HAPPY READING🥰🙇♀️
GREEN POV
"Mencintai tak harus memiliki. Kalimat yang paling indah dalam cinta adalah melangitkan nama-namanya di tangan Tuhan."
-Green.
Kenapa semuanya semakin menggila diotakku? Kenapa minat untuk memiliki perempuan lain tidak ada pada lubuk hatiku paling dalam? Sampai-sampai aku takut, apakah aku udah gak normal kayak Bryan?
Kenangan itu masih membekas diimajinasi aneh ini. Bahkan luka goresan bekas aku terjatuh di stasiun dua tahun lalu disaat aku mengejar kereta api yang membawa dia pergi itu masih aku abadikan menjadi bekas luka yang sengaja aku biarkan dipergelangan tanganku. Agar aku selalu mengingat kejadian di hari itu bahwa dihari-hari itu adalah hari dimana semua orang yang aku sayangi meninggalkanku. Kecuali Victoria.
Sudah dua tahun kakiku terus menyusuri masa-masa aneh dikampusku. Setiap pagi hingga siang aku selalu bahagia bersama teman-teman baruku di kampus, sore harinya aku mengurus kecil perusahaan papaku yang sedikit menurun dari banyaknya peminat. Dan malamnya merubahku menjadi Green sadboy part kesekian kalinya.
Aku penasaran, apakah rasa dia disana sama seperti rasaku yang berada diambang air seperti ini? Atau hanya aku saja yang merasakan hal ini? Terkadang aku berpikir bahwa Tuhan sangat tidak adil memberiku perasaan tentang dia yang sangat lama setelah kita berpisah, bahkan aku tidak terima jika disana dia sudah menemukan penggantiku atau pun dia sangat bahagia tanpaku disana.
Sedangkan hari-hari yang aku jalani disini sudah porak poranda. Semuanya semakin tak terkendali disaat jarum jam menunjukkan angka dua belas malam. Hanya kedua tanganku menjadi saksi bisu bibirku yang terus menerus menyebutnya di sepertiga malamku. Tidak ada kalimat terindah selain melangitkan namanya disetiap ibadahku.
Aku pikir mencintai seseorang karena Tuhannya itu merupakan hal yang mustahil. Tapi sekarang, aku merasakan semua kemustahilan yang aku kira.
Mencintai dia karena Tuhan adalah nikmat yang paling indah dan nyaman yang pernah aku rasakan.
Tanpa melewati hal-hal seperti ini, mungkin aku tidak akan bisa merasakan betapa lega dan nikmatnya setelah melangitkan namanya disaat perasaanku sedang gaduh tentang dia.
"Green?"
"Belum selesai ngelamunnya?"
Suara perempuan yang berasal dari sisi kiriku itu sontak membuat kepalaku tersentak terkejut. Detik itu juga dahiku mengernyit tak nyaman dengan kehadirannya.
"Ada tugas kelompok, lo mau kelompokan sama siapa?" Tanya perempuan berambut panjang dan sedikit pirang, dengan kaca mata minus menghiasi wajah Chinese nya. Dia memang memiliki keturunan Cina dan Indonesia. Disini sangat banyak anak Cina-Indo, Arab-Indo, Eropa-Indo (aku contohnya).
Tanpa mendengarkan jawabanku, ia langsung duduk disebelahku. Membuat kedua bola mataku berputar malas. Kenapa banyak orang sok asik sih dikelas ini? Nggak juga sih, niat dia bagus kok buat nawarin aku kelompok. Tapi sama aja! Suka banget dia ganggu aku lagi ngelamun!
"Ra, lo jangan coba-coba bangunin singa yang lagi ngelamun deh," tegur Arhan, temanku cowok yang paling dekat denganku.
Kehadiran Arhan selalu mengingatkanku pada Bara, tanpa kesadaran penuh terkadang sikap mereka berdua hampir sama. Tapi tampangnya mirip dengan Rafi, terkadang sikapnya juga hampir sama dengan Rafi. Arhan adalah manusia perpaduan antara Bara dan Rafi, tapi parasnya lebih mendekati Rafi.
KAMU SEDANG MEMBACA
GREENSTA [END]
Teen Fiction"Aku memutuskan untuk mencintainya, jadi aku harus siap untuk menerima segenap luka yang akan ia ciptakan." -Grista Gabriel- "Lo udah gak cantik, gak punya akhlak dan kali ini lo udah gak suci dimata gua!" "Inget Gris! Gua akan buang lo setelah gua...