Dua Puluh Sembilan

2K 74 0
                                    

Assalamu'alaikum
[Ketika Kau Hadirkan Dia| Dua Puluh Sembilan]

Happy Reading. ❤

***

Kafe.

Sebastian duduk seorang diri, dengan earphone yang menyumpal telinga dan laptop yang berdiri di atas meja. Seorang waitress menaruh satu cangkir kopi untuknya dengan sepiring sandwich sayur. Berusaha untuk tetap fokus pada film action yang tengah ditontonnya sambil memakan sandwich.

Sebenarnya banyak hal yang tidak Sebastian mengerti. Seperti misalnya kenapa Kirana tidak suka kepada Rayya? Dan  ... siapakah Agam dalam hidup Rayya? Kenapa mereka berdua melakukan tindak kejahatan?

Dirinya baru saja patah hati, lalu Kirana berkata ada gadis cantik di kampus yang sepertinya masuk dalam tipenya. Namun, anehnya Kirana justru melarangnya untuk mendekatinya. Kenapa Kirana memberitahu bahwa Rayya itu tipe Sebastian, tetapi kemudian dia sendiri yang melarang Sebastian untuk mendekati Rayya?

Sejak insiden di toilet itu, Sebastian memang sudah tidak menyukai Agam. Mengapa Kirana bisa menyukai pria sekasar itu? Bahkan seharusnya jenis kelamin Agam harus dipertanyakan. Seorang laki-laki diciptakan untuk melindungi perempuan. Bukan malah sebaliknya. Dan Sebastian tersadar bahwa mungkin dirinya selama ini terlalu tulus, sampai hal itu menjadi peluang untuk masuknya orang ketiga dalam hubungannya dengan kekasih  dulu. Bahkan parahnya, temannya sendiri yang mengambil gadis itu.

Ah, lupakan. Sebastian bisa kehilangan selera sarapan jika mengingat hal semacam itu. Jika satu orang dalam hidup kita pergi, Sebastian yakin akan ada orang yang lain, yang mungkin lebih baik, akan datang ke dalam hidup kita. So, setiap luka pasti memiliki obatnya, bukan?

Dan itulah yang terjadi saat Sebastian pertama kali melihat Rayya. Gadis itu  ... berhasil membuat Sebastian amnesia akan masa lalunya. Jika saja Kirana dan Agam tidak mengacaukan semuanya, pasti sekarang hubungan Sebastian dan Rayya baik-baik saja.

"Halo  ... boleh gue duduk?" Sebuah tangan bergerak di hadapan wajah Sebastian, membuatnya melepaskan earphone dan melihat siapa orang yang berdiri di depannya. "Gue belum sarapan. Mau sarapan di rumah, tapi masih bete sama Bokap." Gadis itu melipat kedua lengan di depan dada. Bibirnya cemberut.

Sebastian kehilangan nafsu makan. "Lo bisa pergi dari sini sekarang?" tanyanya tanpa basi-basi.

"Lo masih belum maafin gue, Bas?" Iya, itu Kirana. Sekarang gadis itu menatap Sebastian dengan bola mata melotot. "Seberapa berharganya sih Rayya dalam hidup lo? Bahkan lo belum tahu seperti apa dia, kan?"

"Pergi!" Sebastian menaruh earphone ke meja.

"Bas?"

"Gue bilang pergi?!"

Beberapa pengunjung kafe menoleh ke arah mereka. Sebastian tampak mengerikan. Bola matanya menatap dengan begitu tajam, sampai Kirana rasanya menciut di kursinya. Gadis itu lalu menangis keras, membuat orang-orang semakin menatap mereka dengan penasaran.

"Aaaa, lo jahat bangat sama gue. Hu-huuu." Kirana berpura-pura terisak. Sebenarnya dia tahu bahwa Sebastian tidak akan berani menyakitinya. So, pria itu bahkan selalu mengangungkan prinsip bahwa pria yang berani membuat seorang perempuan menangis adalah banci. "Gue udah minta maaf sama lo. Kenapa masih nggak mau maafin? Gue harus apa sekarang? Cium kaki lo? Hu-huuu."

"Apaan sih lo drama bangat!"

Sebastian memutuskan untuk kembali memasang earphone ke telinga. Tidak peduli dengan Kirana. Pria itu mengiris sandwich dan menyuapnya ke mulut. Namun, kali ini dengan gerakan kasar. Sampai akhirnya salah seorang waitress datang ke meja mereka dan menepuk pundak Sebastian. Pria itu melepaskan earphone dan menatap si waitress dengan pandangan bertanya.

Ketika Kau Hadirkan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang