Eunha yang sedang berjalan pulang dari supermarket di dekat rumah nya dengan wajah mengantuk pada jam 7 pagi itu berhenti saat melihat seorang kakek tua yang tampak ringkih menarik gerobak hijau nya. Mata eunha menatap iba pada kakek yang membawa beban berat itu, di gerobak hijau nya terdapat berbagai jenis bibit bunga yang masih bertunas kecil. Dengan langkah pasti eunha menghampiri kakek itu.
"Kek!" panggil eunha untuk membuat kakek itu berhenti. Kakek itu berhenti menoleh pada eunha yang sudah mendekat.
"Mau beli bunga, nak?" tanya kakek itu langsung pada eunha. Di dahi kakek itu eunha bisa melihat peluh yang keluar meski di udara dingin pagi ini, eunha bahkan harus menggunakan jaket tebal.
"Kakek jual bunga?" tanya eunha dengan bodoh. Tapi kakek itu tersenyum menampilkan kulit keriput nya.
"Iya" jawab kakek itu ramah.
"Kenapa kakek masih bekerja padahal sudah tua?" tanya eunha polos, sama sekali tak bermaksud untuk menyinggung tapi pertanyaan itu tanpa sadar keluar dari bibir nya.
"Kakek masih kuat untuk bekerja, istri kakek juga perlu untuk di nafkahi" jawab kakek itu sama sekali tak tersinggung. Eunha diam sejenak menatap kakek yang masih tersenyum di hadapan nya.
"Aku mau beli" ucap eunha semangat. Wajah kakek itu terlihat sumringah membuat eunha makin tak tega.
"Mau bunga apa? Kakek punya bibit bunga mawar dengan bermacam warna" kakek itu mulai sibuk memilah bunga.
"Aku mau beli semua nya" ucap eunha sungguh sungguh membuat gerakan kakek itu berhenti dan menatap Eunha dengan tatapan tak percaya.
"M-mau beli semua?" tanya kakek itu. Eunha mengangguk cepat.
"Aku mau beli semua yang kakek bawa atau kalau perlu yang ada di rumah kakek juga boleh di jual semua pada ku"jawab eunha yakin membuat kakek itu makin tak bisa berkata kata.
"Sungguh? Ini sungguhan?" tanya kakek itu lagi.
"Iya. Kakek antar saja kerumah ku" ucap eunha meyakinkan.
"Nanti kakek jalan saja lurus masuk ke perumahan itu, rumah ku nomor 305. Aku tunggu ya kek!" ucap eunha melambaikan tangan nya ceria pada kakek yang masih tak bisa berkata kata itu.
"Eh!" eunha berhenti lalu kembali mendekat pada kakek itu, "Ini punya kakek saja, kata nya enak lho! Dah kek, aku tunggu ya!" ucap eunha lalu benar benar pergi dari hadapan kakek kakek yang masih melongo itu.
Eunha masuk rumah nya dengan ceria, langsung duduk di meja makan untuk ikut bergabung sarapan dengan Yoongi. Laki laki itu sudah sibuk memakan roti nya sebagai sarapan.
Yoongi menatap eunha yang pulang dengan tangan kosong, pasal nya gadis itu pagi pago tadi sudah heboh mau ke supermarket untuk membeli roti isi greentea yang dilihat nya di iklan tv. Tapi yang ada gadis itu malah pulang dengan tangan kosong dan sekarang ikut sibuk mengoles roti nya dengan selai coklat.
"Tak jadi beli roti?" tanya Yoongi pada eunha. Gadis itu mengangkat kedua bahu nya sebagai jawaban.
"Kenapa? Tak ada?" tanya Yoongi lagi.
"Berubah pikiran" jawab eunha lalu melahap roti dengan selai coklat nya. Yoongi hanya geleng geleng sebagai respon.
"Nanti aku kekantor Yoongi lagi ya" ucap eunha disela sela makan nya.
"hmm" respon yoongi singkat.
"tak ganggu kan?" tanya eunha santai.
Yoongi diam sejenak untuk menatap eunha di depan nya, "Tidak" jawab yoongi membuat eunha mengangguk angguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HOMEMATE (SEQUEL)
FanfictionSudah jatuh bangun mengejar Yoongi sejak SMA, membuat Eunha akhirnya bisa bernafas lega setelah berhasil menikah dengan laki laki idaman nya itu. UPS! Tapi Eunha salah sangka, pernikahan nya tak semulus yang ia kira, banyak rintangan antara gadis ma...