Happy reading!
Seorang gadis dengan gamis berwarna maroon melekat di tubuhnya dengan hijab yang senada. Gadis tersebut bernama Adiva Arsyila Savina. Arsyi, saat ini sedang berada di taman. Ia sedang menghirup udara segar ditemani dengan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an.
"Arsyi!" Teriak seorang perempuan dari arah belakang.
Ia sangat mengenali suara tersebut. Untung saja taman di kampusnya sedang sepi, jadi mereka tidak menjadi pusat perhatian. Arsyi pun segera menghampiri perempuan tersebut.
Plak.
"Bisa gak sih gak usah teriak-teriak, untung saja taman lagi sepi coba saja kalau ramai, kita pasti jadi pusat perhatian." Omel Arsyi.
"Iya, maaf," Ucap Ima, sahabat Arsyi.
"Yaudah, yuk, kita ke kelas saja." Lanjut Ima.
Mereka berdua pun berjalan dengan Ima yang memimpin jalan. Karena, dirinya sedang menikmati sekitarnya. Sssaat melewati lapangan, matanya tertuju kepada seseorang yang selama ini menjadi orang yang ia kagumi.
Bugh.
"Awh. Ima, kalau mau berhenti bilang dong, jangan mendadak kayak gini!" Omel Arsyi.
"Adiva Arsyila Savina. Saya tanya, kamu yang jalan tidak melihat pakai mata kenapa kamu yang marah? Lagi pula, kamu ngeliatin apa hah?!" Ucap Ima sambil mngedarkan pandangannya.
Matanya terhenti saat melihat segerombolan laki-laki yang sedang duduk di pinggir lapangan. Ima pun tersenyum miring, "Oh, karena kating itu sampe gak melihat jalanan?"
"Gak gitu, Ma,"
"Udah, ah, mending ke kelas, yuk!" Ajak Arsyi.
Mereka pun kembali melanjutkan perjalanannya menuju kelas. Sesampainya di kelas, ternyata sudah sebagian yang hadir. Arsyi pun melihat jam yang ada di pergelangan tangannya. Ternyata sudah setengah sembilan, artinya kelas akan dimulai setengah jam lagi.
***
Setelah selesai kelas, Arsyi dan Ima masih mempunyai kegiatan bersama, yaitu menghadiri rapat Rohis. Saat ini, mereka tengah terburu-buru menuju Musholla yang ada di lingkungan kampusnya.
"Ma, buru, ih, kita sudah terlambat." Ucap Arsyi dengan mimic yang panik. Baru kali ini mereka berdua telat menghadiri rapat Rohis. Mereka telat karena mereka di suruh keruangan dosen.
"Santai saja, Syi. Aku rasa rapatnya juga belum mulai." Ujar Ima.
Tak lama, mereka sampai di Musholla. Mereka pun memasuki area Musholla. Terlihat, disana sudah ramai dengan anak Rohis.
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsallam."
"Maaf, kami telat." Ucap Arsyi tidak enak hati.
"Tidak apa-apa, belum mulai juga." Ucap laki-laki dengan kemeja berwarna biru dongker.
"Sudah kumpul semua?" Tanya Laki-laki yang sepertinya ketua Rohis.
"Sudah, kak."
"Baiklah. Kalau begitu saya akan membuka rapat ini." Ujar Ketua Rohis.
Ketua rohis pun membuka rapatnya. Setelah dua jam rapat berlalu, saat ini mereka sedang persiapan untuk pulang. Sebelum itu, para perempuan menyapu dan membereskan bekas makanan saat rapat tadi.
Setelah selesai, Arsyi dan Ima duduk-duduk terlebih dahulu di luar masjid sambil menunggu waktu Ashar yang sedikit lagi akan tiba. Sedangkan yang lain ada yang sudah berhamburan keluar Musholla.
"Arsyi, kamu pulang langsung ke rumah?" Tanya Ima.
"Tidak, aku ke toko kue. Bunda ngabarin toko tidak ada yang jaga, bunda sedang pergi sama Fadli." Jawab Arsyi.
"Oh gitu."
***
Sore ini, Arsyi sudah berada di toko Cake'S milik keluarganya. Kata, Tia, selaku kasir toko kue. Hari ini Alhamdulillah toko kue ramai. Arsyi yang melihat Tia sudah kecapekan pun menyuruhnya pulang dan istirahat.
"Kak Tia, kelihatannya kakak kecapekan mending kakak pulang dan istirahat." Ucap Arsyi.
"Aku baik-baik saja, Syi." Ucap Tia.
"Kak, nanti kakak sakit. Terus siapa yang jadi kasir di toko Bunda?" Tanya Arsyi dengan sedikit bercanda.
"Bercanda, kak. Aku gak terima penolakan ya, pokoknya kakak pulang saja." Ucap Arsyi dengan nada yang sedikit tegas.
"Beneran? Nanti kamu kenapa-kenapa lagi." Ucap Tia.
"Kak, aku sudah besar. Kalaupun aku kenapa-kenapa tinggal teriak minta tolong." Ucap Arsyi.
"Baiklah, kalau gitu kakak pulang duluan ya." Ucap Tia.
Setelah Tia pergi, Arsyi pun sedikit membersihkan meja-meja. Tak lama, datanglah seorang pelanggan.
"Selamat datang." Ucap Arsyi lalu ia memutar tubuhnya. Betapa shocknya ia melihat seseorang tersebut.
"Silakan dipilih, Kak." Ucap Arsyi sambil menyembunyikan keterjutannya.
"Kak, aku juga mau, boleh?" Tanya perempuan yang sepertinya itu adik dari laki-laki tersebut.
"Ambil saja sesuka mu." Ucap laki-laki tersebut.
"Kak, aku mau Cheescake nya satu, Chocolate chip nya satu, sama Red Velvet 'nya satu,"
"Cheescake tiga, black forest dua, Vanilla nya satu." Tambah laki-laki tersebut.
"Baik, mohon tunggu sebentar." Ucap Arsyi.
"Kak, kok orangnya ganti? Biasanya cewek kasir itu sama Buk Bella." Tanya perempuan tersebut.
"Ah, Kasirnya aku suruh pulang sedangkan Buk Bella sedang pergi." Jawab Arsyi.
"Oh seperti itu. Ngomong-ngomong aku kok baru ngeliat kakak?"
"Kenapa kamu kepo sekali." Celetuk laki-laki tersebut.
"Tidak apa-apa. Aku anak Buk Bella." Ucap Arsyi.
"Oh, gitu."
"Semua jadi dua ratus lima puluh ribu, kak." Ucap Arsyi sambil memberikan beberapa kantong kresek.
Laki-laki tersebut pun langsung memberikan tiga lembar uang berwarna merah. Arsyi pun segera memberikan kembaliannya.
"Ini, kak. Terima kasih sudah belanja."
"Terima kasih kembali."
Setelah itu, mereka berdua berjalan keluar dari toko. Arsyi pun akhirnya bisa bernapas lega. Sungguh, tadi ia merasa canggung berada diantara mereka.
Arsyi pun langsung mengambil sapu, ia ingin membersihkan toko nya karena matahari akan terbenam. Ia pun memulainya dengan menyapu lantai.
****
Assalamu'alaikum wr.wb
Halo friends...
Apa kabarnya nih? Semoga baik-baik saja, ya.
Gimana puasanya? Sudah ada yang bolong?
Kalo ada yang sudah bolong, tidak apa-apa. Nanti setelah Ramadhan, puasanya diganti.
Jangan lupa vote dan komen, yak!
Terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSYILA || END
عاطفيةAdiva Arsyila Savina, gadis yang sering dipanggil dengan sebutan Arsyi itu adalah seorang mahasiswi disalah satu kampus yang cukup terkenal. Arsyi mengikuti segala macam ekstrakurikuler yang diadakan oleh kampus tersebut, salah satunya ada kegiatan...