36. Taman Bermain

2.9K 190 0
                                    

Happy Reading-!

Hari ini, keluarga Arsyi berkumpul di rumah Ulya. Mereka melepaskan kerinduannya karena sudah lama mereka tidak bertemu.

"Aunty, ayo kita main disana!" Ajak Raziq kepada Arsyi dengan menunjuk kearah tempat bermain Raziq.

"Uncle, mau ice cream." Ucap Malika kepada Fadli.

"Ayok. Ajak abangmu juga."Ucap Fadli.

"Aziq! Mau ice cream tidak?" Tanya Malika kepada Raziq yang tengah bermain bersama Arsyi.

"Mau!" Raziq pun langsung berlari ke arah Malika dan juga Fadli.

Arsyi pun kembali duduk disamping Bundanya. Ia membuka ponselnya sebentar untuk mengecek sesuatu.

"Arsyi, jadi progresnya sudah sampai mana?" Tanya Ulya.

"Mau pakai Wedding Organizer atau enggak, Syi?" Tanya Ardi.

"Arsyi mau pakai, karena kalau tidak pakai WO kita pasti akan kesusahan. Tapi Arsyi masih bingung mau pakai WO yang mana, soalnya ada dua WO yang Arsyi suka. Kalau progresnya sih Arsyi sudah melakukan fitting baju." Balas Arsyi.

"Diskusi aja dulu sama Billal mau pakai WO yang mana." Ucap Daffa membuat Arsyi menganggukkan kepalanya.

"Apa yang belum disiapkan, Syi?" Tanya Hanna.

"Makanan, sih."

"Itu nggak langsung dari WO nya?" Tanya Hanna.

"Bisa. Tapi Arsyi ingin dari luar aja." Ucap Arsyi.

"Apa nggak ribet, dek?" Tanya Ulya.

"Ribet, sih. Tapi Arsyi mau Indonesian Food, lebih Indonesia. Kaya ada Gudeg dan lain-lain. Tapi mungkin juga ada sih beberapa yang makanan dari luar gitu." Balas Arsyi.

"Kalian sudah cari?" Tanya Ulya.

"Umi sama Bunda yang nyari, Kak." Ujar Bunda.

"Oh gitu."

"Oh ya, Bunda punya usul. Bagaimana kalau nanti kita jalan-jalan? Bosen banget kalau kayak gini-gini aja." Usul Bunda.

"Memangnya mau kemana?" Tanya Ayah.

"Enaknya kemana, ya?"

"Bagaimana kalau kita ke taman bermain aja? Kan enak tuh anak-anak bisa bermain juga." Usul Ardi.

"Nah! Boleh tuh."

"Mau berangkat jam berapa, nih?" Tanya Bagas.

"Habis Dzuhur aja. Kalau sekarang tangung dikit lagi sudah Adzan." Ucap Ayah.

"Eits. Mau kemana nih? Kok Fadli nggak tau." Ucap Fadli yang baru saja datang bersama Raziq dan juga Malika.

"Jalan-jalan, kamu di rumah aja jagain Raziq sama Malika." Ucap Hanna sembari menepuk punggung Fadli.

"Suka bercanda Ibu satu ini." Ucap Fadli.

"Hahaha, kita mau jalan-jalan." Ucap Hanna dengan sedikit tertawa.

"Wah, kemana tuh?" Tanya Fadli.

"Nanti juga kamu tau." Ucap Daffa.

***

Saat ini, mereka sudah berada ditaman bermain. Mereka pun langsung mencari tempat duduk dibawah pohon yang rindang.

"Bunda! Aziq mau main perosotan." Ucap Raziq kepada Hanna dengan menunjuk kearah perosotan.

"Bunda! Ika mau main ayunan." Ucap Malika.

"Iya. Tapi inget, Raziq harus jaga Malika. Ngerti?" Ucap Hanna kepada Raziq dan juga Malika.

"Iya, Bunda." Raziq pun langsung berlari menuju ayunan dan perosotan bersama Malika.

"Arsyi dikit lagi mau nikah, kamu kapan, Fad?" Ledek Ulya kepada Fadli.

"Kak, masih lama tau." Fadli memutar bola matanya malas mendengar ledekkan dari sang kakak.

"Nggak mau nikah muda aja, Fad?" Tanya Ulya.

"Kak, aku aja belum ada penghasilan nanti gimana aku bisa ngasih makan keluargaku? Batu?" Balas Fadli malas.

"Iya, sih. Tunggu jadi CEO dulu, ya, baru nikah."

"CEO dari mana coba."

"Aamiin aja dulu, Fad."

"Aamiin."

"Kak." Panggil Fadli kepada Arsyi.

"Hm."

"Kak!"

"Apa sih, Fad?"

"Itu bukannya temen Kakak?" Tanya Fadli sembari menunjuk kearah seseorang yang memakai pakaian berwarna hitam.

"Mana, sih, Fad?"

"Itu loh, Kak?" Ucap Fadli sembari menunjuk kearah perempuan yang sedang berduduk diam dan melihat kearah langit.

Arsyi diam dan langsung bangkit dari duduknya, ia menghampiri perempuan tersebut. Sesampainya dihadapan perempuan itu, Arsyi langsung duduk disampingnya.

"Kak Adel?" Panggil Arsyi membuat perempuan tersebut menatapnya.

"Eh? Elo, Syi."

"Kenapa, Kak?" Tanya Arsyi.

"Gue nggak apa-apa, kok."

"Kok lo disini? Ngapain, Syi?" Tanya Adel.

"Jalan-jalan sama keluarga aja, Kak." Ucap Arsyi sembari menunjuk keluarganya yang sedang tertawa.

Arsyi menatap Adel yang hanya terdiam sembari menatap keluarganya. Arsyi mengelus pelas tangan Adel membuat Adel menatapnya.

"Kenapa, Kak?" Tanya Arsyi.

"Gue nggak apa-apa."

"Kak, mulut bisa berkata nggak apa-apa. Tapi hati kakak nggak bisa berbohong,"

"Jangan dipendam terus, Kak. Suatu saat perasaan itu akan menjadi bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Bicara, Kak, jangan berbohong sama diri sendiri."

"Syi, kemarin gue kehilangan pacar gue. Sekarang? Sekarang gue kehilangan Mama gue, Syi." Ucap Adel dengan air mata yang sudah mengalir dengan deras.

"Kak,"

"Syi, kenapa lagi-lagi tuhan harus mengambil orang-orang yang gue sayang? Sekarang gue sudah nggak punya siapa-siapa lagi. Gue sendirian sekarang."

"Kak, kakak nggak sendiri disini ada aku. Kakak bisa kerumah aku kapan aja, kakak jangan merasa sendiri."

"Syi, kenapa haru mereka? Kenapa nggak gue aja?"

"Tuhan lebih sayang sama Mama Kakak. Kakak nggak boleh seperti ini, Mama Kakak juga mau Kakak bahagia disini,"

"Anggap aku keluarga kamu, Kak."

"Syi, kenapa lo baik banget sama gue?"

"Entah, mungkin aku dikirim Tuhan untuk menjadi pengganti Mama Kakak."

"Makasih, Syi."

"Nggak usah bilang makasih, Kak,"

"Kita ke keluarga aku, yuk."

"Enggak deh, Syi."

"Nggak apa-apa, Kak. Mereka nggak galak, kok."

Arsyi pun langsung menarik tangan Adel untuk mengikutinya menuju keluarganya.

"Halo." Ucap Arsyi.

"Habis dari mana aja kamu?" Tanya Ulya.

"Loh, ini kan Adel yang pernah kerumah, kan?" Tanya Bunda saat melihat Adel yang berada disamping Arsyi.

"Hehehe, iya, Tan." Ucap Adel lalu mencium punggung tangan Bunda, Ulya dan juga Hanna.

"Gimana kondisi kamu sekarang?" Tanya Bunda.

"Alhamdulillah, sudah membaik."

"Alhamdulillah."

***

ARSYILA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang