"Sudah sampai."
Kalimat Minggyu menyadarkan Lisa yang sedari tadi memeluk pinggang lelaki itu tanpa memikirkan bahwa yang di peluk sudah kalang kabut.
Setelah berhasil menenangkan diri, dan menghentikan air matanya, tanpa banyak bicara Lisa segera mengedarkan pandangannya ke sekitar.
Sebuah rumah mungil yang terlihat nyaman di sudut jalan.
"Tempat tinggalmu?" Katanya.
Minggyu yang masih berusaha menetralkan debaran jantungnya itu segera menggeleng cepat, "Bukan. Kau akan tahu setelah kita masuk."
Lisa mulai menautkan kedua alisnya, "Kim Minggyu kau tidak bermaksud meng-unboxing diriku, kan?"
Memang dasar Lalisa si tidak tahu diri. Sudah berani minta tolong dan merepotkan orang lain di malam hujan begini, masih sempat berpikiran buruk akan sang penyelamatnya pula.
"A-apa yang kau katakan?! Aku bukan bajingan seperti itu!"
Wajah merah dan refleksi salah tingkah dari manusia di depannya itu berhasil membuat Lisa sedikit merasa lega dan tertawa puas, "Hehe, maaf-maaf. Ayo."
Detik selanjutnya, tanpa rasa takut dan melupakan prasangkanya beberapa saat lalu, Lisa sudah melangkah lebih dulu menuju pintu yang berada di teras utama.
Gadis itu menatap Minggyu seakan pandangannya berkata, 'Tunggu apa lagi? Ayo cepat kita masuk sebelum aku mati kedinginan.'
Tentu saja yang dipandang segera berjalan cepat dan mengetuk pintu berwarna merah hati di hadapan mereka beberapa kali.
Tak membutuhkan waktu lama, seorang lelaki yang wajahnya sangat familiar sudah muncul di depan keduanya dengan ekspresi yang merasa terganggu.
"Kim Minggyu, kau-" Lucas menghentikan kalimatnya saat menatap Lisa disana, "Lalisa?"
"Bisakah kau biarkan aku masuk dan meminjamkan pakaian kering sebelum memberiku beberapa pertanyaan?"
Lucas yang masih ingin menjawab kalimat kawannya itu segera menutup mulut ketika Lisa menerobos masuk melewatinya begitu saja.
"Selamat malam, Paman, Bibi. Permisi." Lisa berteriak sembari melihat sekitar dan berharap menerima jawaban dari salah satu manusia yang baru disebutkannya.
"Kau memberi salam pada siapa? Hanya ada aku disini dan kau tak menunjukkan sopan santunmu padaku, Bidadari Seoul."
"Kau..tinggal sendiri?" Lisa menatap Lucas dengan mata berbinar. Entah apa yang ada dalam pikiran gadis itu.
"Tidak. Ada kakakku, tapi ia masih dinas luar kota hingga esok lusa."
"Cih." Kata Lisa kemudian.
"Apa maksudmu dengan ci-"
"HACHIH!!!"
Suara bersin yang cukup keras menggema di lorong masuk kediaman Lucas.
Minggyu segera mendorong kedua kawannya untuk masuk ke dalam tanpa menyadari jika dirinya juga telah basah kuyup.
Dengan tanggap Lucas segera menghilang ke suatu tempat dan kembali membawa beberapa helai pakaian nyaman untuk Lisa dan Minggyu.
"Ganti pakaian kalian. Aku tak suka merawat orang sakit, jadi jangan sampai kalian sakit." Katanya.
Lisa terkekeh dan segera mengambil sweater berwarna charcoal di tangan Lucas sembari tersenyum manis, "terima kasih."
Tak butuh waktu lama, Lisa telah kembali ke ruang tengah yang penghangatnya sudah dinyalakan. Tentu saja ia telah mengganti pakaiannya dengan sweater dan training milik Lucas yang terlihat begitu kebesaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanted By You
FanfictionLisa merasa jika Sehun sudah memiliki hatinya sejak lama. Walau Sehun hanya menganggapnya sebagai anak kecil. Walau Sehun hanya memanggil Lisa sebagai 'teman adikku' tanpa pernah menyebut namanya. Walau usia memberi jarak diantara mereka. Walau lel...