Part 19| The frozen heart

183 65 63
                                    

Semakin aku cepatin nih up nyaa, semangat yang menunggu cerita ini!

Tetep dengerin yaa 👆

Happy reading

"Kamu dingin dan menyakitkan, tapi aku heran mengapa aku tidak bisa melepaskannya."

Bahkan sebenarnya aku tidak ingin berpikiran negatif, namun mengapa semua ini bertepatan? Tadi aku merasakan bubuk itu akan membunuhku, dan sekarang mengapa Green terluka parah seperti ini?!

Aku tidak tahu sekarang pukul berapa, disekitar sini sudah sunyi, sepertinya sudah jam sepuluh malam.

Segera kakiku dengan semangat berjalan cepat menuju lemariku, membukanya dan mengambil kotak P3K, Green saat ini memakai hoodie hitam, kepalanya yang terpakaikan oleh topi hoodie itu yang begitu besar, hingga yang terlihat hanya hidung sampai dagunya.

Siapa sebenarnya yang memperlakukan Green. seperti ini? Siapapun itu aku sangat membencinya. Andai aku tahu siapa dia, tidak akan ku ampuni dia. Sungguh hatiku sangat pilu melihat kekasihku babak belur seperti ini. Aku tahu hanya aku yang bisa membantunya, walau aku hanya sebatas pesuruh dihidupnya. Namun aku akan menerimanya, yang penting dia selamat dan sehat.

Ahlinya tanganku menyiapkan segala obat untuk luka Green, aku memberanikan diri untuk membuka topi hoodie Green. Oh tidak, aku sangat terkejut saat melihat wajah Green yang begitu rusak. Aku mencoba menahan ketakutanku, mata Green masih tertutup dengan dahi yang berkerutan, sepertinya dia memikirkan sesuatu.

"Sebentar," ucapku lembut dengan satu tanganku memegang rahang Green untuk segera aku obati. Saat itu pula mata Green langsung terbuka indah.

Kain kecil yang sudah terendam air dingin itu segera aku usapkan lembut pada luka Green agar bersih, disambung dengan alkohol aku usapkan pada lukanya dan seterusnya. Hingga akhirnya luka itu sudah tertutupi dengan plaster.

"Boleh kamu lepas hoodienya?" Tanya lembutku, hanya dibalas dengan tatapan sinis dan datar, sedikit jeda diantara tatapan kami, sekarang dia langsung membuka hoodienya.

"Ssshhh,,, bagaimana bisa seperti ini Green?" Bibirku meringis kesakitan ketika melihat kedua lengan Green begitu banyak darah yang sudah kering.

Apa dia tidak kedinginan? Dia hanya memakai kaos tipis berwarna putih, bahkan sangking tipisnya hingga menciptakan lekukan tubuh dalamnya terlihat walau sedikit samar

Karena panikku, tanganku langsung mengambil kain tadi dan membersihkan lengan Green, yang terlihat begitu kuat, kekar dan sangat putih. Ketika aku mengobati lengannya dan wajahnya, kulitku sangat merasakan kulit dia begitu dingin, aku heran, sebenarnya dia habis dari mana?

Usai mengobati luka-lukanya aku langsung berdiri untuk membersihkan obat-obat agar kamarku menjadi rapi lagi dan berniatan untuk memasakan sesuatu untuk Green. Tapi..

Entah apa yang aku rasakan kali ini, ketika aku berdiri membelakangi Green dan satu kakiku hendak akan melangkah meninggalkannya, tapi langkahku terhenti, saat satu tangan Green menarik pergelangan tanganku, sentuhannya kali ini berbeda dari sebelumnya, sekarang lebih lembut. Aku tidak tahu ada apa dengannya. Aku memutuskan kepalaku menoleh padanya.

"Tangan lo hangat," ucap Green dengan lembut sekaligus memegang satu tanganku dengan kedua tangannya. Wajahnya sangat menikmati kehangatan tanganku.

"Mau aku buatin minuman hangat?" Tanyaku dengan senyum singkatku.

"Gua hanya butuh tangan lo," ujarnya itu membuat jantungku mengembang indah seperti roti yang di oven. Untuk pertama kalinya dia berkata lembut dan manis seperti ini.

GREENSTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang