Jangan lupa lagunya diputar👆
Happy reading🤍
"Bahkan aku ingin menyalin senyum dari wanita itu pada wajahku, yang telah berhasil kamu bahagiakan saat itu"
"Ga bisa cepet mba?" Ucap Green sedikit tegas, membuat jantungku berdenyut nyeri.
______________
Sekian lama aku menahan perih setiap aku melihat mereka berdua saling mengumbar senyum, walau Green disana hanya tersenyum tipis. Tapi aku tidak pernah membuatnya seperti itu, sedangkan wanita itu? Dia sudah mendapatkannya.
Selang beberapa menit, pesanan mereka sudah siap. Dengan berat hatiku, aku akan berusaha menguatkan hatiku. Napasku berhembus panjang, sebuah perawalan untuk menegarkan hatiku untuk mengantar pesanan ini pada mereka berdua.
Segera aku berjalan menuju meja mereka dengan membawa pesanan mereka diatas nampan. Kakiku begitu gemetar namun aku tetap menahannya. Kali ini aku yang mengantar pesanan ini pada mereka, karena di cafe ini masih sedikit akan pegawai, bahkan pelayan masih ada dua, mereka berdua sibuk mengantar makann di setiap meja di cafe ini yang berjumlah banyak, bahkan setiap meja saja sudah penuh akan orang. Dan pelayan lain juga sibuk mengantar makanan pada rumah seseorang yang memesan secara online.
Jadi aku lah yang mengantar makanan ini ke meja Green dan perempuan itu.
"Ini pesanannya kak," ucapku penuh arti bahwa aku sedang tidak baik-baik saja. Satu tanganku meletakan satu persatu pesanan yang mereka pesan, aku tujukan diatas meja mereka.
Sedikit mataku melirik, melihat mereka, yang satu tertawa yang satu lagi tersenyum tipis dan terlihat bahagia seperti tidak ada beban di hidup mereka.
Setelah semua pesanan mereka sudah lengkap diatas meja mereka. Tak lama badanku segera berbalik dan melangkah meninggalkan kenangan sekilas yang begitu menyayat hatiku.
Bahkan rasanya aku ingin segera kembali meninggalkan mereka disana yang sedang bersenang-senang. Tidak apa-apa mereka bersama dan saling menukar tawa, asal aku tidak melihatnya dan mendengarnya.
Biarkan, biarkan saja aku seperti ini, biarkan saja aku mengalah membiarkan dia bahagia. Memang, ini nyatanya, aku tidak bisa melarang hal yang bisa membuatnya bahagia. Asalkan dia bahagia. Asalkan dia tidak pergi meninggalkanku.
"Tunggu mbak,"
Baru dua langkah berlalu, kini langkah ku terhenti mendengar cegahan Green. Dengan raguku, badanku berbalik tegar ke hadapan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
GREENSTA [END]
Teen Fiction"Aku memutuskan untuk mencintainya, jadi aku harus siap untuk menerima segenap luka yang akan ia ciptakan." -Grista Gabriel- "Lo udah gak cantik, gak punya akhlak dan kali ini lo udah gak suci dimata gua!" "Inget Gris! Gua akan buang lo setelah gua...