32. Preman Pasar

2.9K 202 0
                                    

Happy reading-!

Hari ini, Arsyi sedang berada di rumah Daffa, karena Abangnya itu yang baru saja pulang dari luar negeri. Saat ini, Arsyi sedang bermain bersama Raziq dan juga Malika.

"Abang denger-denger kamu di khitbah, Syi." Ujar Daffa membuat Arsyi memutar bola matanya malas.

"Sama siapa tuh, Syi?"

"Abang kalau udah tau nggak usah nanya lagi." Ucap Arsyi malas membuat Daffa tertawa.

"Kok bisa sih, Billal yang cueknya minta ampun tertarik sama kamu."

"Ya bisa lah."

"Mas, sudah. Jangan membuat adikmu kesal." Ujar Hanna.

"Tuh, dengerin istri Abang."

Saat Daffa ingin membalas ucapan Arsyi, tetapi sang istri sudah menahannya terlebih dahulu. Kalau diteruskan bisa-bisa Arsyi menangis karena kesal dengan Daffa.

"Syi, kamu mau ikut Kakak ke pasar nggak?" Tanya Hanna kepada Arsyi yang sedang bermain bersama Razid dan juga Malika.

"Boleh deh."

"Mas, aku ke pasar dulu. Kamu jagain Raziq sama Malika. Kalau Malika mau susu ada di dapur." Ucap Hanna kepada Daffa.

"Iya, Istriku." Ucap Daffa dengan mencium pipi Hanna dan hal itu tentu saja dilihat oleh Arsyi.

"Mas! Ada Arsyi!"

"Cih. Sok romantis Bang Daffa." Celetuk Arsyi.

"Iri? Makanya cepat nikah."

"Udah yuk, Kak, disini ada orang gila." Ucap Arsyi lalu menarik tangan Hanna dan berjalan mejauhi Daffa.

"Dasar adik laknat!"

****


Sekarang, Arsyi dan juga Hanna sudah berada di pasar. Saat ini, mereka sedang memilih sayuran yang akan mereka beli.

"Kamu kapan mempersiapkan pernikahan, Syi?" Tanya Hanna.

"Lusa aku fitting baju, Kak."

"Oh gitu."

"Eum, Kak."

"Kenapa?"

"Nikah enak nggak, Kak?"

"Kenapa kamu nanya kayak gitu?"

"Ngak apa-apa, sih, aku cuma takut aja."

"Takut apa?"

"Nggak tau."

"Ngga ada yang harus ditakuti, Syi. Semua akan berjalan baik-baik aja asal kalian saling mempercayai satu sama lain,"

"Kalau kalian tidak mempercayai satu sama lain, bagaimana hubungan kalian akan berjalan sampai ajal menjemput kalian? Jangan takut, ada Allah yang selalu bersama kalian."

"Makasih, Kak."

"Santai aja, Syi,"

"Syi, tolong beliin Ayam dua ekor, ya. Kakak mau ke sana dulu." Ujar Hanna dengan menunjuk kearah yang ingin ia datangi. Arsyi pun mengangguk dan langsung berjalan menuju tempat ayam.

"Bang, mau Ayam dua ekor, ya."

"Siap, neng!"

Arsyi pun menunggu dengan memainkan ponselnya. Namun, tiba-tiba dua preman mendatangi dirinya. Arsyi beristighfar di dalam hati.

"Halo Adik manis." Goda salah satu preman dengan berbadan kurus itu dengan mencolek dagu Arsyi. Namun, dengan cepat Arsyi menghindar.

"Adik manis, kenapa diam saja?" Tanya teman preman itu yang berbadan berisi.

"Bisu, ya?" Sambung preman yang berbadan kurus.

"Maaf, Mas." Ucap Arsyi saat lagi-lagi salah satu preman tersebut ingin mencolek dirinya.

"Nggak bisu ternyata."

"Ada apa?" Tanya Arsyi dengan raut wajah yang ketakutan.

"Nggak usah takut gitu muka nya." Ucap preman berbadan besar.

"Maaf, permisi." Ujar Arsyi yang ingin berjalan melewati mereka.

"Sabar dulu dong, Adik manis." Tahan preman yang berbadan kecil dengan memegang tangan Arsyi. Namun, dengan cepat Arsyi melepaskannya.

"Maaf, bukan mahram,"

"Permisi." Ucap Arsyi yang ingin pergi meninggalkan mereka.

"Kalian maunya apa, ya?" Tanya Arsyi dengan sedikit emosi.

"Kita mau... tubuh kamu."

"Maaf, yang berhak cuma suami saya." Ucap Arsyi dengan lantang.

"Halah. Nggak usah sok deh, nanti juga keenakan sama kita. Ya nggak?"

"Yoi lah."

"Jaga bicara kalian!" Ucap Arsyi dengan nada yang yang kencang membuat mereka menjadi bahan tontonan. Namun, tidak ada yang berani membantu karena kedua preman tersebut adalah preman yang paling ditakuti di pasar tersebut.

"Wah, sudah mulai berani,"

"Langsung bawa markas!" Ujar preman berbadan besar. Preman yang berbadan kecil itu pun mengangguk dan langsung menyeret tangan Arsyi dengan kasar.

"Lepas! Lepasin!" Arsyi dengan sekuat tenaga mencoba untuk berontak. Namun, nihil, kekuatannya kalah dengan pria tersebut.

"Arsyi!" Panggil Hanna dengan raut wajah yang khawatir.

Hanna pun menghampiri Arsyi yang sedang dipegang oleh preman tersebut. Dengan cepat ia menggigit tangan preman tersebut membuat lepasannya menjadi kendur.

Namun, preman berbadan besar pun dengan cepat menahan Arsyi dan mendorong Hanna hingga tersungkur ke tanah.

"Kak Hanna!" Arsyi pun terkejut saat Hanna jatuh tersungkur ke tanah. Ia dengan cepat menggelengkan kepalanya tanda jangan bergerak.

"Pegang wanita itu!" Perintah preman berbadan besar. Preman yang berbadan kecil itu pun langsung memegang Hanna dengan kencang.

"Lepas! Tolong!"

"Percuma lo minta tolong. Mereka nggak akan membantu lo berdua."

Bugh.. Bugh... Bugh... Bughh

Kedua preman itu pun jatuh tersungkur ke tanah. Hanna dan Arsyi pun sudah bebas dari kdua preman tersebut. Arsyi menghampiri Hanna dan memeluknya.

"Maaf." Ucap Hanna.

"Nggak perlu minta maaf, Kak."

"Kalian nggak apa-apa?"

****

ARSYILA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang