Lisa. Apapun yang terjadi, jangan kau abaikan ibumu.
Jangan sampai kau tinggalkan ibumu.
Kau tahu jika ibu tak bisa sendirian.
Jika ibu tak bisa mengerti dirimu, maka Ayah harap kau yang mengerti dirinya.
Hanya kau yang bisa ayah andalkan.
Ayah sungguh mencintaimu.
"Tidak ayah. Tidak. Tidak. Ayah tidak. Hiks. Jangan tinggalkan aku. Aku sudah tak kuat. Ayah–"
"Hei."
"Ayah kumohon."
"Hei hei, sadarlah."
Tepukan pelan seseorang di pipi Lisa membuat gadis itu tersadar bahwa dirinya sedang mengigau.
Lengkap dengan air mata yang sudah mengalir di pipi merahnya.
Lisa menatap langit-langit berwarna putih yang nampak asing disana.
Dimana dirinya berada? Apa yang ia lakukan disini?
Nafas Lisa masih naik turun karena mimpi yang ia dapatkan terasa begitu nyata. Pandangan yang terhalang kacamata hitamnya tak dapat membendung air mata yang mengalir deras.
Seseorang tengah menawarkan tissue ke arahnya. Lisa yang masih berbaring di sofa pun menatap siapa orang itu.
Seorang lelaki tampan dengan alis yang sudah berkerut. Ia mengenakan jas putih yang sama dengan yang dikenakan Sehun.
"Siapa kau?" Kata Lisa yang mengambil beberapa lembar tissue untuk menghapus air mata dan ingusnya yang hampir meluncur keluar.
Dilepaslah kacamata Lisa, pun gadis itu segera membersihkan apa yang perlu dibersihkan pada wajahnya tanpa rasa malu.
Lelaki dihadapannya terkekeh, "aku pemilik ruangan ini."
Dengan segera Lisa bangkit dari tidurnya dan membungkuk sopan, "maafkan aku dokter...umm" Lisa mengangkat kepalanya sedikit untuk melihat papan nama yang terpasang pada jas lelaki itu. "Dokter Suho. Sungguh aku juga tak tahu kenapa aku ditinggalkan disini oleh lelaki tak bertanggung jawab." Kata Lisa yang berusaha mencari pembenaran.
"Ini. Makanlah. Sehun memberikan ini padaku untuk diserahkan kepadamu." Lelaki bernama Suho itu menyerahkan satu kantung plastik penuh makanan yang segera diterima Lisa.
Gadis itu tersenyum haru saat melihat begitu banyak camilan, sandwich, dan susu disana.
Ternyata Sehun oppa perhatian juga. Hehe.
"Makanlah, kau tidak perlu sungkan padaku."
"Tentu saja. Hehe." Lisa menampilkan deretan giginya yang rapi kepada Suho. Benar-benar tanpa malu, Lisa segera melahap sandwich dan banana milk yang disukainya.
Suho yang duduk pada sofa di seberang Lisa hanya dapat tertawa melihat Lisa sembari memperhatikan mata gadis itu yang membengkak. Suho pikir mungkin karena tangisan Lisa ketika mengigau tadi.
Merasa diperhatikan, Lisa sedikit menghentikan kerakusannya dan menatap Suho was-was, "apa anda juga mau? Tapi maaf karena ini dari Sehun oppa, aku tidak bisa membaginya denganmu."
Suho terkekeh dan menggeleng pelan, "makan saja semua."
"Sungguhan?" Lisa masih menatap Suho dengan pipi yang mengembung berisi sandwich.
"Kau bisa memiliki semuanya."
"Lantas kenapa kau menatapku begitu?" Alis Lisa mulai bertaut. Ia sedikit risih jika diperhatikan oleh orang asing yang baru saja dikenalnya beberapa menit lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanted By You
FanfictionLisa merasa jika Sehun sudah memiliki hatinya sejak lama. Walau Sehun hanya menganggapnya sebagai anak kecil. Walau Sehun hanya memanggil Lisa sebagai 'teman adikku' tanpa pernah menyebut namanya. Walau usia memberi jarak diantara mereka. Walau lel...