09. Acara

3.5K 256 0
                                    

Pagi ini, Arsyi sudah berada di rumah Billal. Ya, sesuai dengan janji nya bahwa ia akan membantu Billal dan keluaga untuk menjalankan acara syukuran atas rumah yang baru ditempati.

"Nak, sarapan dulu. Biar Ummi yang melanjutkan." ucap Ummi Billal menghampiri Arsyi dan juga Ima yang sedang menyapu lantai.

"Arsyi sudah sarapan di rumah, Ummi." tolak Arysi halus. Ima pun juga ikut mengiyakan.

"Loh, tidak apa-apa. Sarapan lagi saja." ujar Ummi.

"Iya, kak, bareng sama Bilqis dan Bang Billal juga." ucap Bilqis yang menghampirinya diikuti oleh Billal yang berada di belakangnya.

"Tuh, bareng sama mereka kalau kalian malu." ucap Ummi.

"Eh? I-iya Ummi." ucap Arsyi tak enak hati.

"Ayok, kak." ajak Bilqis sambil menarik tangan Arsyi dan juga Ima.

"Qis, jangan ditarik seperti itu." ujar Billal memperingati.

"Eh? iya bang." ucap Bilqis sambil melepaskan genggamannya.

Mereka berempat pun berjalan menuju meja makan. Di meja makan sudah terdapat banyak sekali makanan berat maupun makanan ringan.

"Ini, kak." ujar Bilqis sambil memberikan dua piring kepada Arsyi dan juga Ima.

Arsyi dan juga Ima menerima piring tersebut. Arsyi mulai menaruh nasi secukupnya kedalam piring dan juga lauk pauknya.

"Kakak kalau makan emang segitu porsinya?" tanya Bilqis sambil melihat piring Arsyi.

"Iya, hehehe."

"Beda sama kamu, ya, Qis." ujar Billal.

"Suka suka, dong." balas Bilqis sambil menatap Billal dengan tatapan tajam.

"Kak Ima. Kakak udah punya calon suami?" tanya Bilqis lalu memasukkan makanan kedalam mulutnya.

"Belum. Doa kan saja, hehehe." jawab Ima.

"Loh, Bang Bagas belum ngasih kepastian?" tanya Arsyi.

"Masih proses Ta'aruf, belum tentu kedepanya akan bersama, Syi." jelas Ima.

"Iya juga, sih."

"Oh lagi proses Ta'aruf, toh." ucap Bilqis, Ima pun menganggukan kepalanya tanda mengiyakan

"Kalau Kak Arsyi? Lagi Ta'aruf juga atau udah punya calon suami?" tanya Bilqis.

"Qis, kamu jangan nanya seperti itu." ucap Billal.

"Loh, kenapa?" tanya Bilqis kepada Billal.

"Aku lagi nggak Ta'aruf ataupun punya calon suami, Qis." ucap Arsyi.

"Oh gitu. Ada nggak, laki-laki yang kakak sukai?" tanya Bilqis.

"Ada." jawabnya.

"Siapa?" tanya Bilqis.

"Abangmu." Jawab Arsyi dalam hati.

"Qis, privasi. Kepo boleh, tapi jangan terlalu berlebihan." ujar Billal memperingati.

"Hehehe. Maaf, ya, Kak Arsyi."

"Tidak apa-apa."

***

Hari sudah semakin sore, acara pun sudah selesai setengah jam yang lalu. Namun, dirumah Billal masih ramai dengan saudara-saudara Billal dan juga Bunda Arsyi.

"Bu, ini ada beberapa makanan untuk ibu." ucap Ummi sambil memberikan dua plastik yang berisi makanan kepada Bunda Arsyi.

"Ah, tidak usah repot-repot. Kasih ke anak-anak ini saja, Bu." tolak Bunda.

"Mereka juga sudah ada, Bu, di belakang." 

"Taruh disini saja, dirumah juga tidak ada yang makan, Bu."

"Iya, Ummi. Lagi pula Ummi sudah kasih juga tadi." ucap Arsyi.

"Jadi saya yang enggak enak ini." ucap Ummi.

"Jodohkan saja anakmu dengan anak ku itu." ucap Bunda membuat seluruh yang ada diruangan itu terkejut.

"Bunda apaan, sih, jangan kayak gitu." malu Arsyi.

"Hahaha, bercanda." ucap Bunda sambil tertawa.

"Tapi kalau serius boleh nggak, Bunda?" tanya Bilqis membuat Balqis yang ada disebelahnya menyenggol dirinya.

"Kalau mau serius ya boleh, atuh, masa nggak boleh." jawab Bunda.

"Hahaha, bisa dibicarakan berdua nanti, ya, Bu." ucap Ummi sambil melirik Billal dan juga Arsyi.

"Hahaha, bisa bisa."

"Oh ya, saya pulang duluan, ya." pamit Bunda.

"Loh, cepat sekali." ucap Ummi.

"Iya, mau ke kantor suami juga ini." ucap Bunda.

"Mau ngapain? kan Ayah bentar lagi juga pulang, Bunda." ujar Arsyi.

"Mau pacaran dulu, Bunda, Syi." ucap Bunda membuat semuanya melongo.

"Hahaha, yasudah, puas-puasin ya, Bu. Biar Arsyi sama Fadli saya yang jaga." ucap Ummi.

"Pasti, dong. Titip dua anak ini, ya, kalau bandel siram aja pakai air." ucap Bunda lalu bangkit dari duduknya dan berjalan menuju keluar rumah diikuti oleh Ummi.

"Bunda lo asik, ya, Syi." celetuk Randy-sepupu Billal.

"Asik, sih, tapi kadang juga ngeselin." Bukan, bukan Arsyi yang menjawab melainkan Fadli.

"Kayaknya sebentar lagi ada yang mau ngekhitbah nih." ujar Aji-sepupu Billal.

"Wah, siapa, tuh?" sambung Rara-sepupu Billal.

"Ekhem. Kasih tau, ya, kalau beneran mau ngekhitbah." sambung Nabila.

"Ngapain Billal ngasih tau kalian kalau dia mau ngekhitbah? Kalian nggak penting juga." celetuk Ilham-sepupu Billal.

"Dengerin, tuh." ucap Billal.

"Ilham kalo ngomong nyelekit banget, ya." ujar Aji.

"Kit heart." sedih Nabila.

"Lebay." balas Ilham. 

"Billal, gue pulang duluan, ya." Ucap Farras.

"Cepet banget." ucap Billal.

"Mau jemput istri gue dulu." ucap Farras.

"Loh, kemana istri kakak?" tanya Arsyi.

"Kerumah orang tuanya." balas Farras.

"Oh gitu." 

"Yaudah, hati-hati, bro." ucap Billal.

"Iya, Ummi lo mana?" tanya Farras.

"Masih diluar kayaknya." ucap Billal.

Farras dan Billal pun berjalan keluar rumah. Sedangkan Arsyi sedang dikerumuni dengan sepupu-sepupu Billal. Arsyi sebenarnya bingung ingin membahas apa dengan para sepupu-sepupu Billal, alhasil ia hanya diam saja dan berbicara saat ditanya saja.

"Kakak cantik banget, pakai skincare apa?" tanya Rara.

"Ya sama seperti yang kamu pakai." balas Arsyi.

"Syi, lo mau gue khitbah, nggak?" celetuk Randy.

"Heh, Randy! Gue nggak mau, y, punya abang ipar kayak lo." ucap Fadli sambil mentap Randy dengan tatapan tajam.

"Arsyinya juga belum tentu mau, Fad." ucap Aji.

"Nggak cocok, Bang, lo sama Arsyi yang modelannya kayak bidadari." ucap Nabila.

"Arsyi cocoknya bersanding sama Billal. Bidadari bersanding sama pangeran. Bukan Bidadari bersanding sama buaya kayak lo." ucap Rara.

"Kalian kalau ngomong jahat banget, sedih aku." ucap Randy dengan mimik yang dibuat sedih.

"Drama." celetuk Ilham.

Mereka pun melanjutkan bercerita bercerita, sesekali mereka tertawa akibat Aji dan juga Fari membuat lelucon. Hari ini adalah hari yang menyenangkan bagi mereka. Ditambah, Arsyi jadi mempunyai teman baru.

***

ARSYILA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang