(Ending Yang Lain)
[Ketika Kau Hadirkan Dia | Bagian 3]Selamat membaca💜
***
Semenjak kehadiran Hara, kondisi Dzakki semakin membaik. Bahkan hari ini dia sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Setelah selesai merapikan semuanya, Hara membawa suaminya ke balkon rumah sakit.
Impiannya, memandang senja dengan orang tersayang kini menjadi kenyataan. Walaupun, lelaki itu terduduk di kursi roda karena masih lemas. Hara tetap merasa bahagia. Setidaknya, sekarang mereka akan kembali menjalani hari bersama. Cukup berdua.
Dia juga mendengar kabar bahwa surat gugatan cerai tengah diurus oleh Rayya. Perempuan itu akan pergi dari kehidupan mereka. Hara mengembuskan napas, dia berjongkok untuk memandang Dzakki yang juga menatap ke arahnya.
"Alhamdulillah, Mas, ayahku tidak lagi memaksaku untuk bercerai denganmu." Senyum di bibir Hara mengembang. Dia menatap suaminya dengan sungguh-sungguh. "Aku tahu kamu laki-laki yang baik, Mas. Aku tahu," katanya, lalu meraih telapak tangan suaminya dan menggenggamnya.
"Ra, kamu perempuan terkuat yang pernah saya kenal." Dzakki juga tersenyum. Kekaguman terlihat jelas di bola matanya. "Terima kasih sudah mau bertahan demi saya, Ra. Terima kasih."
Hara mengangguk berkali-kali, airmata sudah menetes ke pipinya. Segera telapak tangan Dzakki bergerak menghapus. Mereka saling pandang. Saling mencoba mengerti dan memahami bahwa semua yang sudah terjadi di dalam hidup memang skenario yang telah Allah SWT pilih untuk mereka.
Mencoba mengikhlaskan semua rasa sakit yang pernah datang. Mencoba menutup pelan-pelan luka yang pernah tergoreskan. Sekarang, mereka sudah kembali. Untuk sama-sama saling mengobati.
"Saya mencintaimu karena Allah, Ra." Suara Dzakki memecahkan sunyi yang terjadi. "Saat itu, ketika saya berjanji untuk menjagamu seumur hidup saya. Saya tidak hanya berikrar kepadamu dan orangtuamu, tetapi saya berikrar kepada Tuhan saya, Allah SWT." Wajah lelaki itu terlihat sangat serius. "Saya sudah berjanji kepada Tuhan saya untuk menjaga dan menyayangi ciptaannya. Jadi Ra, ketika saya tahu malam itu kamu terluka, saya sadar bahwa saya sudah mengingkari janji saya."
Hara hanya bisa diam, meresapi semua perkataan suaminya. Airmata terus mengalir ke pipinya. Dan telapak tangan suaminya berkali-kali menghapusnya. "Mas?" panggil Hara pelan. "Ada satu pertanyaan yang terus menghantui kepalaku. Bolehkan aku bertanya sekarang?"
Dzakki mengangguk, lalu kembali menghapus airmata yang mengalir di pipi istrinya.
"Apakah kamu pernah jatuh cinta kepada Rayya, Mas?"
Hening. Hanya tatapan mata mereka yang saling pandang. Namun, saat itu tatapan Hara penuh harap. Dia sungguh tidak ingin mendengar jawaban yang menyakitkan.
"Ra?"
"Mas? Aku hanya ingin tahu."
"Saya tidak pernah mencintai perempuan lain, Ra." Dzakki menangkup wajah Hara dengan pelan, penuh perasaan. "Tapi ... ketika ijab qabul itu terucap, maka dia menjadi tanggungjawab saya. Saya berusaha menyayangi dia sebagaimana semestinya."
Satu itu, satu tetes airmata kembali bergulir dari pelupuk Hara. Dia lantas mengangguk pelan.
"Tetapi tetap cuma kamu yang saya cintai, Ra. Satu-satunya."
Hara mengangguk lagi. "Iya, Mas. Terima kasih," katanya.
***
Satu bulan berlalu ....
Selesai salat Subuh, Dzakki memutuskan untuk melantunkan ayat suci Al-Quran, sedangkan Hara sudah keluar sejak tadi dari ruang salat. Mungkin istrinya itu tengah menyiapkan sarapan untuknya. Meskipun di rumah ada asisten rumah tangga, Hara selalu berusaha untuk menyiapkan sendiri keperluan Dzakki. Perempuan itu benar-benar istri idaman sekali.
Dan Dzakki merasa sangat beruntung. Dia juga merasa bersyukur karena akhirnya mereka kembali hidup bersama. Mereka bisa kembali menjalani rumah tangga berdua. Tentu tanpa kehadiran orang ketiga dalam hubungan mereka. Dan yang paling penting sekarang, tanpa ada air mata karena sakit hati yang keluar dari pelupuk Hara. Sekarang Dzakki harus berusaha keras agar selalu senyuman yang terukir di bibir perempuan itu. Agar tidak ada lagi rasa sakit yang tergores di hatinya.
Meskipun demikian, Dzakki masih tetap memperhatikan Rayya. Dia memang sudah menganggap perempuan itu seperti adik kandungnya sendiri. Sekarang Rayya tengah fokus dengan kuliahnya. Perusahaan milik ayahnya pun tetap berjalan dengan lancar. Seminggu sekali Rayya akan datang ke rumah mereka, untuk sekadar ikut kajian mingguan dengan Hara atau pun mengobrol. Dan yang paling penting, ayah mertuanya sudah kembali menerimanya seperti dulu.
"Mas, ada hal penting yang ingin aku bicarakan," kata Hara tiba-tiba. Saat itu Dzakki sudah selesai membaca Al-Quran. Sekarang mereka duduk berhadapan. Saling pandang. "Siapa orang yang paling kamu sayangi di dunia?" tanya Hara dengan seulas senyum kecil. Sebelah telapak tangannya tersembunyi di belakang.
Dzakki menaikkan alis. "Kamu, Ra," katanya. "Saya merasa bingung kenapa kamu perlu bertanya." Karena bagi Dzakki, tentu Hara adalah orang yang paling dia sayang di dunia. Hanya Hara.
Hara tersenyum kecil. "Itu dulu, Mas. Tetapi setelah ini tidak lagi. Bukan hanya aku orang yang paling kamu sayangi di dunia." Perempuan itu mengulas senyum.
"Apa maksudmu, Ra?" Dzakki masih tidak mengerti. Lelaki itu terlihat kebingungan.
"Aku ... hamil, Mas," kata Hara dengan senyum yang tidak bisa dia sembunyikan.
Hening. Saat itu, Dzakki menatap istrinya dengan bola mata melebar. Namun, sedetik kemudian dia meraih tubuh Hara, memeluknya dengan sangat erat. Mereka saling tersenyum ketika Hara kemudian mengeluarkan tes kehamilan dari yang sejak tadi disembunyikannya. Ada dua garis di sana. Terlihat sangat jelas. Sangat nyata.
"Ra, saya benar-benar sangat bahagia," kata Dzakki, lalu memeluk istrinya sekali lagi. Di dalam hati, dia tidak henti-hentinya mengucapkan syukur. "Terima kasih, Ra. Terima kasih karena sudah mau bertahan sejauh ini."
Dan Hara, yang masih berada di dalam pelukan suaminya, hanya bisa tersenyum. Sedangkan airmata terus mengalir ke pipi. Akhirnya apa yang mereka inginkan telah terwujud. Hara merasa bahwa dirinya sudah menjadi istri yang sempurna sekarang, sebab sudah berhasil menghadirkan keturunan untuk sang suami. Dia merasa sangat bersyukur.
Berkali-kali Dzakki mencium puncak kepala Hara. Dengan lembut dan penuh kasih sayang. Lelaki itu sekarang sadar bahwa skenario yang Allah SWT tulis memang tidak pernah salah. Dan Dzakki merasa sangat bersyukur. Sekarang, di dalam hati dia berjanji akan menjaga Hara dan buah hatinya sebaik mungkin. Dia berjanji akan menjadi sosok suami sekaligus ayah yang baik.
"Saya sayang kamu, Ra. Saya sayang kamu sampai kapan pun," kata Dzakki seraya mendekap Hara dengan sangat erat. Sedangkan istrinya, yang kini berada di dalam pelukan hanya bisa mengangguk.
Sementara itu, di belakang mereka, di balik jendela kaca yang terbuka, tampak lukisan warna di langit. Sunrise yang indah.
***
Bagaimana dengan ending yang ini?
Saya juga mau kasih tahu kalau Diary Hara (Sekuel Ketika Kau Hadirkan Dia) sudah update ya. Yang mau mampir boleh banget ditunggu.Big Love,
Novita🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Kau Hadirkan Dia
RomanceNamanya Hara Azzahra, perempuan cantik nan shalehah yang rela melepas tawaran bekerja keluar negeri saat melihat keseriusan seorang laki-laki. Sebab bagi Hara, kodrat seorang istri lebih baik di rumah. Laki-laki itu bernama Dzakki Asla Muyassar. Dia...