Lisa berjalan di dalam kamarnya, dari sudut ke sudut selama berulang kali.
Dilepaskannya pony tail yang ia sangka telah menambah kepeningan kepalanya itu dengan sembarangan.
Jam di dindingnya masih menunjukkan pukul tujuh kurang sedikit, pagi hari. Bahkan ia belum sempat membersihkan diri karena tujuannya sejak semalam sudahlah pasti.
Lisa bermaksud untuk mengecek sesuatu yang seharusnya sudah memberikannya jawaban sejak minggu lalu.
Tidak lain dan tidak bukan adalah hasil tes kehamilan yang sudah digenggaman namun belum berani untuk dilihatnya sejak lima belas menit lalu.
Ya, ini sudah lewat seminggu dari tanggal seharusnya ia datang bulan. Dan jujur saja, jadwal datang bulan Lisa selalu teratur.
Tangannya sudah berkeringat dan jantungnya berdebar tak kenal santai.
Lisa menjatuhkan dirinya pada lantai kamarnya yang dingin.
Ia seperti pengecut yang terlalu tak berani menghadapi kenyataan.
Meskipun kemungkinan yang ia terima adalah 50:50, namun Lisa terlalu takut jika harus menghadapi kenyataan yang tak diinginkannya.
Lisa mengangkat benda putih digenggamannya itu ke depan wajah. Dan tentu saja ia memutuskan untuk menutup matanya agar hasil yang di terima bisa lebih di dramatisasi.
Baru saja ia memberanikan diri untuk menghadapi segala jawaban yang tersedia, tiba-tiba pintu kamar yang ternyata lupa dikuncinya itu sudah terbuka lebar hingga ia tak sengaja melemparkan testpack pada genggamannya itu sebagai reflek terkejut.
Kehadiran Somi di ambang pintu dengan senyum merekahnya telah berhasil membuat jantung Lisa seakan merosot dari tempatnya.
Pun benda putih yang beberapa saat lalu masih berada pada jangkauannya itu kini tengah berputar seperti sebuah gasing dan berhenti tepat dibawah kaki sang kawan.
Keduanya menatap benda yang kini telah berhenti berputar disana dan saling melemparkan pandangan kemudian.
Pada detik selanjutnya, Lisa memaki pelan sembari menahan agar matanya yg melotot tak keluar dari tempatnya. Wanita cantik itu jalan merangkak dengan kecepatan kilat ke arah sang kawan dan hendak merebut alat tes kehamilan miliknya.
"Apa ini?" Kata Somi yang sudah menggenggam benda putih itu.
Jantung Lisa seakan mencelos keluar ketika kawannya itu mengangkat testpack di depan wajahnya.
Dengan segera Lisa berdiri tegap dan merebut kembali benda 'miliknya' itu.
"Ya!" Somi menarik lengan Lisa yang hendak berlari pergi.
Keringat dingin mulai bercucuran di kening Lisa. Wanita cantik itu masih berharap jika Somi tak sempat melihat hasilnya.
"Kau hamil??" Katanya.
Lisa menoleh ke arah Somi dengan wajah yang sudah pucat, "Apa katamu??"
"Kau hamil??!"
"A-aku hamil?!?!?!" Lisa memekik panjang saat mengulangi kalimat Somi. Jantungnya berdebar tak karuan karena ia sendiri belum tahu jawaban dari alat tes kehamilan itu.
"Anak siapa?!???" Somi mulai meremas lengan Lisa seakan ia adalah seseorang yang telah dikhianati olehnya.
Dengan gemetar, tangan Lisa mengangkat benda putih di genggamannya itu dan melihat dua garis biru yang sudah terpampang nyata. Pada detik selanjutnya, ia pun telah terduduk lemas sembari menutup mulutnya dan memekik, "siaaal."
"Anak siapa?!?!?!?" Somi yang juga tak kalah panik itupun turut duduk di samping Lisa dan mengguncang tubuh kawannya yang sudah melemas, "Anak siapa, Lalisa?!?!??!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanted By You
FanfictionLisa merasa jika Sehun sudah memiliki hatinya sejak lama. Walau Sehun hanya menganggapnya sebagai anak kecil. Walau Sehun hanya memanggil Lisa sebagai 'teman adikku' tanpa pernah menyebut namanya. Walau usia memberi jarak diantara mereka. Walau lel...