Seneng gakk aku UP cepettt...
Part ini bakal panjang kayaknya, so jangan bosan yaa❤
Dahlah gamau bacot
Next aja
Happy reading❤
Author POV
"Kekosongan ini seolah-olah akan membunuhku"
-Grista-
Kesunyian, kekosongan, air mata. Ketiga hal itu setia menemani raga Grista yang sudah bisa dikatakan sangat tidak sehat, ia tidak pernah makan teratur. Sarapannya setiap bangun tidur, hanya air mata dan kesesakan dada, tidak ada yang lain. Green ingin meninggalkan Grista agar Grista tidak terluka, tetapi kini semua nya berbalik. Kepergian Green semakin membuat Grista sengsara dan semakin terpuruk. Green tidak sengaja mengatakan bahwa dia ingin meninggalkan Grista, tapi maksudnya bukan meninggalkan dunia ini. Tetapi, kenapa tuhan langsung mengabulkan perkataan tak disangka itu?
Cinta yang ditakdir kan ternyata kini berakhir menyeramkan seperti ini. Grista sekuat tenaga, sangat ingin mempertahankan hubungannya dengan Green. Tetapi bukan karena ia tidak ingin sendiri, sekali lagi, dia begitu bukan karena ia takut akan kesendirian. Tapi, apa lagi selain cinta? Dia sangat mencintai Green, untuk apa dia takut sendiri, dia memiliki jessica dan bella. Jika saja Grista sudah muak dengan Green, dia pasti sudah membuang jauh-jauh dari hidupnya. Tapi semua itu hanya khayalan tak nyata bagi Grista. Nyatanya dia selalu mempertahankam hubungannya sebagaimana pun caranya.
Semua itu karena, ia percaya, semua nya telah hancur, hati, perasaan, hidup. Semuanya telah hancur, yang tersisah hanya 'kepercayaan'. Iyaa, Grista sangat percaya pada Green, Green pasti memiliki alasan dibalik semua sifat buruknya ini. Karena semua manusia ketika melakukan kebaikan atau pun kejelekan, semua itu ada sebab dan akibat. Grista hanya menunggu, menunggu dengan sabar, kapan hari itu muncul, hari dimana Green mengatakan semua alasannya. Dan dibalik semua adanya kepercayaan dan kesabaran untuk menunggu adalah 'cinta'.
Kali ini Grista berusaha bangkit dari ranjangnya, dengan mata yang sembab, ujung hidung berubah warna menjadi merah, sisa-sisa air mata masih terlihat disetiap sudut mata Grista. Penampilannya begitu sangat hancur, sangat tidak terawat.
Kakinya kini sudah berhenti didepan sofa yang sudah rusak, dengan membawa piring diatas kedua tangannya, yang pasti ada isinya. Segera ia mendudukan bokongnya pada sofa yang tidak ada empuk-empuknya.
Ia tetap menatap kosong didepannya, bersamaan dengan tangan kanannya yang memegang sendok, ia tancap-tancapkan dinasi. Ia begitu lemas, terlihat diwajahnya dia sangat tidak selera makan, tidak niat untuk makan. Ia hanya memainkan nasi dan lauknya yang diatas piring itu. Matanya tetap menatap kosong penuh luka didepannya.
Sesekali ia menancapkan satu sendok nasi dan sedikit lauk ke dalam mulutnya. Ia kunyah perlahan-lahan, detik itu juga, lagi-lagi bulir bening menemaninya saat makan.
Begitu menyesakan dada, sangat sakit, di hidung sudah terasa banyak cairan menggumpal. Membuatnya semakin sesak, tak lama ia menghembuskan napas kasar dari mulutnya. Detik itu juga dia langsung menderaskan air matanya. Kepingan demi kepingan kenangan akan Green terus menghantui kepalanya. Kenangan ini semakin mengikat raga lemas Grista. Kenapa menanggung perih dari cinta sesakit ini? Bahkan sakit fisik saja tidak ada bandingannya dengan sakit hati ini.
Kenangan semakin berkumpul, semua kenangan berbondong-bondong memasuki kepala Grista dengan paksa. Ingatan itu semakin membuat tangan Grista terus menyendoki makananya lalu memasukannya pada dalam mulutnya berkali-kali tanpa dikunyah, sampai pipinya melembung karena semakin banyaknya makanan didalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
GREENSTA [END]
Teen Fiction"Aku memutuskan untuk mencintainya, jadi aku harus siap untuk menerima segenap luka yang akan ia ciptakan." -Grista Gabriel- "Lo udah gak cantik, gak punya akhlak dan kali ini lo udah gak suci dimata gua!" "Inget Gris! Gua akan buang lo setelah gua...