Happy Reading-!
Pagi ini, Arsyi dan Billal belum memulai kehidupan sebagai Mahasiswa dan Mahasiswi. Saat ini, Arsyi sedang menyiram bunga, sedangkan Billal sedang membaca buku di teras rumah sembari menemani Arsyi yang sedang menyiram Bunga.
Tiba-tiba saja dua mobil berhenti di depan rumah Billal, dua mobil tersebut tak berhenti klakson. Arsyi yang terusik pun langsung menatap dua mobil tersebut. Seketika matanya terbelalak saat melihat pemilik dua mobil tersebut.
"Kak! Ada orang tua kita!" Teriak Arsyi kepada Billal yang cukup keras. Memang jarak dari teras ke tempat Arsyi menyiram bunga sangat jauh.
Billal yang mendengar itu pun langsung menutup bukunya dan langsung membuka pagar untuk orang tuanya dan juga orang tua Arsyi. Dua mobil tersebut pun mulai memasuki perkarangan rumah Billal dan juga Arsyi.
"Kalian ini masa tidak nyadar kalau orang tuanya datang." Ucap Ayah.
"Hehehe, maaf, Yah,"
"Kalian apa kabar?" Tanya Arsyi kepada mereka. Tak lupa untuk mencium punggung tangan mereka diikuti oleh Billal.
"Alhamdulillah, kami baik." Ucap Ummi.
"Alhamdulillah, Bunda sama Ayah baik juga." Ucap Bunda.
"Kok Fadli sama Kak Amel nggak ikut?" Tanya Arsyi.
"Fadli nganterin Kakakmu kuliah." Balas Bunda.
"Loh, beralih profesi jadi ojek, ya, sekarang. Hahaha."
"Ini kita nggak disuruh masuk?" Tanya Abi memberikan kode kepada sepasang suami istri tersebut.
"Astaghfirullah, lupa. Ayok masuk dulu."
Mereka pun masuk kedalam rumah. Arsyi memilih untuk membuatkan mereka minum, sedangan para orang tua berada di ruang keluarga ditemani oleh Billal.
Tak lama, Arsyi pun datang dengan nampan yang berisi minuman dan sedikit cemilan. Billal yang melihat itu langsung mengambil alih nampan yang berada ditangan Arsyi. Para orang tua yang melihat itu hanya tersenyum melihat perlakuan Billal kepada Arsyi.
"Ayo, silakan diminum."
"Syi," Panggil Bunda saat setelah meminum minuman.
"Kenapa, Bunda?"
"Kamu kuliah masih lama, kan?" Tanya Bunda seperti memastikan sesuatu.
"Iya. Kira kira masih ada dua minggu."
"Kalau Billal?" Tanya Bunda kepada Billal.
"Sama seperti Arsyi, Bunda." Balas Billal.
Bunda pun mengeluarkan amplop cokelat yang berada ditasnya. Arsyi dan Billal pun menatapnya dengan bingung. Sedangkan para orang tua menatapnya dengan wajah yang bahagia.
"Ini apa, Bunda?" Tanya Arsyi.
"Bukalah."
Arsyi pun mengambil amplop tersebut dan membukanya. Seketika matanya terbelalak saat melihat isi dari amplop tersebut, ia pun segera memberikan kepada suaminya agar suaminya melihat isi dari amplop tersebut.
"Bunda, ini serius? Jangan bercanda, deh." Arsyi pun menatap Bunda dengan tak percaya. Ia pun segera mengambil minum karena seketika tenggorokannya terasa kering.
"Bunda serius. Kami memberikan tiket untuk kalian ke Swiss, untuk honeymoon. Biar cepat ngasih kami cucu." Jelas Bunda.
"Uhuk,"
Arsyi pun terbatuk saat mendengar ucapan sang bunda. Ia benar benar tak habis pikir dengan pemikirannya. Padahal Arsyi dan Billal baru menikah lima hari yang lalu.
"Yang benar saja, Bunda."
"Bener, loh. Lusa adalah keberangkatan kalian." Lagi-lagi Arsyi terkejut mendengar ucapan sang Bunda.
"Hah?!" Arsyi dengan cepat melihat jadwal penerbangan di tiket tersebut. Dan ya, bernar saja kalau mereka akan berangkat lusa.
"Bunda ini terlalu mendadak untuk kita loh."
"Syi, suami kamu diem berarti suami kamu setuju sama kita." Ucap Ayah sembari sembari melihat Billal yang sedari tadi diam saja.
"Kak, ngomong, ih."
"Ngomong apa?"
"Huft!"
"Hahaha. Banyak-banyak sabar ngadepin suamimu, Syi." Ucap Abi sembari tertawa.
"Udah, kita mau pergi dulu." Ucap Bunda.
"Udah gitu doang?" Tanya Arsyi.
"Iya, mau gimana lagi?" Tanya Bunda balik.
"Kirain disini sampe sore, ternyata sebentar. Malah dating-dating bikin senam jantung." Ujar Arsyi.
"Hahaha. Maaf, ya, kapan-kapan kita main lagi kok kesini." Ucap Ummi.
"Betul. Sekarang kita mau double date." Ucap Bunda.
"Astaghfirullah, gaya banget. Inget umur." Ucap Arsyi yang heran dengan sikap orang tuanya.
"Umur boleh tua, tapi jiwa harus tetap muda." Ucap Ayah dan Abi bersamaan. Mereka pun tertawa bersama terkecuali Arsyi tentunya.
"Udah Bunda mau pergi dulu." Pamit Bunda.
"Hati-hati, Bunda, Ummi, Abi, Ayah."
"Iya, kalian tidak usah ikut kedepan, kita bisa sendiri kok." Uap Ayah..
"Yakin?" Tanya Arsyi memasikan.
"Iya."
"Yaudah, hati-hati." Arsyi pun cium punggung tangan mereka dan diikuti oleh Bilal.
Setelah mereka menghilang dari ruang keluarga, Arsyi menatap tiket yang berada di meja. Ia bnar-benar tak habis pikir kepada orang tuanya yang tiba-tiba membeli tiket untuknya dan suainya pergi liburan.
"Mas, kamu sudah tau ini dari awal, ya?" Tanya Arsyi yang merasa curiga bahwa Billal sama sekali tidak terkejut tentang tiket ini.
"Iya, Ummi sudah ngasih tau."
"Kapan? Kok aku nggak tau."
"Semalem, tapi kamu sudah tidur."
"Oalah. Kak, terus ini jadinya gimana?"
"Yaudah berangkat aja."
"Masalah diperusahaan kamu gimana?"
"Bisa jarak jauh, kok. Masalahnya udah nggak sebesar kemarin."
"Huft! Syukurlah."
Mereka pun bersandar pada kursi. Arsyi menatap televisi yang berisikan tentang gosip. Billal pun dengan segera mematikan televisi tersebut.
"Kenap dimatiin?"
"Gosip, tidak baik,"
"Ke kamar saja, beresin baju untuk lusa."
Arsyi pun mengangguk lalu bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamarnya yang berada dilantai dua disusul oleh Billal yang berada dibelakangnya.
***
Instagram: @lovely.cutiezz

KAMU SEDANG MEMBACA
ARSYILA || END
RomansaAdiva Arsyila Savina, gadis yang sering dipanggil dengan sebutan Arsyi itu adalah seorang mahasiswi disalah satu kampus yang cukup terkenal. Arsyi mengikuti segala macam ekstrakurikuler yang diadakan oleh kampus tersebut, salah satunya ada kegiatan...