Happy reading-!
"Jika pun Allah harus mematahkan hatimu, itu adalah jalan yang terbaik dari Allah untuk mengantarkanmu kepada seseorang yang lebih baik."
Siang ini, Arsyi baru saja menyelesaikan kelas pertamanya. Saat ini, ia memilih untuk ke kantin untuk mengisi perutnya terlebih dahulu bersama Ima.
"Ima, nitip Mie Ayam, ya, sama Es jeruk." Ucap Arsyi.
"Oke." Balas Ima. Ima pun langsung berjalan untuk memesan makanan mereka berdua.
Saat ini, Arsyi sedang berada di dalam pikirannya. Ia tengah memikirkan seseorang yang selalu muncul dikepalanya. Tak lama, Ima pun datang sambil membawa nampan yang berisi makanan dan minuman.
"Syi." Panggil Ima. Namun, tak ada jawaban dari Arsyi.
"Arsyi." Panggil Ima, lagi.
Arsyi yang melamun pun tak sadar kalau dirinya dipanggil oleh Ima. Ima pun langsung saja menyenggol Arsyi, hl tersebut membuat Arsyi tersadar dari lamunannya.
"Hah? Kenapa?"
"Kamu tuh yang kenapa, dipanggil nggak jawab."
"Hehehe, maaf, ya."
"Kamu tuh kenapa, Syi?"
"Tidak apa-apa."
"Serius? Cerita aja, Syi."
Diam. Arsyi sama sekali tidak menjawab, ia kembali termenung.
"Ima." Ucap Arsyi yang membuka suara.
"Kenapa?"
"Kak Billal sudah dijodohkan, ya?" Tanya Arsyi membuat Ima tersedak makanan yang ia makan.
"Kenapa?"
"Kak Billal sudah dijodohkan, ya?"
"Ekhem. Aku nggak tau, Syi." Ucap Ima membuat Arsyi kembali termenung.
"Aku sebenarnya tau ini dari kemarin, saat di perpustakaan sebenarnya aku ingin kasih tau kamu. Tapi aku nggak berani, Syi," Jelas Ima membuat Arsyi menatap dirinya.
"Tapi, ini masih belum jelas kebenarannya seperti apa. Tunggu Kak Billal menyebarkan undangan saja." Lanjut Ima.
"Aku sudah bertemu calon istri Kak Billal, Ima." Ucap Arsyi lagi lagi mengejutkan Ima.
"Beliau cantik, sholehah, pokoknya sangat pantas untuk bersanding dengan Kak Billal. Nggak kayak aku yang sangat jauh dari kata sholehah, Ma." Ucap Arsyi sambil mengaduk-aduk minumannya.
"Syi-"
"Ima, kenapa sakit sekali, ya, berharap sama manusia." Ucap Arsyi membuat Ima seakan-akan membeku.
"Jika Allah harus mematahkan hatimu, itu adalah jalan yang terbaik dari Allah untuk mengantarkanmu kepada seseorang yang lebih baik." Ucap seseorang membuat mereka menoleh kearah sumber suara.
"Bang Bagas."
Ya, seseorang tersebut adalah Bagas. Bagas yang baru saja datang itu pun langsung duduk disamping Ima.
"Allah cemburu sama kamu, Syi, makanya Allah membuat kamu sakit hati. Dekatkan lagi diri kamu kepada Allah, Syi." Ucap Bagas sambil menatap Arsyi.
"Iya, Bang."
"Galauin siapa, sih?" Tanya Bagas.
"Nggak ada." Balas Arsyi.
"Masa, kok Abang nggak percaya, ya." Ucap Bagas sambil meminum minuman milik Arsyi.
"Iya, abang. Ya kan, Ima?" Balas Arsyi dan juga bertanya kepada Ima.
"Hah? I-iya."
"Tuh. Arsyi nggak galauin siapa-siapa Abang." Ucap Arsyi.
"Iya deh. Oh ya, kamu liat Billal nggak?" Tanya Bagas. Arsyi yang ditanya pun terdiam.
"Syi?" Panggil Bagas sambil menyenggol tubuh Arsyi.
"Hah?"
"Kamu tuh kenapa, sih?" Tanya Bagas yang sudah mulai khawatir.
"Aku nggak apa-apa." Balas Arsyi.
"Yakin?" Tanya Bagas memastikan.
"Yakin, Abang."
"Billal!" Panggil Bagas saat melihat Billal dan teman-temannya memasuki area kantin.
Arsyi yang melihat itu pun lagi lagi terdiam membeku. Tak lama, Billal dan teman-temannya pun menghampirinya.
"Assalam'alaikum."
"Wa'alaikumsallam."
"Kenapa?" Tanya Billa kepada Bagas.
"Bang, aku duluan, ya." Pamit Ima sambil memasukkan ponselnya kedalam tas.
"Loh, kok cepet banget?"
"Masih ada kelas." Jelas Arsyi.
"Oh, yaudah."
"Duluan, Kak." Pamit Arsyi kepada Billal dan teman-temannya.
"Iya."
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsallam."
Arsyi dan Ima pun pergi dari kantin membuat Billal dan teman-temannya karena tidak biasanya mereka berdua bersikap seperti ini.
"Mereka kenapa, Gas?" Tanya Jafar.
"Nggak tau gue, tadi si Arsyi keliatan galauin seseorang." Ucap Bagas.
"Siapa yang Arsyi galauin?" Tanya Fari terkejut.
"Wah, Arsyi lagi suka sama seseorang, nih." Ucap Jafar.
"Oh ya, Lal." Panggil Bagas.
"Hm."
"Lo beneran mau nikah?" Tanya Bagas membuat Billal menatap Bagas.
"Kalo ngomong yang bener." Ucap Billal.
"Tapi gue denger denger sih gitu." Ucap Bagas.
"Billal baru dijodohkan, belum mau menikah." Ucap Fari.
"Nah! Itu, sama siapa, Lal?" Tanya Bagas.
"Anak temen Abi gue." Balas Billal acuh.
"Tapi lo beneran mau, Lal?" Tanya Bagas.
"Nggak." Balas Billal membuat teman-temannya membulatkan matanya.
"Heh! Kalo lo nggak mau kenapa lo bawa dia kerumah lo?" Ucap Jafar membuat Bagas terkejut.
"Udah dibawa ke rumah?!" Ucap Bagas terkejut.
"Disuruh Ummi." Balas Billal.
"Tapi kenapa lo nggak mau, Lal, kan cewek yang di jodohin sama lo itu cantik." Ucap Fari yang bingung dengan Billal.
"Gue nggak butuh cewek cantik, yang gue mau adalah wanita yang masuk dalam kriteria gue." Balas Billal.
"Kriteria lo kayaknya tinggi banget, ya, Lal." Ujar Bagas sambil menatap Billal.
"Lo bilang nggak mau jadiiin wanita itu sebagai pendamping lo, terus lo nggak mau nikah gitu?" Ucap Fari.
"Heh! Cewek kan bukan dia doang, cewek banyak contohnya ada Ima sama Arsyi." Ucap Jafar.
"Ima punya gue!" Ucap Bagas.
"Iya iya."
"Gue mau memperjuangkan wanita yang gue suka."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSYILA || END
RomanceAdiva Arsyila Savina, gadis yang sering dipanggil dengan sebutan Arsyi itu adalah seorang mahasiswi disalah satu kampus yang cukup terkenal. Arsyi mengikuti segala macam ekstrakurikuler yang diadakan oleh kampus tersebut, salah satunya ada kegiatan...