Part 47| This time

179 28 14
                                    

Penting banget buat didengerin!!☝🏻

Happy reading🥰

Grista POV

"Saat ini lah, waktu ini lah. Aku akan benar-benar melepaskanmu. Aku akan mencari dimana letak kebahgiaanku yang dulu tanpa ketergantungan kepadamu, aku akan mencari dimana letak kebahgiaanku yang dulu sebelum bertemu denganmu. Demi mempertahankan jiwaku agar tetap hidup, aku akan melawan sesuatu hal yang sangat tidak bisa aku lakukan saat ini 'kesendirian'. Sekarang air mataku sudah mengering, sudah saatnya aku berlari meninggalkan semua ini. Just for my self..."

-Grista

Bukankah seharusnya aku bangkit dari sini? bukankah seharusnya aku pergi meninggalkan kisahku yang tidak berguna ini? bahkan diriku pun tidak tahu akan akhir dari kisah ini. apa gunanya aku menetapkan takdirku pada dirinya? apa gunanya diriku menggantungkan takdirku kepadanya? sedangkan dirinya sendiri terlalu acuh terhadap hidupku. dia saja sulit untuk membahagiakan dirinya sendiri, bagaimana dia bisa membahagiakanku?

Terkadang kita membutuhkan kebahagiaan untuk membahagiakan orang lain.

Memang aku masih menginginkannya, aku masih mencintainya melebihi apapun, tapi apakah waktu memberikan aku masa untuk semua itu bersamanya?

Tidak.

***

"Rafi? Gak deng-"

Kalimatku terputus begitu saja ketika badanku membalik dan ingin melihat dia. Dan ternyata.

"Kamu??!" Kejutku sekaligus badanku langsung aku usahakan turun dari penghalang ini. Dengan perasaan yang sangat benci menatap dia yang sekarang didepanku.

"Iyaa, ini aku. Grista, tidak seharusnya kita seperti-"

"Enyahlah dariku Bryan!" Sahutku.

Aku langsung berlari meninggalkannya sendirian, dengan raut wajahku yang sudah menunjukkan bahwa aku sangat membenci kehadirannya.

Ada apa denganmu Grista? Kamu sendiri tadi yang berkata bahwa kamu ingin bangkit dari semua ini dan berusaha melupakannya. Tapi mengapa kamu masih membenci seseorang yang dulu melukainya?

DIAM!

Langkahku terus mengayun dengan cepat, aku berusaha meninggalkan neraka ini. Baru saja sepuluh detik yang lalu, aku melihat Green bersama Bianca yang sedang tertawa sembari suap-suapan di kantin. Bahkan Bara dan Daniel juga bahagia disana tertawa bersama Bianca. Entahlah Rafi kemana, dia tak terlihat saat itu.

Aku hanya melihat mereka dari sebelah mataku, lalu aku pergi begitu saja. Aku berusaha terlihat biasa saja. Walau sebenarnya jantungku saat ini terasa menggema terpaksa rasanya ingin meledak, detakku berdetak sangat buruk, dengan ditambahi rasa nyeri yang amat terasa sakit.

Cukup berbulan-bulan aku mengalami perih ini, bahkan bertahun-tahun. Aku ingin mengakhirinya. Aku benci disaat diriku menangis dan mengemis layaknya anjing yang selalu menurut dengan takdirku.

Aku sadar, selama ini aku bukan pasrah kepada Tuhan, melainkan aku memaksakan diriku untuk tidak peduli namun sebenarnya aku masih belum ikhlas melakukan hal tersebut.

GREENSTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang