LANGSUNG AJA BACA!
LAGU DIATAS DI DENGERIN TERUSS YAA..
HAPPY READING...
GREEN POV
"Dunia ini sementara, begitu juga dengan penghuninya. Jangan terlalu menitipkan perasaan pada seseorang, karena jika mereka sudah pergi. Kita yang akan menderita dengan kebiasaan aneh yang tidak pernah kita rasakan sebelumnya."
-Green
Kepalaku menunduk total disaat pandanganku mendapatkan Grista menampakkan dirinya diujung gerbang sekolah, menatapku datar setelah aku dipermalukan oleh adikku sendiri. Jujur, aku sangat malu sekaligus sakit hati diperlakukan seperti itu dengan adikku sendiri.
Tanpa melihat reaksinya bagaimana, aku memutuskan lebih baik untuk pergi dari tatapan kasihan sekaligus tatapan tidak enak dari sekian banyaknya orang disekitarku. Bahkan sekilas pendengaranku menangkap kalimat dari bisikan-bisikan orang-orang disekitarku.
"Itu Kak Green yang dulu terkenal banget itu kan?"
"Sumpah adiknya memperlakukan dia kayak gitu?"
"Gak nyangka sih, kasian Kak Green ku yang ganteng..."
"Kalau aku jadi Victoria ya gak mungkin se-benci itu sama Kak Green yang gantengnya diluar batass"Semua kalimat bisikan itu berputar sekilas pada pikiranku, saat kakiku melangkah lebar dan sedikit cepat menuju sepeda motorku yang terpakir ditepi jalanan sekitar sekolah ini.
Kepalaku terus menunduk menyembunyikan rasa malu yang aku tahan sedari tadi, tapi sesuai dengan khasnya seorang Green. Wajahku saat ini tetap aku perlihatkan datar seolah-olah sedang tidak terjadi apa-apa. Padahal hatiku sudah ingin menonjok hebat sesuatu didepanku.
Jujur, aku merasa gagal dalam hal apapun. Tidak seharusnya aku tidak dilahirkan sebagai laki-laki. Karena sebenarnya aku tidak sekuat itu menahan semua kepedihan yang aku alami. Tapi aku dipaksa baik-baik saja dan selalu bermuka bisa saja untuk menutupi semua kebohongan diperasaanku.
****
Surya telah berlalu berulang kali menyaksikan pemandangan yang berbeda-beda. Aku datang menuju hari-hari yang sudah mulai membuat aku terbiasa untuk memilih pilihan yang aku pilih tiga bulan lalu. Tidak ada yang mengganggu selama tiga bulan ini, selain pikiranku sendiri yang menghasut setiap pikiran baikku.
Kini, tiga bulan berlalu dengan sangat cepat. Masa depanku sudah terpapar jelas dikedua mataku. Banyak lulusan SMA berbondong-bondong belajar dan sibuk mencari Universitas impian mereka. Termasuk aku dari sekian banyaknya lulusan SMA yang aku maksud.
Mobilku berlalu cepat seperti mengejar sesuatu yang sangat ingin segera aku pamerkan kepada isi duniaku. Bibirku terus mengulum senyuman tipis namun diperasaanku terasa sangat aman, bahagia dan nyaman. Sudah aku pastikan rasa diperasaan ini menyalur pada reaksi wajahku, walaupun senyumku hanya setipis tisu. Tapi tidak bisa dielak dengan gerakan mata dan raut wajahku yang sangat mendeskripsikan bahwa aku sedang bahagia saat ini.
Sekian banyaknya kendaraan berlalu melewati penglihatanku. Kini mataku menerima pemandangan rumah yang sangat megah, walaupun sudah dipagari oleh tembok yang mengelilingi rumah ini sebagai pembatas wilayah rumah dengan jalanan. Tapi rumah ini masih terlihat megah dibalik tembok yang berusaha menutupi kemegahannya, tentu semua itu kalah karena sangking tingginya bangunan rumah ini.
Bahkan tiang diteras rumah saja tingginya tidak terkira mengikuti tingginya rumah ini. Gerbang yang terbuat dari besi yang kuat, berada ditengah-tengah tembok yang mengelilingi rumah ini, itu berdiri kokoh dan semakin terlihat kemewahan dirumah ini jika dilihat dari seberang jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GREENSTA [END]
Teen Fiction"Aku memutuskan untuk mencintainya, jadi aku harus siap untuk menerima segenap luka yang akan ia ciptakan." -Grista Gabriel- "Lo udah gak cantik, gak punya akhlak dan kali ini lo udah gak suci dimata gua!" "Inget Gris! Gua akan buang lo setelah gua...