●
•
°AUTHOR POV
"Yakinkan aku, bisakah sesuatu yang sudah pergi bisa kembali lagi?"
-Green&Grista-
Seketika Kedua bola mata Grista semakin melekat setelah melihat apa yang berada didepannya saat ini, dada bidang Grista mengembang kempis, napasnya membara, tatapan sangat tajam dan bibirnya mengerut layaknya menahan amarahnya saat ini.
PPYAAARR!!
Suara pecahan terdengar kembali dan lagi-lagi karena ulah Grista yang saat ini menjatuhkan keramik WC yang sedari tadi ia pegang. Detik itu juga satu tangan Green langsung menarik keras tubuh Grista, berakhir mereka berhadap-hadapan.
"GRISS! APA YANG KAMU LAKUKAN! KAMU MAU NGAPAIN, HAH?!!"
Bentak Green dengan suaranya sedikit bergetar, petanda dia benar-benar mengkhawatirkan keadaan Grista yang lagi-lagi diluar nalar. Sekaligus kedua tangan Green menggoyang-goyangkan badan Grista agar kembali fokus. Namun pandangan Grista masih belum teralihkan pada pemandangan didepannya.
"Buka pintu itu," ucap Grista dari sekian kediamannya malam ini, dengan suara lemahnya diiringi kedua netranya berjalan perlahan menuju mata Green didepannya.
Kedua netra Green yang mendapat netra Grista yang sangat lemas dan penuh arti itu. Dengan segera kepala Green menoleh kebelakang dan menatap apa yang sudah ditunjuk oleh satu tangan Grista.
Sangat tepat! Detik dia melihat hal yang dimaksud Grista, dahi Green langsung mengernyit tak menyangka. Dimana saat ini pandangan Green mendapatkan, satu pintu yang tidak ada gagangannya, dan hanya terbuat dari kayu tipis. Bagaimana dia tidak heran? Saat dugaannya tentang dibalik kaca besar ini benar-benar terjadi.
Dugaan Grista sangat tidak penah meleset. Karena dari awal dia mendengarkan suara kedua kaca yang terdengar berbeda, dimana kaca yang ia ketuk terdengar seperti hampa dan tidak padat. Sedangkan kaca yang diketuk Jessica terdengar padat dan tidak hampa. Petanda bahwa dibalik kaca yang diketuk Grista adalah bukan tembok, melainkan ruangan hampa. Tetapi, karena dia tidak tahu cara membuka kaca itu, berakhir dia nekat melakukan hal gila yaitu dengan cara memecahkan kaca didepannya.
"Griss! Pelan-pelan! Biar aku aja, ya?"
Melihat Grista yang sudah tidak sabar, ia hampir menaiki wastafel didepannya untuk menggapai pintu ruangan itu, namun hal tersebut berhasil ditahan oleh Green. Jika tidak, telapak tangan Grista akan terluka. Karena disamping wastafel tersebut hampir terpenuhi dengan serpihan kaca tadi.
"Bryan dan Rafi jaga didaerah pintu depan, ingat! Kalau ada apa-apa, siapapun itu langsung telfon polisi, paham?!" Tegas Green pada mereka semua, hanya dibalas anggukan kepala tegas oleh mereka semua.
Dirasa Grista mulai percaya dengan Green. Ia langsung melaksanakan rencana awal yang sudah mereka rencanakan dipagi hari.
Bryan dan Rafi menyadari telah diberi tugas, akhirnya mereka ber-dua berjalan menuju daerah pintu masuk. Untuk menjaga keamanan mereka semua.
Tak lama dari itu, kedua netra Green menatap Jessica diseberang sana bersama Bara. Dengan cepat Green memberi kode mata pada Jessica untuk menemani dan menenangkan Grista untuk sementara ini.
"Griss? Kamu gakpapa?"
Dengan koneksi yang sangat cepat, Jessica langsung bisa memahami kode dari Green. Dan sesegera mungkin kedua kakinya melangkah menuju Grista dan memperhatikan keadaan Grista saat ini.
"Aku gakpapa, cuman kegores aja tadi," mendengar pertanyaan itu, Grista dengan cekat menjawab pertanyaan Jessica padanya.
"Lain kali jangan gitu yaa??" Suara Jessica menjadi me-imut untuk menghibur Grista.
KAMU SEDANG MEMBACA
GREENSTA [END]
Teen Fiction"Aku memutuskan untuk mencintainya, jadi aku harus siap untuk menerima segenap luka yang akan ia ciptakan." -Grista Gabriel- "Lo udah gak cantik, gak punya akhlak dan kali ini lo udah gak suci dimata gua!" "Inget Gris! Gua akan buang lo setelah gua...