Happy Reading-!
Hari ini, cuaca sangat buruk. Langit sudah mengeluarkan air yang mengalir dengan sangat deras membuat Arsyi terjebak di halte bus.
Arsyi menatap jalanan banyak kendaraan yang berlalu lalang dengan kecepatan yang lambat. Tentu saja, kalau kecepatan diatas rata-rata itu sama saja ingin menghabiskan nyawanya.
Arsyi mengalihkan pandangannya kearah jembatan yang berada di sebrang halte. Terdapat perempuan yang sedang berdiri disana dengan pakaian yang terlihat kusut.
Arsyi pun mencari sesuatu yang berada di tas nya. Setelah menemukannya, Arsyi langsung membuka payung tersebut dan menghampiri perempuan yang berada di sebrang sana dengan keadaan yang kacau.
Menurutnya, perempuan tersebut sedang mengalami masalah yang membuat perempuan tersebut terlihat kacau.
“TUHAN, APA TIDAK ADA KEBAHAGIAAN UNTUK KU DI DUNIA INI?”
Teriakkan yang terdengar samar itu sampai di telinga Arsyi. Arsyi mempercepat langkahnya untuk ke arah perempuan tersebut.
“TUHAN, KENAPA HARUS AKU?!”
Arsyi terkejut saat melihat perempuan tersebut mulai menaiki pembatas jembatan. Ia dengan cepat berlari ke arahnya.
“Mba,” Arsyi pun menarik tangan perempuan tersebut hingga mereka berdua terjatuh.
Perempuan tersebut pun menoleh ke arah Arsyi. Namun, tidak lama perempuan tersebut pun mengalihkan pandangannya.
“Istighfar, Mba.” Ujar Arsyi.
“Gue capek.” Lirih Perempuan tersebut dengan mengacak rambutnya.
“Mba, istighfar, Mba,”
“Kalau, Mba, capek nggak gini caranya.”
“Terus mau bagaimana lagi? Mereka bilang kalau aku pantas untuk mendapatkan kebahagiaan. Tapi mana?! Sampai sekarang aku belum mendapatkan itu!”
“Apa kebahagiaan tidak ada di dalam skenario yang Tuhan tulis?”
“Astaghfirullah, Mba. Tidak baik berbicara seperti itu. Tuhan maha adil, Mba. Semua orang akan mendapatkan kebahagiaannya masing-masing. Tetapi waktunya saja yang berbeda.”
“Tapi sampai kapan lagi gue harus bertahan?! Gue udah lelah sama semua ujian yang Tuhan berikan untuk gue!”
“Kalau, Mba, lelah istirahat, Mba. Mengakhiri hidup bukan satu satunya cara agar terbebas dari semuanya,”
“Kalau seandainya, Mba, bunuh diri lalu apa semua masalah, Mba, akan selesai? Nggak, Mba. Justru masalah, Mba, akan menambah,”
“Bunuh diri tidak baik, Mba. Itu salah satu larangan dari Allah.” Jelas Arsyi membuat perempuan tersebut menangis.
“Hiks. Gue harus apa? Gue capek.”
“Menangislah, menangis tidak membuatmu lemah.”
Setelah Arsyi mengucapkan kalimat seperti itu, tidak ada yang membuka percakapan. Mereka berdua hanya diam.
Perempuan tersebut menangis sejadi-jadinya, Arsyi pun membawa perempuan tersebut ke dalam pelukannya. Sungguh, sesama perempuan Arsyi ikut merasakan apa yang perempuan itu rasakan.
“Gue capek, gue capek. Sampai kapan penderitaan ini berakhir?” Tanya perempuan tersebut dengan letih.
“Istighfar, Mba.”
Tak lama, Arsyi tak mendengar suara tangisan lagi dari perempuan tersebut. Ia pun menepuk pelan pundak perempuan tersebut.
Saat tidak ada pergerakan dari perempuan tersebut, Arsyi pun langsung melihat wajah perempuan tersebut. Pingsan! Perempuan tersebut pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSYILA || END
RomanceAdiva Arsyila Savina, gadis yang sering dipanggil dengan sebutan Arsyi itu adalah seorang mahasiswi disalah satu kampus yang cukup terkenal. Arsyi mengikuti segala macam ekstrakurikuler yang diadakan oleh kampus tersebut, salah satunya ada kegiatan...