Part 68| Numb

10 1 0
                                    

WAJIB DENGERIN LAGU DIATAS👆🏻

HAPPY READING🙇‍♀️

Prepare ur heart

AUTHOR POV.

"Jatuh cinta tidak pernah ada dalam rencana yang aku susun sebelumnya, sampai suatu hari aku baru menyadari bahwa aku terlalu mencintai orang ini."

-Grista Gabriel-

Sinar matahari senantiasa menembus dan menjemur samar perabotan rumah Green hingga pada meja makan mereka sudah terpenuhi dengan sarapan yang disediakan para pembantu dirumahnya.

"Grista, aku pamit berangkat kerja dulu," pamit Green, dia beranjak dari duduknya lalu pergi menuju Grista untuk mencium kening istrinya.

"Dari kemana saja kamu kemarin malam?" Tanya Grista membuka obrolan hangat, membuat langkah Green terhenti.

"Oh iya, aku lupa," Green berbalik badan lalu menghadap istrinya, "mau mengobrol dikamar dulu?" Tawarnya, lalu ia menarik pergelangan tangan Grista untuk menuju kamar mereka berdua.

Sesampainya didalam sana, mereka saling duduk berhadapan diatas sofa. Grista sudah memancarkan aura penuh pertanyaan pada suaminya-yang masih terdiam unutk merangkai sebuah kata-kata.

"Gris, maaf jika kali ini aku membuatmu sakit hati. Aku berusaha mengatakannya padamu," Green bersuara.

"Katakan," balas Grista datar.

"Sebelumnya aku meminta maaf padamu, kemarin malam aku langsung meninggalkanmu begitu saja. Karena ada perempuan menelfonku dan membutuhkan aku, aku tidak ada niatan lain selain ingin membantunya. Aku tidak ingin dia merasakan apa yang aku rasakan du-"

"Siapa?" Potong Grista tegas.

Green menatap kedua mata Grista yang sudah dipenuhi kekhawatiran dan tanda tanya besar. Tatapan tegas namun sendu itu ia ciptakan hanya untuk menenangkan istrinya. 

"Maafkan aku Grista, aku harus melakukan hal ini. Karena dia hanya memiliki aku, dan hanya aku yang dia kenal-"

"Siapa?"

Napas Green berhembus kasar, rasa bersalah pada dirinya langsung menyebar kemana-mana.

"Nadira," balas Green pasrah.

"Na-nadira Amanda?" Grista memastikan, dia terkejut tak main saat mendengar nama itu dari mulut Green. Didepan sana, ia hanya mengangguk merasa bersalah.

Ia merasa bersalah bukan karena dia menemui Nadira, tapi dia merasa bersalah karena dia kemarin langsung pergi meninggalkan istrinya sendirian tanpa berpamitan, hanya karena terpancing oleh ucapan perempuan itu.

"Nadira adik tirimu?" Jeda Grista, "ma-maksudku, Nadira adik kandung Bianca?" Lanjutnya masih tidak percaya.

Kepala Green mengangguk meyakinkan Grista, "maafkan aku, sayang. Dia kemarin kecelakaan tunggal. Orang tua angkatnya sudah lelah mengurusnya, jadi dia dirumah sakit sendirian, dia mengalami patah tulang pada tulang belakangnya. Dia tidak bisa bergerak bebas, sayang. Aku harus mengurusnya," ucap Green tegas.

"Di-dia adik Bianca, Green. Dia adik mantanmu... bagaimana bisa kamu masih berhubungan dengan keluarga mereka?"

"Gris, dia tidak memiliki siapa-siapa karena kita,"

GREENSTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang