Eunha merapihkan rambutnya didepan cermin sebelum akhirnya turun ke lantai bawah untuk bergabung sarapan dengan Yoongi. Sejak semalam, suasana belum berubah sama sekali, masih tetap aneh dangan sangat membingungkan bagi Eunha.
Dengan gugup Eunha bergabung di meja makan, melirik Yoongi yang sibuk menyantap makanan nya tanpa memperdulikan kehadiran Eunha.
"Pagi" sapa Eunha berusaha senatural mungkin seperti biasanya. Namun hening, tak ada sahutan dari laki laki itu membuat Eunha diam diam menggigit bibirnya.
"Nona mau saya siapkan rotinya?" Tawar Yena memecah keheningan.
"Tak usah Yena, aku bisa sendiri" tolak Eunha sambil mulai mengoles selai pada roti bakar nya.
"Yoongi mau roti bakar juga tidak?" Tawar Eunha mencoba membuka pembicaraan, namun laki laki itu hanya mengangkat sebelah tangan nya sebagai jawaban atas penolakan.
Eunha mulai mengunyah rotinya dengan tak nyaman, ia tak suka dengan suasana meja makan pagi ini. Ia bahkan kehilangan selera makannya karena suasana tak mengenakkan ini. Bukan hanya Eunha, tapi juga Yena merasakan kecanggungan yang aneh di meja makan pagi ini. Namun keduanya sama sekali tak berani buka suara.
Selesai dengan makanan nya, Yoongi langsung berdiri dari kursi sambil mengemas barang barang nya, berniat berangkat kerja. Jika biasanya Yoongi akan pamit dengan kalimat singkat, kali ini laki laki itu bahkan tak melirik Eunha dan pergi meninggalkan meja begitu saja.
"Yoongi" panggil Eunha yang sama sekali yak di gubris laki laki itu.
Bangkit dari duduknya, Eunha mengejar laki laki itu, "Yoongi" panggil Eunha lagi.
"Yoongi tunggu!" Panggil Eunha yang akhirnya bisa menggapai lengan Yoongi, membuat laki laki itu akhirnya berhenti dan menatap Eunha dengan dingin.
"Y-yoongi mau berangkat sekarang?" Tanya Eunha pelan. Laki laki itu tak menjawab, tapi diam nya cukup untuk memberitahu Eunha bahwa laki laki itu memang akan pergi sekarang.
"Anu, Aku boleh ikut pergi bersama tidak? M-maksud nya aku mau minta tumpangan pada Yoongi. Kebetulan A-aku juga mau berangkat sekarang" ucap Eunha dengan gugup, takut dengan tatapan dingin Yoongi yang di lempar padanya. Eunha menatap Yoongi penuh harap.
"Tidak bisa, aku buru buru" jawab Yoongi cepat sambil menarik tangan nya dari genggaman Eunha.
"O-oh begitu ya? Maaf" ucap Eunha tak tahu harus merespon apa. Ia malu dan kecewa sekaligus.
"Sudah kan? Aku tak punya banyak waktu" ucap Yoongi benar benar dingin, mengingatkan Eunha pada saat SMA dimana Yoongi masih mengabaikan nya.
"Eh–Oh, iya hati hati" Ucap Eunha akhirnya, membuat Yoongi langsung pergi meninggalkan Eunha yang masih berdiri membeku di tempat nya melihat kepergian Yoongi begitu saya. Perlahan Eunha mengehela nafasnya pelan, entah kenapa merasa lelah dengan situasi yang ada.
"Nona" panggilan dari Yena mampu membuat lamunan Eunha buyar.
"Eh, iya?" Sahut Eunha.
"Mau saya pesankan supir pribadi untuk, Nona? Kebetulan saya ada kenalan" tawar Yena yang tak tega melihat keadaan Eunha setelah diam diam menguping pembicaraan Yoongi dan Eunha.
"Tak perlu Yena, aku bisa naik taksi kok" ucap Eunha sambil memasang senyum kecil di bibir nya.
"Tapi Nona, Nona masih takut untuk naik taksi, kan?" Yena memasang wajah tak setuju dan khawatirnya. Tak tega membiarkan Eunha pergi dengan taksi.
"Aku tak apa kok. Lagipula aku tak bisa terjebak selamanya dalam trauma, kan?" Ucap Eunha memastikan. Wajah Yena tetap tak berubah, gadis itu memandang Nona nya dengan khawatir. Memandang Nona nya yang sedang memesan taksi dengan tatapan gusar.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HOMEMATE (SEQUEL)
FanfictionSudah jatuh bangun mengejar Yoongi sejak SMA, membuat Eunha akhirnya bisa bernafas lega setelah berhasil menikah dengan laki laki idaman nya itu. UPS! Tapi Eunha salah sangka, pernikahan nya tak semulus yang ia kira, banyak rintangan antara gadis ma...