PLAYY YA👆 HARUS DIPUTAR POKOKNYA
Prepare your heart...
Happy reading🤍
Grista POV
"Ternyata mencintaimu begitu amat rumit. Kali ini, Biarkan saja aku sendiri, waktu memintaku untuk beristirahat sejenak. Walau ini sangat sulit bagiku. Aku hanya berusaha untuk bertahan diri, mempertahankan dan memperkuatkan jiwaku agar tetap hidup menjalani sesuatu yang tak bisa aku lakukan dari dulu 'kesendirian'. Dan berusaha menahan diriku ketika sepintas kenangan kita terlewat begitu saja diotakku. Aku tetap mencintaimu, aku masih menganggapmu sebagai takdirku, hanya saja masa kita sekarang berbeda."
-Grista-
Satu tanganku membungkam keras mulutku ketika air mataku menderas, mataku sudah memerah, aku yakin. Detik itu dompetku langsung terjatuh diatas lantai.
Membuat aksi ciuman bibir Green dan Bianca terhenti. Mereka berdua langsung menghadap kebelakang menatapku datar.
Sungguh, aku tidak percaya apa yang telah aku lihat tadi. Dadaku begitu sesak, seharusnya aku tidak mengambil dompet ini dan berakhir menyakiti perasaanku lagi. Aku sudah letih untuk berusaha mengiklaskan dirinya. Tapi mengapa tiba-tiba hal seperti ini tiba pada pandangan pedihku?!
Bianca maupun Green berdiri dari duduknya. Mereka berdua menatapku datar, sedangkan aku berusaha memberhentikan tangisku yang awalnya sudah begitu bergemuruh. Lagi-lagi aku menahannya. Sesekali aku menyeka air mataku dengan keras.
Aku membalikkan badanku, berencana untuk melangkah pergi.
"Griss," panggil Bianca. Langkahku terhenti, badanku membelakanginya.
Aku berusaha menegakkan tubuhku, mempersiapkan diriku untuk menerima beberapa benih luka yang akan aku lihat atau aku dengar setelah ini. Aku tidak ingin dia menganggapku lemah hanya karena cinta. Walau kenyataannya memang benar. Tapi aku tidak bisa mengumbar keperihan itu. Semakin aku mengumbarnya, semakin dia menusukku perlahan-lahan dari belakang.
"Terimakasih ya jagung manisnya, tahu aja Green lagi laper," ucap Bianca dengan tiba-tiba dia menyahut keras satu bungkus jagung manis dari tanganku.
Mataku terpejam sejenak, menghirup perlahan-lahan udara disekitarku. Tak lama mataku kembali terbuka diiringi dengan hembusan napas teraturku. Badanku membalik menghadapnya, aku pasangkan raut datar pada wajahku. Meskipun dibalik tegarnya wajahku, aku menyimpan benih-benih luka yang sudah menjadi gumpalan keperihan.
Kini mataku sudah tiba pada kedua mata Bianca, lalu mataku bergeser sebentar kekanan, arah dimana Green kini mendekat pada samping Bianca. Lalu mataku kembali menatap Bianca. Bibirku mengukir senyum manis terhadapnya, membuat sepasang alisnya berkerut.
"Hmm, sebenarnya aku gak beliin buat Green. Tapi sekarang punyaku udah ditanganmu, ya udah ambil aja. Sebenarnya aku tidak suka memakai barang bekas orang lain," ucapku lalu aku tersenyum manis lagi kepada Bianca.
Tanpa melihat ekspresinya bagaimana, aku sudah melangkah meninggalkan mereka berdua. Keluar dari kelasku, juga keluar dari kenangan sepintas yang amat kejam hingga berhasil menyayat serpihan hatiku yang paling dalam ini.
Detik itu sepasang air mataku menetes bersamaan. Satu tanganku menyanggakan tubuhku pada tiang penyangga bangunan didaerah depan kelas XI IPA 4. Aku sudah tidak sanggup menahan segalanya. Satu tanganku membungkam mulutku agar deru tangisku tak memecah keheningan disekolah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
GREENSTA [END]
Teen Fiction"Aku memutuskan untuk mencintainya, jadi aku harus siap untuk menerima segenap luka yang akan ia ciptakan." -Grista Gabriel- "Lo udah gak cantik, gak punya akhlak dan kali ini lo udah gak suci dimata gua!" "Inget Gris! Gua akan buang lo setelah gua...