"Katakanlah sesuatu, aku akan berhenti berharap padamu:)"
Ini terasa aneh, karena ini pertama kalinya bagiku mengalami kejadian ini. Dia memegangku untuk pertama kalinya, maksudku ini pertama kalinya dia menyentuhku tanpa menyakitiku. Dia menyentuhku dengan penuh hasrat, penuh cinta. DIA MENYELAMATKANKU!
Green memegang erat lenganku, namun sentuhan ini tidak terasa menyakitkan dihatiku, aku sungguh merasakannya. Tubuhku terus membeku didepan Green, dilengkapi kepalaku saat ini terlalu mendongak keatas untuk memandang wajahnya, tubuhnya begitu tinggi bahkan tinggiku hampir sesikunya aku memang sangat pendek. Rambut dengan khas poninya membelah dua, saat dia menundukan kepalanya seluruh poninya berjatuhan kebawah hingga dibawah matanya.
Tak lama dia melepaskan genggamanya tanpa menatapku, namun tatapannya berada pada wanita didepannya yang tadi tak sengaja aku menyandung kakinya. Dia menatapnya dengan wajah datar namun kali ini suasananya seperti banyak api diwajahnya. Dia seperti memendam amarahnya namun wajahnya tetap datar, aku sungguh tidak tahu bagaimana menjelaskan ekspresinya yang selalu aneh.
Tubuhku berbalik menatap perempuan yang tak sengaja aku menyandung kakinya.
"Maafkan aku ka–" putusku.
"Untuk apa lo minta maaf? Dia yang sengaja buat lo jatuh!!" Saut dari seorang lelaki karena sudah terdengar dari suaranya.
Seraya dia berjalan menuju pada belakang tubuh Green. Kepalaku langsung berputar kebelakang melihat siapa dia.
Lagi-lagi dia adalah Rafi, Green hanya melirik untuk melihat siapa dia, setelah mengetahui siapa dia, pandangannya teralih lagi kedepan menatap segerombolan wanita tadi.
"Ma-maaf Green, gu-gua gak sengaja," mohon dari salah satu wanita pada satu circle itu dengan gagap dan takut pada Green.
Aku tidak tahu mengapa mereka takut, bahkan aku masih tidak tahu siapa yang sengaja membuatku terjatuh. Ya mungkin dia takut karena tatapan Green, sama saja. Aku juga takut padanya.
"Mending lo ke kamar mandi aja sana! Dandan yang bener, liat tuh liptint lo gak rata!" Tegas Rafi pada segerombol wanita tadi membuat seisi kantin tertawa. Segera wanita-wanita itu berjalan lain arah dengan wajah malu dan takut.
Mataku kini kembali teralih pada Green, tidak-tidak kali ini mataku jatuh pada tangannya, sepertinya dia memegang suatu kotak. Sedikit ku intip apa yang dipegang Green, mataku membulat pada benda yang dibawa Green ditangannya. Seketika bibirku tersenyum tipis melihat benda apa itu, tentu saja hatiku penuh dengan bunga beterbangan. Jantungku berdetak dengan kencang, tidak tau mengapa telapak tanganku sampai berkeringat.
Tentunya aku bahagia telah melihat ditangan Green adalah kotak bontot milikku yang aku beri tadi pagi.
Tanpa menatapku sedetik pun dia langsung berjalan menuju dalam kantin dan disusul dibelakangnya terdapat Rafi yang sedikit tersenyum dan mengangkat sebelah alisnya padaku membuatku mengerutkan dahiku. Dan pandanganku memandangnya layaknya aneh.
Pandanganku teralih lagi pada Green yang duduk disebelah lelaki tadi yang telah berdebat dengan Jessica tadi alias Bara. Green mulai membuka bontotnya, bibirku mulai membentuk senyuman indah namun sembunyi-sembunyi. Mataku terus melihat gerak-gerik Green.
Tak lama dia berdiri sambil membawa bontotku dahiku mulai mengerut curiga, lalu dia menawarkan isi bontotku pada semua temannya bahkan seseorang yang tak dia kenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
GREENSTA [END]
Teen Fiction"Aku memutuskan untuk mencintainya, jadi aku harus siap untuk menerima segenap luka yang akan ia ciptakan." -Grista Gabriel- "Lo udah gak cantik, gak punya akhlak dan kali ini lo udah gak suci dimata gua!" "Inget Gris! Gua akan buang lo setelah gua...