52. Ngumpul bersama

2.7K 159 0
                                    

Happy Reading-!



Hari ini Arsyi dan Billal berencana untuk pergi ke rumah Bunda. Tetapi mereka urungkan niat tersebut karena Bunda yang datang ke rumah. Tidak hanya Bunda dan Ayah saja, ada Umi dan Abi juga, keluarga Daffa dan keluarga Billal, tentunya juga ada Fadli.

"Baru tadi Arsyi mau ke rumah," Ucap Arsyi kepada Bunda dan Ayah.

"Sengaja." Balas Bunda membuat Arsyi memutar bola matanya malas.

"Bagaimana selama di sana? Betah?" Tanya Umi kepada Arsyi dan Billal.

"Alhamdulillah, Betah." Balas Billal.

"Betah, Mi. Arsyi rasanya mau menetap di sana saja, hahaha." Balas Arsyi.

"Wah, sepertinya kamu harus mengambil rumah di Swiss, Lal." Ujar Abi dengan nada terkekeh.

"Jangan, deh, Bi. Mahal banget, mending duitnya ditabung buat masa depan nanti," Ucap Arsyi.

"Oh, ya. Fadli tolong ambil pesanan Kakak dong, kurirnya sudah di depan, kok." Ucap Arsyi kepada Fadli yang tengah bermain bersama Raziq.

"Ayok, Raziq, kita ambilin pesanannya Tante." Ucap Fadli kepada Raziq. Raziq pun dibawa ke gendongan Fadli.

Arsyi yang mendengar itu melebarkan matanya, tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa karena sekarang banyak yang melihatnya.

"Kalau mau marah, marah saja, Syi. Hahaha." Ledek Ulya saat melihat muka adiknya itu menahan kesalnya.

"Enggak marah,"

"Itu kapan lahiran, Kak?" Tanya Arsyi dengan melirik perut Ulya yang sudah membesar.

"Insyaallah, sih, dua minggu lagi. Tapi kata Dokter bisa cepat karena kepala bayinya sudah di bawah," Jelas Ulya.

"Kamu kapan?" Tanya Ulya.

"Doakan saja lah, Kak." Balas Arsyi.

"Semoga cepat, ya."

"Aamiin.,"

"KAK! KENAPA INI BELUM DIBAYAR?!" Ucap Fadli yang baru saja memasuki rumah dengan suara yang menggelegar.

Arsyi menepuk dahinya, "Astaghfirullah, Arsyi lupa!"

"Kenapa nggak langsung di bayar online saja?" Tanya Billal.

"Saldo Arsyi habis, Mas, belum sempat isi,"

"Bagaimana, sih, kok bisa sampai nggak di isiin?" Ucap Umi.

"Suami mu nggak ngasih uang, ya, Syi." Tanya Abi.

"Kemarin baru Arsyi pakai, Mi, makanya habis."

"Mas Billal ngasih uang kok, Bi. Bahkan masih ada uangnya, hahaha." Ucap Arsyi.

"Alhamdulillah, kirain nggak di kasih."

"Hehehe,"

"Mas, bayarin, ya." Ujar Arsyi kepada suaminya.

"Berapa?" Tanya Billal kepada Fadli dengan mengeluarkan dompetnya.

"Dua ratus, Bang."

"Heh! Morotin suami Kakak. Seratus doang, Mas." Ucap Arsyi.

"Lumayan buat jajan, Kak." Ujar Fadli.

"Fadli, nggak boleh begitu." Ucap Ayah memperingati Fadli.

Billal pun memberikan selembar uang berwarna merah dan biru ke arah Fadli.

"Mas, kan cuma seratus kenapa jadi seratus lima puluh?"

"Nggak apa-apa, buat jajan."

"Aku mana?" Arsyi pun menadangkan tangannya kearah Billal.

"Kamu nanti saja," Billal pun mengusap kepala Arsyi dengan lembut.

"Romantisnya nanti saja, ya, Buk. Di sini lagi banyak orang loh." Cibir Bunda.

"Ayah, Bunda kayaknya iri deh," Ucap Arsyi kepada Ayahnya dengan melirik sang Bunda.

"Ayah kurang belai Bunda, ya?" Lanjut Arsyi.

"Heh, kalo ngomong!" Ujar Bunda.

"Hahaha."

Mereka pun melanjutkan mengobrol santai. Arsyi yang sudah mulai bosan dengan obrolan tersebut pun memilih untuk menghampiri Ulya, Hanin dan Fadli yang sedang bermain bersama Malika dan Raziq.

Tak terasa, waktu sudah menunjukkan lima sore. Keluarga Arsyi dan orang tua Billal pun memilih untuk pulang ke rumah masing-masing.




***





Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Arsyi tidak bisa tertidur, sedangkan Billal sudah terlelap dalam tidurnya.

"Mas," Panggil Arsyi mencolek tangan suaminya itu.

"Mas,"

"Mas,"

Arsyi sudah memanggil Billal, tetapi Billal benar-benar pulas. Arsyi memilih untuk bangun dan berjalan menuju kursi yang berada di kamarnya.

Tak lama, sang suami yang merasa kalau Arsyi tidak ada di sampingnya pun terbangun dari tidurnya.

"Kenapa, sayang?" Tanya Billal dengan menghampiri Arsyi.

"Mas, Arsyi lapar."

"Loh, tadi sudah makan kan?"

"Iya, tapi Arsyi lapar, Mas."

"Mau makan apa?"

"Nasi goreng."

Billal melirik jam yang berada di di dinding kamarnya, jam sudah menunjukkan sebelas lewat dua puluh. Entah Nasi Goreng yang berada di depan perumahannya ada atau tidak.

"Ma bikinin saja, ya?"

"Iya,"

"Yaudah, kamu tunggu sini. Mas bikinin dulu."

"Mau ikut."

Mereka pun berjalan menuju dapur. Sesampainya di dapur, Billal langsung menyiapkan bahan-bahan untuk membuat Nasi Goreng. Di saat Billal sedang memotong bawang, Arsyi pun memeluk Billal dari belakang. Sungguh ini bukan seperti Arsyi.

"Syi,"

"Apa, Mas?"

"Kamu nggak apa-apa?"

"Nggak apa-apa, kenapa memang?"

"Kamu beda saja."

"Memang iya?"

"Iya. Tapi nggak apa-apa, aku makin suka."

Arsyi yang mendengar itu langsung mencubit perut Arsyi. Arsyi menempelkan kepadnya di badan Billal. Ia mulai memejamkan matanya.

"Mas, kepala Arsyi pusing."

"Tidur saja, nanti kalau sudah matang, Mas, bangunin."

"Maunya sama Mas"

"Mas bikin Nasi Goreng dulu, tadi katanya lapar."

"Sudah nggak lapar, Mas. Mau tidur aja,  ayok."

Billal hanya bisa menghela napasnya saja. Arsyi langsung menarik Billal untuk ke kamar mereka. Sesampainya di dalam kamar, Arsyi langsung tertidur dengan memeluk Billal.


***
I

nstagram : @lovely.cutiezz

ARSYILA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang