu ... ketika akhirnya kamu putri Pak Muntaz, mengalami hal serupa seperti saya, kamu pikir saya bisa diam saja?"

"Ayah mungkin seharusnya tidak pernah bertemu denganmu."

"Saya dan Hara sepakat akan mencarikanmu jodoh.  Tetapi kamu malah mengancam saya agar menikahimu."

"Dan sekarang semua salah aku? Iya, hah?!"

Dzakki mengepalkan kedua telapak tangan dengan keras. "Kamu nggak tahu sebesar apa rasa cinta saya kepada Hara. Saya bahkan mati-matian berjuang untuk mendapatkannya."

"Mas bisa mendapatkan Mba Hara karena bantuan ayahku, bukan?"

Mereka saling pandang, dengan sorot mata yang sulit untuk diartikan. Keduanya dipenuhi oleh emosi yang sedang meluap. Sampai akhirnya Dzakki mengembuskan napas dan memalingkan wajah. Laki-laki itu beranjak meninggalkan Rayya dengan langkah lebar-lebar.

***

"Hallo  ... Ra?"

"Rizkaaa!" Suara sahabatnya itu berhasil membuat hati Hara sedikit merasa lebih baik.

Di seberang sana, Rizka terkekeh pelan. "Kenapa? Kangen sama aku, ya?"

"Aku mau curhat."

Kalau sudah begitu, Rizka yang awalnya ingin bercanda langsung diam. Setelahnya, "It's oke, what happened?" tanyanya dengan suara yang sudah biasa lagi. "Gue akan siap dengarin semua keluh kesah lo, Ra. Asal lo tahu, sahabat lo ini adalah pendengar yang baik. Hm  ... cuma suami gue sih yang bilang begitu."

Ketika Kau Hadirkan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang