57. Pregnant!

5.5K 196 0
                                    

Happy Reading-!








Saat ini, Billal dan yang lainnya sudah berada di rumah sakit. Mereka sedang menunggu Arsyi yang sedang diperiksa oleh dokter.

"Billal! Bagaimana Arsyi?" Ujar Bunda yang baru saja datang bersama Ayah dan juga Fadli.

"masih diperiksa, Bun."

"Orang tuamu belum datang?" Tanya Ayah.

"Belum, Yah. Masih di perjalanan, kemungkinan agak lama katanya." Balas Billal

"Memangnya orang tua mu dimana?"

"Mereka di Bandung, Yah. Ke rumah Nenek."

Ayah pun hanya menganggukkan kepalanya. Tak lama, seorang Dokter pun keluar dari ruangan. Dengan cepat Bunda langsung menghampiri Dokter.

"Bagaimana anak saya, Bu?" Tanya Bunda kepada Dokter.

"Anak ibu tidak apa-apa, hanya saja ia kecapekan,"

"Dilihat anak ibu sangat muda, apa sudah menikah?" Tanya Dokter.

"Sudah, Dok,"

"Saya suaminya," Ucap Billal.

Dokter tersebut pun tersenyum dan bernapas lega. "Alhamdulillah, istri bapak tidak apa-apa. Hanya saja, istri bapak butuh istirahat yang cukup. Dan,"

"Dan apa, Dok?"

"Selamat, Pak. Istri bapak, hamil."

Lima kata membuat mereka semuanya terdiam. Billal tidak menyangka bahwa ia akan menjadi seorang Ayah. Kaki Billal terasa lemas, ia pun terjatuh. Bagas yang memang ada di belakangnya langsung memegang bahu Billal dan langsung mengusapnya.

"Kalian sudah boleh masuk. Saya permisi,"

Setelah Dokter meninggalkan mereka, Billal pun langsung berlari ke dalam ruangan tempat Arsyi berada. Di dalam sana, ia melihat Arsyi sudah terbangun. Billal pun langsung memeluk Arsyi dengan erat.

Arsyi yang mendapat perlakuan tersebut pun langsung terkejut. Ia menatap kedua orang tuanya dan teman-temannya dengan tatapan penuh tanda tanya, tetapi mereka hanya tersenyum.

Arsyi merakan bahwa bahunya terasa basah. Billal menangis!

"Mas, kenapa nangis?"

"Jangan buat aku takut, Mas."

Tak lama, Billal pun melepaskan pelukannya. Arsyi langsung menghapus air mata yang masih membasahi pipi suaminya.

"Mas, ada apa? Aku kenapa?"

"Makasih, Syi."

"Makasih untuk apa?"

"Makasih karena sudah memberikan aku keturunan,"

Arsyi terdiam. "M-mas, maksudnya?"

"Kamu hamil."

Arsyi yang mendengar itu langsung memeluk suaminya. Air matanya sudah jatuh membasahi pipinya. Arsyi benar-benar tak percaya kalau ia akan diberikan seorang anak secepat ini.

"M-mas, Arsyi akan menjadi Ibu."

"Makasih, Syi."

"Makasih juga, Mas."








***









Saat ini, Arsyi sudah berada di rumahnya. Sore ini, rumahnya di penuhi dengan dua keluarga dan juga teman-teman Billal.

"Arsyi kenapa bisa masuk rumah sakit?" Tanya Daffa.

Hanya keluarga Daffa dan juga Ulya serta suaminya. Mereka yang mendengar kabar Arsyi masuk rumah sakit langsung datang ke rumah Billal.

"Kayaknya aku tau, ini." Ucap Ulya yang melirik Billal yang sedang mengusap perut Arsyi terus menerus.

"Mas, jangan di usap terus. Kan jadi pada curiga." Bisik Arsyi pada Billal. Billal yang mendengar itu hanya terdiam dan langsung menjauhkan tangannya dari perut Arsyi.

"Arsyi, ada apa?" Tanya Daffa dengan tatapan mata yang tajam.

"Abang matanya biasa saja," Ucap Bunda membuat Daffa menghembuskan napasnya.

"Kamu hamil, ya, Syi?" Tanya Ulya membuat Daffa dan Hanna melirik ke arah perut Arsyi.

"Kak Ulya nggak asik! Kan Arsyi mau buat surprise," Kesal Arsyi.

"Yuadah deh, ulang-ulang. Nanti Kakak pura-pura kaget." Ucap Ulya.

"Sudah nggak seru!"

"Beneran hamil, Syi?" Tanya Hanna.

"Iya,"

"Alhamdulillah, selamat!" Ucap Hanna.

"Makasih, Kak!"

"Nanti anak Kak Ulya, Ima sama aku umurnya nggak terlalu jauh. Yeyy!"

"Iya, nanti mereka bisa itu main bareng."

"Aku jadi ngebayangin bagaimana mereka main bareng sekolah bareng. Hahaha."

Mereka pun menghabiskan waktu dengan bercerita tentang kehamilan dan lain sebagainya. Tak terasa, matahari sudah berganti dengan bulan. Satu persatu dari mereka sudah berpamitan untuk pulang.







***








Malam ini, Arsyi dan Billal sedang berada di balkon kamarnya. Mereka sedang menatap bintang bintang yang berada di langit.

"Mas, nggak nyangka kalau aku akan hamil secepat ini." Ujar Arsyi.

"Alhamdulillah, Syi. Allah mempercayai kita untuk menjaga bayi ini."

"Iya, Mas."

"Syi, jaga kesehatan kamu. Jangan stress, kalau ada masalah bilang sma Mas. Jangan di pendam."

"Iya, Mas. Kamu tenang aja. Insyaallah aku akan jaga anak ini."

"Masuk, yuk. Angin malam nggak bagus untuk kamu."

"Iya,"

Mereka pun memasuki dalam kamar. Mereka langsung merebahkan diri di atas ranjangnya.

"Mas, Arsyi mau nonton drakor."

"Yaudah, nonton aja."

"Berdua sama Mas."

"Iya."

Mereka pun menonton Drama Korea bersama. Billal menemani Arsyi menonton sampai Arsyi bosan ataupun ketiduran.

Hal tersebut sudah menjadi kebiasaan untuk Billal. Menemani Arsyi menonton tetapi dirinya lah yang ketiduran.








***

ARSYILA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang