Lisa berlari sembari menutupi kepalanya dari butiran hujan yang mulai berjatuhan dari langit yang menangis.
Sendunya cuaca tak sontak melunturkan senyum yang sedari tadi sudah menghiasi wajah cantiknya.
Hujan yang membasahinya pun lebih terasa seperti air berkat pengucap selamat. Selamat akan dirinya yang baru saja berhasil diterima kerja pada salah satu restoran yang menyandang gelar Michelin bintang tiga di pusat kota.
Apa kalian membaca dengan benar? Ya, bintang tiga! ini adalah kehormatan tertinggi yang bisa diterima oleh sebuah restoran, dan konon hanya ada sekitar 120 restoran di seluruh dunia yang mendapat rating bintang tiga Michelin.
Tentu saja bukan sekedar jabatan biasa yang berhasil ia dapatkan hingga petir yang gagah pun tak kunjung membuat Lisa menurunkan dadanya yang membusung bangga.
Bagaimana tidak? Setelah melewati seleksi super sulit serta sengit, akhirnya ia berhasil menandatangani kontrak kerja dengan gaji tak sedikit dan tentu saja jam kerja yang tak mencekik.
Lisa sangat bangga pada dirinya. Ia begitu bangga akan kerja kerasnya, perjuangannya, dan tentu saja bakat alaminya hingga ia berhasil mendapatkan gelar Sous Chef di restoran perancis idamannya itu.
Dengan pengalaman Lisa sebelumnya sebagai Demi Chef entry level pada salah satu hotel bintang lima (beserta jam kerja tak manusiawi), sedikit banyak ia mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan hingga menjadi kandidat terkuat.
Tentu saja bukan hanya keberuntungan yang sedang memeluknya, tangan ajaibnya pun turut memberikan andil besar akan keputusan executive chef yang merekrutnya kali ini.
Lagi-lagi guyuran hujan yang menderas serta angin kencang yang seharusnya membuat wanita itu mengigil kembali tak diindahkannya sama sekali.
Lisa berlari menuju sebuah apartment megah di seberang jalan dengan kikik menyeramkan bagi siapapun yang melihatnya.
Wanita itu membersihkan tubuhnya dari jejak hujan seakan basahnya akan menghilang dengan segera.
Tak perduli dengan tetesan air yang membasahi lantai marmer kawasan mewah itu, Lisa segera menekan tombol lift dan bersendandung riang.
Decitan kitten heelsnya terdengar nyaring di lantai marmer saat ia ke luar dari lift dan berjalan pada lorong lantai 12.
Langkahnya pun segera berhenti pada unit 215 di sudut ruangan. Gadis itu menekan bel yang tersedia pada pintu walau kartu kunci sudah digenggamnya sempurna.
Tak selang beberapa lama, sesosok wanita cantik paruh baya telah membuka pintu dan terkejut melihat kondisi basah kuyup dari makhluk di hadapannya.
"Ibu, aku berhasil!" Kata Lisa yang sudah memamerkan rentetan gigi rapihnya dan memeluk sang ibu kemudian.
"Ya Tuhan, lihat kau kehujanan." Min Ah menyeka wajah Lisa yang sudah memerah dengan cardigan yang ia kenakan.
"Tidak apa, aku takkan sakit." Kekeh Lisa yang segera di tarik masuk oleh sang ibu.
Tiga puluh menit berlalu dengan semua ocehan Lisa kepada ibunya dari dalam kamar mandi yang sengaja tak dikunci agar sang ibu mendengar jelas ceritanya.
Tentang bagaimana ia melawan 67 kandidat lain walau mereka sangat hebat dan lebih berpengalaman di banding Lisa.
Tentang bagaimana sang executive chef yang dengan jelas terlihat jatuh cinta akan masakannya.
Tentang gaji di atas rata-rata yang diberikan oleh restoran tempatnya bekerja hingga Lisa berkata akan mampu mengajak sang ibu untuk liburan ke eropa tahun depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanted By You
FanfictionLisa merasa jika Sehun sudah memiliki hatinya sejak lama. Walau Sehun hanya menganggapnya sebagai anak kecil. Walau Sehun hanya memanggil Lisa sebagai 'teman adikku' tanpa pernah menyebut namanya. Walau usia memberi jarak diantara mereka. Walau lel...