56. Masuk Rumah Sakit

3.3K 183 0
                                    

Happy Reading-!






Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh, Arsyi pun baru selesai belajar. Arsyi dan Ima pun berjalan meninggalkan kelas.

“Syi, kamu nggak apa-apa?" Tanya Ima saat melihat wajah Arsyi yang sedikit pucat.

“Nggak apa-apa, kenapa emang?”

“Muka kamu kelihatan pucat,”

“Kecapekan, Ma.”

“Istirahat yang cukup, Syi.”

“Iya, Ima.”

Saat Arsyi dan Ima ingin memasuki kantin, tiba tiba dirinya tertabrak dengan seorang laki-laki yang sedang berlari membuat dirinya terjatuh ke lantai.

“Astaghfirullah,”

“Maaf,” Ucap laki-laki yang menabrak Arsyi.

“BISA NGGAK, SIH, NGGAK USAH LARI-LARIAN?! KAMU KIRA INI KAMPUS PUNYA KAMU BISA SEENAKNYA LARI LARIAN?!” Bentak Ima yang kesal melihat temannya jatuh.

“Ima, udah. Aku nggak apa-apa,” Arsyi sedikit menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan rasa pusing di kepalanya.

“Syi, kamu itu lagi kesakitan, jangan bilang nggak apa-apa terus! Nggak semua hal bisa di nggak apa-apain!”

“Kamu, harus tanggung jawab! Bagaimana kalau Arsyi kenapa-kenapa dan suaminya marah?!” Kesal Ima kepada laki-laki itu.

Sekarang, mereka bertiga menjadi bahan tontonan. Arsyi berusaha untuk menahan Ima agar tidak terus bersuara, tetapi ia tidak berhasil.

“Ma, udah, kita jaid bahan tontonan,”

“Syi, maafin gue, ya? Gue ngga sengaja asli. Gue buru-buru tadi karena dosen panggil gue.” Ucap laki-laki tadi.

“Nggak ap—”

“Itu salah kamu sendiri!”

“Ima,”

“Dika, lo dipanggil dosen, kan? Udah, samperin sana.” Ucap Bagas yang datang bersama Billal dan teman-temannya.

“Bang, Billal, gue minta maaf banget, ya. Gue ngga sengaja,”

“Nggak apa-apa,”

“Gue duluan, Assalamualaikum.”

“Wa'alaikumsallam.”

“PERTUNJUKKANNYA UDAH SELESAI! BUBAR! BUBAR!” Ucap Fari membubarkan mereka.

“BUBAR! BUBAR!” Ujar Jafar.

“Ma, ngga boleh teriak gitu. Ingat, ada anak kamu di perut kamu.” Ucap Bagas kepada Ima.

“Lagian dia nabrak Ima sampai Ima jatuh, aku ngga terima. Ima juga kelihatan sedikit pusing, dia juga udah pucat dari tadi, Mas.”

Bagas pun menoleh kearah Arsyi yang sedang berada di pelukan Billal. Billal yang mendengar itu langsung mengangkat wajah Arsyi agar  menatapnya. Dan, ya! Benar, wajah Arsyi pucat. Bahkan lebih pucat.

“Syi, kamu nggak apa-apa?”

“Arsyi cuma kecapekan aja, Mas.”

“Kurang tidur, Lal?” Tanya Bagas.

“Iya, Bang. Semalam jam dua belas Arsyi bangun, katanya perutnya enggak enak, alhasil dia muntah muntah terus.” Jelas Billal.

Penjelasan Billal membuat Bagas dan Ima saling pandang.

“Udah bawa ke rumah sakit?” Tanya Bagas.

“Belum,”

“Mas,” Panggil Arsyi.

“Kenapa?”

“Arsyi pusing,”

“Kerumah sakit, ya?”

“Enggak, pulang aja, Mas.”

“Iya, ayok pulang.”

Mereka pun berjalan bersama menuju parkiran mobil. Billal terus memeluk Arsyi dari samping.

Arsyi yang di perlakukan seperti itu pun tersenyum menatap Billal, tak lama pandangannya kabur dan Arsyi pun menutup matanya.

“Syi!”

Teriakan Billal membuat mereka menatap Billal. Billal langsung membawa Arsyi ke gendongannya. Mereka pun berlari menuju mobil.

“Ri! Lo bawa mobil gue! Cepat!” Ucap Billal setelah menaruh Arsyi di kursi penumpang. Billal pun melempari kunci kearah Fari.

“Jafar, lo ikut gue.” Ucap Fari kepada Jafar.

Mobil Billal pun langsung menancapkan gasnya. Fari membawa mobil dengan kecepatan diatas rata-rata. Namun, ia tetap berhati-hati.

***

Saat ini, Arsyi sudah berada di rumah sakit. Ia sedang di periksa oleh dokter. Billal dan yang lainnya hanya menunggu di luar.

“Billal! Gimana Arsyi?” Tanya Bunda yang datang bersama Ayah dan juga Fadli.

“Masih di periksa, Bun.”

“Orang tuamu belum datang?” Tanya Ayah.

“Belum, yah. Masih di perjalanan.”

“Kenapa bisa seperti ini?" Tanya Bunda dengan air mata yang mengalir.

“Arsyi tidak apa-apa, percayalah.” Ucap Ayah menenangkan istrinya.

Tak lama, dokter pun keluar dari ruangan tersebut.

“Keluarga pasien?” Tanya dokter.

“Saya Bundanya!” Ucap Bunda.

“Ibu, maaf sebelumnya. Apa anak ibu sudah menikah?” Tanya dokter.

“Sudah, Bu.”

“Saya suaminya.” Ucap Billal.

Dokter tersebut pun menghembuskan napasnya. “Pak, alhamdulilah istri bapak tidak apa-apa. Hanya saja, istri bapak perlu istirahat yang cukup,”

“Dan,”

“Dan apa dok?”

“......”

***

ARSYILA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang