Bagian 31

3K 474 36
                                    

Arin menarik nafas berat, dadanya semakin sesak ketika menatap wajah laki-laki yang pernah dia cintai itu. Air matanya seolah ingin menyembur keluar sejadi-jadinya, namun sebisa mungkin gadis itu tahan. Tidak, jangan sama sekali dirinya menangis di depan Jay, dia harus terlihat kuat, dia tidak boleh menangis, jika dia menangis akan membuat dirinya seolah terlihat lemah.

"Jawab pertanyaanku Arin!" Perintah Jay lembut. Bahkan masih sama lembutnya ketika mereka masih berpacaran dulu, membuat ingatan Arin seketika berlabuh kembali ke masa lalu, dan momen-momen manis bersama Jay itu muncul kembali, membuat semburat rasa bahagia dan rasa sakit yang terasa secara bersamaan.

Arin hanya diam, hanya menatap cangkir kopi didepannya yang sudah tak mengepulkan asap itu. Dia tidak mau menatap wajah Jay sedikit pun. Tidak, Tidak perlu.

Wajah tampan yang dia rindukan itu tidak boleh dia tatap lagi, dia harus mengakhiri semuanya dan menyudahinya. Maka semuanya akan selesai secepat yang dia inginkan.

"Arin, aku ingin dengar jawaban darimu" ucap Jay lagi, masih setia dengan begitu sabar menanti wanita yang masih begitu dia cintai itu mengeluarkan suara. Pasalnya, sudah lima belas menit sejak mereka bertemu di sebuah kedai makan, Arin sama sekali tidak berbicara atau sekedar menjawab pertanyaannya. Jangankan untuk berbicara, bahkan menatap wajah nya saja tidak.

Ya, Jay tau dan paham akan hal itu, dia memang pantas mendapatkan semua ini setelah hal brengsek yang dia lakukan pada kekasihnya. Dan Jay pantas di hukum untuk itu, maka dengan senang hati dia akan sabar menunggu gadis didepannya ini mengeluarkan suara sebagai respon untuknya.

Arin kini berubah gusar, tatapan menanti dari Jay masih begitu menyorot pada dirinya, membuat Arin seolah tak memiliki celah untuk menghindar dari laki-laki ini.

Maka dengan terpaksa gadis itu mengumpulkan keberaniannya, berusaha melawan rasa takut dalam hatinya yang selalu mencegahnya untuk bersuara.

"A-aku tidak bisa, J-jay. Aku ingin semuanya berakhir" kalimat yang diucapkan Arin tidak dapat terlintas dengan jelas, getaran tubuh serta suaranya membuat gadis itu memilih untuk menundukkan kepala nya.

Jay memudarkan senyum nya, jawaban itu berbeda dengan yang dia harapkan, rasa kecewa seketika memenuhi ruang dalam dadanya.

Tidak banyak yang Jay harapkan, dia hanya ingin diberi kesempatan sekali lagi saja, agar dirinya bisa membuktikan bahwa dia pantas, bahwa dia layak untuk menjadi seseorang yang ada untuk Arin.

"Arin, aku sudah membuatmu mengalami hal yang sulit, dan aku menyesalinya, aku memang bodoh Rin, maaf karena aku sudah menghancurkan hidupmu, membuat gadis baik sepertimu harus mengalami hal semenyedihkan ini, membuat anak kita yang tidak tau apapun harus menjadi korban nya" Jay menelan ludahnya susah payah, rasanya begitu kelu, rasanya terlalu berat untuk melanjutkan kalimatnya. Meski dengan kata maaf dan penyesalan sebanyak apapun tidak akan menyelesaikan semuanya. Tapi setidaknya, Jay ingin mengakui kesalahannya dan memperbaikinya sekali lagi, dia hanya ingin kesempatan kedua.

Rasa sesak didada Arin semakin menjadi sesaat setelah kalimat itu, sukses terucap dari mulut laki-laki yang masih dia cintai.

Sulit melepas atau membuang rasa terhadap sesorang, dan ini juga kasus yang sama seperti yang Arin alami. Dia memang tidak bersama Jay lagi, mereka memang tidak seperti dulu lagi, tapi bagi Arin bayangan wajah Jay masih jelas didalam hatinya. Sangat sulit melepaskan nya, dan Arin sadar dia memang tidak perlu mempertahankan perasaannya ini. Namun semakin dia mencoba untuk melupakan kenangan nya bersama Jay, justru kenangan-kenagan manis itulah yang semakin berdatangan membuatnya frustasi.

"Maka, kumohon izinkan aku untuk memperbaikinya, beri aku kesempatan bahwa aku tulus mencintaimu. Bahwa aku pantas untukmu. Biarkan aku melakukannya, biarkan aku menunjukan bahwa aku sungguh-sungguh mencintaimu"

[✓] My Crazy Husband | Yang Jungwon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang