Dua

2.5K 233 16
                                    

Assalamu'alaikum.

Dari Usman bin Affan Radiyallahu 'Anhu, ia berkata, Rasulullah Salallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda, "Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya." (HR. Al Bukhari)


***

[Ketika Kau Hadirkan Dia| Dua]

Happy Reading❤

***

Di sebuah lorong rumah sakit yang sunyi, seorang gadis muda terduduk di kursi seorang diri. Pandangan matanya menerawang dengan kosong. Kalimat menyesakkan kembali terputar dalam kepala. Gadis itu memejamkan kelopak mata dengan kuat. Mengusir ombak yang berkecamuk hebat di dalam diri.

Terdengar langkah kaki mendekat, seorang pria dengan jaket hitam datang terburu-buru. Raut wajahnya terlihat khawatir. Saat kedua insan itu saling berhadapan, si gadis berdiri dan memeluk prianya dengan sangat erat. Menangis terisak. Seolah menemukan muara yang tepat untuk melepas sesak dan penat. Gadis itu berbagi ketakutan yang sejak tadi ditahannya kuat-kuat.

"Kamu kenapa, Ray?" Agam mengusap pipi gadisnya yang putih bak pualam. "Kamu benar-benar buat aku khawatir, sampai aku pergi dari pertandingan. " Sekarang dia menggenggam telapak tangan yang sudah sedingin teratai itu. "Ray ..," Agam menaikan dagu dengan tahi lalat di bagian kiri itu. "Kamu boleh cerita sekarang."

Tidak kunjung ada jawaban. Bibir gadis itu terlihat pucat. Agam memutuskan untuk membawa Rayya ke luar dari rumah sakit. Mereka masuk ke dalam kafe terdekat dan gadis itu dibiarkan untuk duduk di kursi. Agam memesan caramel machiato, minuman kesukaan gadisnya. Suasana kafe cukup tenang malam itu dan Agam bersyukur, sebab bising pasti hanya akan mengganggu perasaan gadisnya yang terlihat seolah ketakutan. Pandangan mata gadis itu kosong. Membuat Agam berpikir apa kemungkinan buruk yang baru terjadi.

Agam masih diam, membiarkan gadis itu mengaduk minumannya dengan pelan. Membiarkan Rayya menyeruput minuman yang dia harapkan akan membuat perasaan gadis itu sedikit membaik. Tidak menghiraukan ponsel yang berdering di dalam saku jaketnya berkali-kali. Agam bahkan sudah siap untuk menerima kosekuensi terburuk dari sikap lancangnya tadi. Rasanya dia sudah siap untuk melepas pekerjaan. Mengingat ada yang lebih baik untuk dia perjuangkan saat ini. Ada yang lebih besar timbal baliknya jika dia berhasil menjadi satu-satunya orang yang akan dipercaya oleh Rayya. Gadisnya ini sangat bergelimang harta.

"Rayya ...," Agam yakin suaranya sudah sangat pelan saat mengucapkan itu. Namun, entah kenapa gadisnya justru menoleh dengan ekspresi terjekut. "Sudah mau cerita sekarang?" Agam menaikan alis, lalu mengangkat tangan dan berkata pelan, "It's ok, kalau kamu belum mau cerita sekarang. Aku masih akan nunggu di sini." Dia melipat kedua lengan di depan dada.

"Gam ..," Suara Rayya terdengar begitu lirih. Telapak tangan gadis itu berhenti mengaduk minuman. "Dia ... dia hamil dan hampir bunuh diri," kata Rayya. Ada sorot sedih di bola matanya. Dia menghapus airmata yang bergulir ke pipi dengan cepat, lalu menarik napas.

Agam mengernyitkan alis. "Dia? Siapa, Bee?" Pria itu memajukan wajah.

"Agni ...," sahut Rayya.

Lipatan lengan Agam terlepas. Hampir tidak percaya oleh apa yang didengar oleh telinganya saat ini. Namun, pria itu menggeleng pelan. Tidak. Mungkin saja Agni juga pernah melakukan hal serupa dengan orang lain. Tidak mungkin bayi yang sekarang sedang bernapas dalam rahim Agni adalah benihnya. Mereka bahkan hanya satu kali melakukan hal tersebut. Saat itu Agam baru saja kalah dari pertandingan tinju. Dia meminum begitu banyak alkohol dan kehilangan kesadaran. Mereka bertemu secara tidak sengaja. Agam tidak pernah tahu kalau ternyata Agni bekerja di klub. Saat itu Agam hanya khilaf. Dia hanya kecewa dan marah, lalu melampiaskan hal tersebut dengan cara yang ternyata salah.

Ketika Kau Hadirkan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang