Bagian 44

2.8K 499 86
                                    

Jungwon melangkahkan kaki jenjang nya menuju area rumah sakit, kelas terakhirnya baru saja selesai. Sebelum pulang dia sempatkan untuk menjenguk istrinya terlebih dahulu. Meskipun ini sudah terlalu sore, jam kunjungan pun pasti hampir habis. Tapi setidaknya tidak ada kata terlambat untuk istrinya itu.

Arra masih belum membaik, dia juga belum sadar dari koma nya, namun meski begitu tidak menutup kemungkinan bagi Jungwon untuk tidak datang. Setiap pulang dari kampus  Jungwon selalu sempatkan untuk memastikan keadaan istrinya tetap baik-baik saja, juga untuk memantau perkembangannya.

Hari-hari berat selalu mengintai Jungwon setiap harinya, menjalani rutinitas tanpa gadis itu disampingnya benar-benar membuat Jungwon merasa sangat kesepian.

Biasanya di jam-jam segini, selesai kuliah mereka akan pulang sembari berkeliling kota sebentar dengan mobil mereka, kemudian pulang kerumah, makan malam bersama, menonton televisi bersama, menonton acara kesukaan mereka, ya walaupun pada akhirnya Jungwon lah yang harus mengalah untuk menonton kartun kesukaan Arra yang jelas-jelas Jungwon tidak menyukainya, satu hal lagi yang paling tidak bisa dilupakan adalah wajah menggemaskan Arra saat kesal atau marah karena Jungwon menjahilinya. Ya, sangat spesial memang disaat-saat seperti itu tiba. 

Tapi tidak lagi hari ini dan entah sampai kapan. Tidak ada hal - hal menyenangkan lagi yang bisa dia lakukan bersama Arra. Setiap hari Jungwon selalu terbangun dari tidurnya dengan rasa bersalah yang luar biasanya menyesakan dadanya, kenangan-kenagan pahit beberapa hari ini semakin memenuhi isi kepalanya. Hari-hari nya semakin terasa hampa sewaktu mengingat fakta bahwa istrinya itu masih terbaring hidup dengan kondisi koma nya.

Meski sekuat tenaga Jungwon coba untuk kuat menjalani hari-hari ini, nyatanya tidak bisa. Dia tidak bisa terus berada dalam saat-saat menyesakan seperti ini.

Dia tidak bisa terus terbelenggu dalam rasa bersalah seperti ini. Satu hal saja yang ingin dia dapatkan kali ini, yaitu kesembuhan untuk istrinya.

Jungwon meraih pegangan pintu, dibukanya perlahan pintu setengah kaca yang menjadi akses keluar masuk ruangan itu. Dia coba untuk tersenyum meski berat, terutama ketika dia kembali melihat tubuh istrinya yang dalam kodisi lemah itu tengah berjuang hidup dibantu oleh alat-alat medis yang memenuhi sekujur tubuhnya.

Tapi rasa rindu nya untuk melihat wajah istrinya itu lebih mendominasi isi hatinya, sehingga tidak akan mungkin bagi Jungwon untuk tidak menjenguk istrinya.

Diletakannya beberapa tangkai bunga segar yang tadi Jungwon beli dari toko bunga sewaktu diperjalanan menuju rumah sakit, di taruhannya dalam fas kaca diatas laci yang separuh bagian terisi air.

"Maaf hanya membawakanmu bunga" Jungwon kemudian mendudukan dirinya pada salah satu kursi, yang terletak di samping brankar tempat gadis itu terbaring lemah.

"Biasanya saat aku pulang, kamu lebih suka di bawakan cemilan dan makanan ringan bukan?!" Tanya Jungwon. Namun pada kenyataan dia hanya bertanya pada seseorang yang bahkan ke sadarannya belum kembali. Laki-laki itu berusaha tersenyum walaupun rasanya semakin dia berusaha untuk tersenyum, semakin terasa hancur hatinya.

"Tapi tidak hari ini, bunga adalah pilihan tepat supaya ruanganmu tetap segar!" Lanjutnya getir.

Jungwon melirik tangan istrinya yang tergeletak lemah, jarum infus masih dengan setia berada disana, menjadi penunjang kehidupannya. Diraihnya tangan mungil yang terasa dingin itu, kemudian mengusapnya pelan, memberikan kehangatan pada seseorang yang tengah berjuang hidup itu.

"Mau sampai kapan kamu akan terus bertahan pada tidur panjang mu itu hmm?! Tidak kah kau ingin sekali saja membuka mata dan melihat ku?"

"Aku merindukanmu tau!"

[✓] My Crazy Husband | Yang Jungwon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang