46. Hello, Swiss!

3.4K 207 0
                                    

Happy Reading-!








Sepasang suami istri pun sudah berada di atas langit untuk menuju suatu tempat. Sang istri melihat ke arah luar jendela, ia melihat matahari yang sudah mulai terbit.

Tak henti ia mengucapkan rasa syukur karena melihat keindahan yang tuhan ciptakan.

"Cantik,"

"Iya, cantik banget, ya, Kak."

"Kamu."

Arsyi yang mendengar itu pun terdiam, ia menahan senyumnya dengan pipi yang sudah mulai memerah.

"Hahaha,"

"Kok udah bangun aja?"

"Tidak apa-apa."

Selepas itu, tidak ada yang memulai percakapan. Mereka sama-sama menikmati pemandangan yang berada di depannya itu.

"Eum, kak," Panggil Arsyi.

"Kenapa?"

"Rencananya, Kakak mau punya anak berapa?" Tanya Arsyi dengan hati-hati membuat Billal menatap kearahnya.

"Aku ikut kamu, saja. Kamu yang hamil, yang membawanya selama sembilan bulan, dan kamu yang menyusui. Kamu mau berapa aku ikut."

"Aku, sih, maunya dua aja. Sepasang gitu. Tapi liat nanti Tuhan kasihnya berapa, aja."

"Kalau Tuhan ngasihnya lebih dari yang kamu kira, gimana?"

"Nggak apa-apa, toh, itu pemberian Tuhan. Mana bisa aku nolak?"

Billal yang mendengar jawaban dari Arsyi pun tersenyum lalu mengusap kepala Arsyi dengan lembut. Tak lama, datanglah seorang pramugari yang akan membagikan sarapan untuknya.

"Permisi,"

"Ini untuk sarapannya." Ujar Pramugari tersebut dengan memberikan dua nampan yang berisi makanan berat, makanan ringan serta minum.

"Terima kasih."

Setelah itu, Pramugari tersebut pun langsung pergi dari hadapan Arsyi dan Billal. Sebelum Billal memulai makan, Arsyi pun memberikan tisu basah.

"Kak, lap dulu tangan kamu." Ujar Arsyi dengan memberikan tisu basah.

Billal pun tersenyum menerimanya, "Makasih."

"Sama-sama."

Setelah itu, mereka pun makan dengan tenang. Tidak ada yang memulai percakapan. Entahlah, mungkin mereka kehabisan topik untuk dibahas. Hahaha.






****









Saat ini, Arsyi dan Billal sudah sampai di Swiss. Mereka sedang berada di perjalanan menuju hotel yang sudah dipesan.

"Kak, pemandangannya cantik banget, ya." Kagum Arsyi saat melewati pemandangan yang indah.

"Iya, kayak kamu."

Lagi lagi Billal membuat Arsyi salah tingkah. "Kak, apa, sih."

"Bener, loh. Menurutku, kamu tuh lebih cantik dari pemandangan disini."

"Kak, stop, ya. Ucapan kamu tuh kayak laki-laki buaya tau,"

"Belajar dari siapa, sih?"

"Fari, hahaha."

Arsyi pun ikut tertawa. "Astaga, Kak. Pantesan kayak buaya gitu, kamu aja belajar sama pawang buaya."

"Fari kalo denger kamu ngomong kayak gitu marah, loh."

ARSYILA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang