HAI HAII
MAAF BARU UP YAA
HAPPY READING🥰
Grista POV
"Kebencianmu adalah semangatku."
Grista-
Pemotongan rambutku ini aku anggap pemotongan kisah hidupku yang dulu sangat buruk dan akan aku rapikan menjadi hidup yang layak untuk diriku kedepannya.
Setelah ini tidak ada lagi cinta, tidak ada lagi hal yang membuatku tunduk. Kali ini aku akan terus menegakkan kepalaku hingga membuat mereka semua tunduk padaku.
Ini aku, Grista. Kini aku sudah berdiri dihadapan banyak makhluk Tuhan disini. Sinar matahari terus menerus menerpa wajah dan tubuhku. Tatapan demi tatapan aku terima dari mereka semua.
Hari sudah berlanjut, tentunya hariku juga berlanjut. Mataku terus menatap satu persatu seseorang yang menatapku dalam-dalam, aku tidak akan berhenti menatapnya sebelum ia menundukkan tatapannya untukku. Itu adalah diriku sekarang.
Kantin pada istirahat pertama memang seramai ini, tidak kaget. Di semua sekolah pun seperti ini. Aku tetap sendirian, oh salah. Aku yang merasa sendirian, tapi disekelilingku ada teman kelasku beberapa yang sudah ingin berteman denganku.
Tentu semuanya sudah berubah.
Cara berjalanku, cara berbicaraku, cara menatapku, cara makanku sudah aku ubah semuanya. Bahkan penampilanku pun sedikit aku rubah. Dengan tatanan rambutku yang setengah pendek dan panjang, karena hasil potongan rambutku kemarin.
Entahlah, ada masalah apa dengan mereka semua saat ini. Mereka menatapku seolah-olah ternyata aku masih hidup dan berdiri tegak dengan penampilan yang berbeda.
Apakah memang ada yang menyebarkan bahwa aku sudah tiada? Atau apa?
Kedua netraku terus menatap satu-satu mata mereka yang menatapku aneh, terkejut dan berbeda.
"Gris! Lo ngapain liatin mereka? Kayak gak ada kerjaan aja lo," bantah Indah yang duduk disebelahku sembari menyenggol sikuku dengan sikunya.
Aku membalasnya dengan senyuman sebelah bibir saja, "manusia syirik disini masih banyak aja!" Geramku sembari aku memakan makananku.
"Green!"
Panggilan nama itu membuat berhentinya gigiku mengunyah, mataku langsung menghadap kedepan. Hanya mataku saja, bukan kepalaku. Tidak lama dari itu, kedua mataku berputar malas dan aku tegakkan kepalaku sekaligus badanku.
Aku hanya ingin melihat, siapa si caper itu.
"Ck!" Decakku dengan wajahku aku paparkan dengan amat jijik melihat wanita itu.
"HAHAHAHAAHH NGAKAK ANJING LIAT WAJAH GRISTA!" Indah tertawa keras diiringi memukul pundakku.
"Hah?" Tanyaku sambil aku ikut tertawa singkat karena tawanya yang menular.
"Wajah lo mewakili gua banget sumpah. Lama-lama Bianca cuwaper pol. Gua yang cewek aja risih, apalagi Green ya!" Balas Indah sembari tertawa lagi.
"Mantan lo Gris! Gak ilfeel lo liat dia kayak gitu?" Celetuk Lia teman sebangku Indah. Sembari ia tersenyum sebelah bibir saja.
"Ngapain ilfeel. Greennya si biasa aja, yang berulah kan si jalang tuh!" Balas Indah sangat pedas. Aku hanya tersenyum senang sambil aku suapkan satu sendok makanan pada mulutku.
"Mending pergi aja daripada lihat aksi orang-orang itu," jawabku enteng.
Mereka berdua langsung setuju, kami berdiri dan berjalan pergi begitu saja meninggalkan kerumunan kantin ini. Yang sungguh tak penting untuk aku lihat pemandangannya. Mengapa banyak sekali wanita caper disini?
KAMU SEDANG MEMBACA
GREENSTA [END]
Подростковая литература"Aku memutuskan untuk mencintainya, jadi aku harus siap untuk menerima segenap luka yang akan ia ciptakan." -Grista Gabriel- "Lo udah gak cantik, gak punya akhlak dan kali ini lo udah gak suci dimata gua!" "Inget Gris! Gua akan buang lo setelah gua...