"Arin tidak mau menemuiku" Jay memainkan bungkus rokok yang sudah kosong itu, sambil menopang dagunya tak bersemangat.
Heeseung yang mendengar itu langsung memukul kepala Jay dengan sendok nya, membuat lawan bicara yang berada di sebarang meja itu mengaduh kesakitan sembari mengelus kepalanya sendiri yang terasa sakit.
"Kau ini bodoh atau idiot sih? Jelas saja dia gak mau. Kalau aku jadi dia pun aku juga gak mau" Heeseung memincingkan senyum setelah mengucapkan kalimatnya dengan ketus.
"Benarkah?" Tanya Jay lagi. Laki-laki itu tidak bersemangat, seolah telah kehilangan semangat hidupnya.
"Jay aku mau pensiun menjadi temanmu" Heeseung ikut pusing sendiri, entah Jay memang benar-benar bodoh atau hanya akting saja agar Heeseung tetap berada disana menemaninya berkeluh kesah. Sejak satu jam yang lalu Jay sudah banyak bercerita mengenai hubungannya dengan Arin yang sudah tidak berjalan dengan baik.
"Ck, baperan" Jay menatap Heeseung kesal.
"Tuan Jay park dengarkan aku! Arin masih mau memaafkanmu dan menjadi temanmu lagi itu saja sudah baik sekali. Dan sekarang kamu ingin dia kembali menjadi pacarmu seperti dulu huh?!" Heeseung menggedor meja, emosinya sudah memuncak di ubun-ubun.
"Kau terlalu banyak berharap, Jay" lanjut Heeseung ketus.
"Kau ini..." geram Jay menatap tajam Heeseung.
"Sekarang lupakan saja gadis itu, lebih baik dia tidak mengenalmu lagi. Dia lebih bahagia bersama orang lain tidak dengan mu"
"Apa kau bilang huh?!" Jay melotot, merasa tak terima dengan ucapan Heeseung yang secara terang-terangan sudah menghina sekaligus melarangnya untuk menemui Arin.
"Jay, kamu pikir orang mana yang mau di dekati kembali oleh mu setelah semua yang kau lakukan" Heeseung sudah menunjuk-nujuk wajah sahabatnya itu saking emosinya.
"Aku gak peduli, Aku akan berusaha membujuk Arin lagi. Aku yakin dia akan menerima ku kembali"
Heeseung menarik nafas dalam berusaha menetralkan amosinya "Kau sudah menghancurkan hidupnya, bahkan bayi di dalam perutnya itu juga menjadi korban dari ke bodohanmu Jay. Arin tidak pantas menerima semua ini, dia gadis yang baik. Dan keputusanmu untuk mencintainya kembali, itu adalah hal gila Jay, Kau sudah gila!"
"Kamu gak ngerti apa-apa, jadi berhentilah bicara! Kau lah yang membuatku gila!" Teriak Jay marah, diteguknya segelas bir di hadapannya dengan kasar, tak berhenti sampai di situ, dia menuang kembali ke gelas nya yang sudah kosong. Di teguknya lagi hingga habis.
"Apa dia akan bahagia jika bersamamu lagi huh?!" Suara Heeseung berubah lebih keras dari sebelumnya.
"Tentu saja, aku akan membuatnya bahagia" Jay masih kukuh pada keputusannya.
"Mati saja kau Jay! Jangan menampakan wajah mu di depan semua orang. Atau aku yang akan malu karena menjadi teman baikmu" dia memijat kepalanya sendiri, sudah habis fikir dengan sahabat nya sejak masih di SMP itu.
"Jadi, kamu ingin aku mati?" Tanya Jay datar, seolah tak merasa tersinggung sama sekali dengan ucapan Heeseung barusan.
"Ya mati saja kau Jay, dosamu sudah banyak karena sudah menyakiti banyak wanita, laki-laki sepertimu lebih pantas lenyap saja dari dunia ini" Heeseung menarik sebatang rokok dari dalam saku nya, dinyalakannya dengan sebuah korek api yang memang sudah di siapkan di meja Bar itu. Lalu menghisapnya perlahan.
Suasana di antara mereka langsung berubah hening beberapa saat. Heeseung yang terlanjur emosi dan Jay yang sibuk mencerna kalimat menyakitkan dari sahabatnya itu. Tak ada lagi pembicaraan, meskipun suara bising dari para pengunjung bar masih begitu kentara.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] My Crazy Husband | Yang Jungwon
FanfictionSuatu kebenaran besar yang Kim Arra sembunyikan dari teman-temannya. Yang Jungwon, laki-laki yang dia sebut sebagai saudara kembarnya. Akankah Kim Arra akan terus bungkam dengan kebenaran besar ini? Lalu bagaimana kisah cintanya dengan Jay ditengah...