STAY VOTE!!!
Happy reading ❤
"Dengarlah sesekali curahan hatiku, maka kamu akan merasakan betapa menyakitkan mendengarkan ucapan dari mulutmu."
"BENER EMANG KATA RIO! LO WANITA YANG MENGEMIS-NGEMIS CINTA! BAHKAN GAK KE GUA AJA! TAPI KE RAFI TEMEN SEKALIGUS SAHABAT GUA!! GAK SALAH GUA SEBUT LO WANITA GAMPANGAN!" Lanjutnya meneriaki ku.
Napasku berhenti begitu saja.
Benar-banar menyakitkan, jantungku terasa sangat nyeri, hatiku sudah tidak cukup untuk menampung sekian banyak kalimat menyakitkan dari mulutnya itu. Benar-benar hancur perasaanku, rasa ini. Tangisku semakin berderasan setelah mendengar itu.
BRAK!
Tubuhku tersentak terkejut, ketika pintu kamar kostku terbanting dengan keras petanda Green sudah keluar dari kamar kost ku.
"Aghh...aghh...agh.."
Seketika tangisku langsung pecah, satu tanganku membungkam keras mulutku. Aku tidak ingin orang-orang di kamar lain mendengarku menangis dengan keras. Aku juga takut jika pertengkaran kami terdengar sampai luar.
Hatiku terasa sudah hancur lebur, perasaan ini juga terasa pecah berantakan, aku tidak tahu harus apa dan bagaimana, bahkan perasaan ini sungguh tak karuan.
Telapak tanganku terus memukul-mukul keras dadaku yang terasa begitu sesak, bahkan aku sampai menggigit tanganku agar tangisku tidak pecah lagi.
Berjam-jam aku menangis tanpa henti, tanpa aku sadari sepertinya malam semakin larut, bahkan aku sudah merasakan lelah terus menerus melawan kesedihanku. Tubuhku tergeletak dilantai kamarku, aku tidak sanggup untuk beranjak tidur diranjangku. Hawa dingin yang menemaniku, menusuk-nusuk kulit tubuhku. Tak lama mataku langsung terpejam.
Semoga tidurku nyenyak.
__________
Sekian lama aku tertidur, akhirnya waktu membangunkanku hingga tubuh ini sudah kembali bugar, walau hati ini masih tidak karuan.
Kakiku terus mengayun menuju kantin bersama Bella yang menuntunku dengan sangat senang, aku tidak tahu ada apa dengannya.
Saat ini memang sudah istirahat pertama, seperti biasa setelah kami membeli sesutu di kantin, Bella selalu membawaku ke taman sekolah, yaitu depan sekolah dekat lapangan depan.
Tak lama kami sudah membawa masing-masing makanan ringan, minuman botol dan memakan nya perlahan-lahan sambil mataku memandang daun yang bergerak lamban mengikuti alunan angin, teringat dulu pertama kali Green menemuiku.
"Kenapa dahi kamu Gris?" Tanya Bella, sukses membuat lamunanku pecah. Dan satu tanganku reflek memegang dahiku yang terdapat hansaplas kecil menempel didahiku.
"Oh, i-ini, emm, kemarin dahiku kebentur dengan pintu, dipintu kamarku ada paku kecil yang belum dicabut," jelas bohongku pada Bella, lalu dijawab dengan anggukan paham olehnya.
"Ada apa kamu dengan kak Green?" Tanya itu langsung membuat jantungku berdetak terkejut. Aku langsung menatapnya tak percaya.
"A-apa maksud kamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
GREENSTA [END]
Teen Fiction"Aku memutuskan untuk mencintainya, jadi aku harus siap untuk menerima segenap luka yang akan ia ciptakan." -Grista Gabriel- "Lo udah gak cantik, gak punya akhlak dan kali ini lo udah gak suci dimata gua!" "Inget Gris! Gua akan buang lo setelah gua...