02. Tetangga baru

6.8K 405 0
                                    

Happy reading

Hari ini Arsyi sedang libur kuliah. Dikarenakan dosen yang mendadak punya kegiatan penting. Saat ini, Arsyi baru saja turun dari kamarnya. Ia akan membantu Bunda nya yang sedang membersihkan rumah.

"Pagi bunda." Sapa Arsyi.

"Pagi." Ucap Bunda yang sedang menyapu.

"Arsyi mau nyiram tanaman dulu." Ucap Arsyi.

"Iya." Balas Bunda.

Arsyi pun langsung berjalan kearah taman yang ada didepan rumahnya. Saat keluar rumah, terdapat sebuah mobil yang sedang mengangkut barang barang rumah didepan rumahnya.

Oh, mungkin itu pemilik rumah yang ada didepan rumahnya, pikir Arsyi.

Arsyi pun langsung saja menyalakan air nya dan kemudia ia menyiramkan ke bunga bunga. Tak lama, datanglah Bunda yang akan membuang sampah.

“Sudah ada pemiliknya saja itu rumah.” Celetuk Bunda yang menghampiri Arsyi.

“Iya, Bunda.”

“Kira-kira mereka punya anak laki-laki yang seumuran sama kamu nggak ya.”

“Memangnya kenapa?”

“Siapa tau bisa jadi jodoh kamu, Syi.” Ucap Bunda dengan enteng.

Arsyi pun terkejut mendengar ucapan Bunda. “Astagfirullah, Bunda.”

“Loh, kenapa kamu istigfar?”

“Ya, Bunda, juga jangan ngadi-ngadi deh. Arsyi masih mau kuliah dulu sampai selesai.”

“Kalau jodoh sudah di depan mata, untuk apa menghindar? Bukannya lebih baik di segerakan?”

“Iya.” Ucap Arsyi yang mengalah.

“Permisi, Bu.” Ucap seseorang yang melewati dirinya dan Bunda.

“Iya. Nak, sebentar mau nanya.” Ucap Bunda.

Sedangkan Arsyi kembali melanjutkan menyiram tanaman tanpa memperdulikan Bunda dan seseorang tersebut.

“Iya, kenapa, Bu?”

“Kamu yang pindahan di situ, ya?” Tanya Bunda.

“Oh, bukan saya. Tapi teman saya, saya mah cuma bantu-bantu aja.” Ucap seseorang tersebut.

“Oh gitu, yasudah terima kasih ya.”

“Iya, Bu.”

“Syi!” Panggil Bunda setelah seseorang itu pergi.

“Ada apa lagi, Bunda?” Tanya Arsyi.

“Syi, apa mungkin keluarga tersebut punya anak laki-laki seumuran kamu, ya? Soalnya temannya kelihatan seumuran kamu.”

“Bunda, masih saja dibahas itu. Arsyi nggak tau.”

“Kamu ini. Bunda kan cuma mau nyari jodoh buat kamu.”

“Iya, Ibunda ku yang tersayang.”

“Ada apa ini.” Ucap Ayah yang baru saja keluar dari rumah.

“Tidak, cuma lagi bahas calon suami—”

“Tidak, itu Bunda saja yang bahas. Arsyi tidak ikut membahasnya.” Sela Arsyi.

“Bunda mu ini ingin cepat-cepat mempunyai cucu darimu, maklumi saja,” Ucap Ayah membuat Bunda senang karena merasa dirinya telah dibela.

“Tapi, ada benar nya juga kalau Arsyi  masih butuh banyak belajar. Tapi kalau jodoh sudah di depan mata, bukannya langsung disegerakan?” Lanjut Ayah.

“Tuh, benar kan sama apa yang bunda omongin?” Ucap Bunda.

“Kok jadi pada pojokin Arsyi?”

“Enggak ada yang pojokin kamu, Arsyi. Ayah cuma ngasih nasehat.” Ucap Ayah.

“Iya, Ayah.”

“Ayah mau ke depan dulu, mau ikut nggak?” Tanya Ayah.

“Ikut!” Ucap Bunda bersemangat.

“Arsyi nitip bubur saja.” Ucap Arsyi.

“Yaudah, hati hati dirumah.”

“Iya.”

Ayah pun mengeluarkan sepeda motornya dan langsung segera memanaskannya. Setelah itu, Bunda pun segera menaiki motor.

“Jangan lupa cuci piring, Syi, Bunda lupa mau nyuci piring.” Ucap Bunda.

“Iya, Bunda, iya.”

“Dadah, Arsyi.” Ucap Bunda mengeledek saat Ayah menancapkan gas nya.

“Bunda sudah merusak pagi hariku.” Celetuk Arsyi pelan.

Arsyi pun kembali menyirami tanaman sambil bersenandung kecil. Bermain dengan Bunga-bunga membuat mood nya kembali seperti semula.

“Permisi.” Ucap Seorang perempuan.

“Iya, ada apa?” Tanya Arsyi.

“Kak, maaf. Punya tangga nggak ya?” Ucap perempuan tersebut.

“Tangga, ya? Oh, itu disitu. Ayok aku anterin.” Ucap Arsyi. Arsyi pun membuka gerbang membiarkan perempuan tersebut masuk.

“Kamu mau bawa tangga? Berat loh, suruh yang laki-laki saja.” Ucap Arsyi.

“Sebentar, kak.”

“Mas Fari!” Panggil perempuan tersebut. Arsyi terkejut saat melihat yang perempuan itu panggil.

“Iya, kenapa?” Tanya laki-laki tersebut yang diketahui bernama Fari.

“Tadi A' Ilal minta pinjam tangga, Mas Fari bantuin bawa ke rumah, ya.” Ucap Perempuan tersebut.

“Eh? Kayaknya gue pernah liat lo, tapi dimana, ya.” Ucap Fari sambil menoleh kearah Arsyi.

“Hhehe, Arsyila, kak.” Ucap Arsyi.

“Oh, iya iya gue inget. Jurusan Ilkom kan?” Tanya Fari.

“Iya, kak.”

“Ayok, Aku anterin ambil tangga.” Ucap Arsyi.

Mereka pun berjalan kearah tempat penyimpanan barang-barang. Setelah itu, Fari pun mengambil tangga nya.

“Pinjam dulu, ya, kak.” Ucap Perempuan tersebut.

“Iya, pakai saja dulu.” Ucap Arsyi.

Mereka berdua pun langsung keluar dari halaman rumah Arsyi. Setelah itu, Arsyi pun langsung masuk ke rumahnya karena ia ingin mencuci piring.

Setelah mencuci piring, ia kembali ke kamarnya. Badannya sudah terasa lengket dan ia membutuhkan mandi.

***

ARSYILA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang