Happy reading!
Hari ini, Arsyi sedang menemani Ima pergi untuk membeli persiapan di pernikahannya nanti.
Setelah berbulan-bulan Bagas tidak memberikan kepastian Ima, satu bulan yang lalu akhirnya Bagas memberikan kepastian. Dan diadakan acara pernikahan tiga hari yang akan datang.
Keluarga Ima dan keluarga Bagas tentu sangat sibuk. Bahkan, keluarga Arsyi juga turut ikut membantu.
Saat ini, Arsyi sedang berasa di salah satu pusat perbelanjaan bersama Ima, Fadli dan juga Ulya.
"Apa aja yang kurang, Ma?" Tanya Ulya kepada Ima.
"Aksesoris, Kak. Ima belum beli." Jawab Ima sembari melihat note ponselnya.
"Aksesoris bukannya di sediakan sama tukang make up nya?" Tanya Ulya.
"Nggak tau deh, Kak. Kayaknya beli aja deh, buat jaga-jaga." Ucap Ima melihat kearah Ulya.
"Yaudah, ayok ke tempat aksesoris."
Mereka pun berjalan kearah tempat aksesoris. Sesampainya ditempat aksesoris, Ima pun langsung mencari aksesori yang cantik.
"Mau yang mana, Ma?" Tanya Arsyi kepada Ima yang sedang memilih aksesoris.
"Nggak tau aku, bagus bagus semua." Jawab Ima.
"Cari yang sesuai sama gaun kamu, Ma. Coba lihat lagi gaun kamu modelnya seperti apa." Saran Ulya membuat Ima langsung segera mengecek gaun nya lewat ponsel.
"Nah, kayak gini, Kak. Kira-kira bagusan yang mana, ya?" Ujar Ima.
Setelah itu, mereka pun lanjut mencari aksesoris yang akan nanti Ima pakai dihari pernikahannya.
Setelah mencari aksesoris, mereka pun mencari barang-barang yang akan dibutuhkan lagi.
"Apa lagi, Ma?" Tanya Arsyi.
"Eum, itu..."
"Apa?" Tanya Arsyi lagi.
"Itu loh...."
"Baju dinas?" Tanya Ulya.
Tepat.
Ima pun mengangguk pelan membuat mereka tertawa. "Mama suruh beli baju itu. Tadinya Ima juga nggak mau beli, tapi dipaksa." Ucapnya.
"Memang harus, Ma." Ucap Ulya.
"Kakak juga gitu, tapi bedanya kalo Kakak si Arsyi yang masukin baju itu kedalam koper Kakak." Ucap Ulya mengingat awal-awal Ulya akan tinggal satu atap bersama sang suami.
"Hahaha."
"Kakak disuruh beli tapi nggak beli, jadi Bunda suruh Arsyi masukin ke dalam koper Kakak." Jelas Arsyi.
"Hahahaha."
"Yaudah, ayok kita beli." Ucap Ulya.
"Kak, kayaknya kita makan dulu deh. Kasihan itu anak Kakak dari tadi dibawa jalan terus." Ucap Ima sambil melihat kearah perut Ulya yang sudah semakin besar.
"Oh iya, nggak terasa, ya. Hahaha." Ucap Ulya sambil tertawa kecil dan mengusap perutnya.
"Kakak ini, nanti kalau kecapekan kan yang di marahin sama suami Kakak kan aku." Ucap Fadli sambil menggandeng tangan Ulya membawanya kearah salah satu restaurant yang terdekat.
"Hahaha, nanti kalau kamu di marahin Kakak belain kok." Ucap Ulya.
"Kak, aku sama Ima pesan makan dulu, ya." Ucap Arsyi kepada Ulya.
"Iya, Syi."
Arsyi dan Ima pun langsung berjalan menuju tempat pemesanan. Sedangkan Fadli dan Ulya hanya duduk saja sesekali mereka mengobrol tentang sekolah Fadli ataupun yang lain.
"Fadli sudah punya orang yang Fadli sukai?" Tanya Ulya kepada Fadli.
"Tidak, Kak. Kuliah baru semester satu masa sudah punya orang yang Fadli sukai." Balas Fadli.
"Kan siapa tau, dik. Tapi kalau ada, kamu langsung sholat istikharah, ya." Ucap Ulya.
"Iya, Kak."
Drtt...Drtt...Drttt
"Tuh suami video call."
"Hahaha, Kakak angkat dulu, ya."
Ulya pun langsung mengangkat panggilan tersebut. Dan langsung terpampang muka suami Ulya dilayar ponselnya.
"Assalamu'alaikum, Sayang." Ucap Ardi dengan senyum yang merekah di bibirnya.
"Wa'alaikumsallam, Sayang," Ucap Ulya dengan senyum yang merekah.
"Kamu sudah makan siang?" Lanjut Ulya.
"Sudah, ini baru selesai makan. Kamu sudah makan?" Tanya Ardi dari seberang sana.
"Ini lagi mau makan. Ima sama Arsyi lagi pesan." Balas Ulya.
"Terus kamu disitu sama siapa? Fadli mana?" Tanya Ardi.
"Disini, Bang, tenang aja istri Abang akan aman sama Fadli." Ucap Fadli yang mendekat kearah Ulya.
"Awas, ya, kalau sampai kenapa kenapa kamu yang Abang cari pertama." Ucap Ardi memberi peringatan kepada Fadli.
"Iya, Bang, iya."
"Nah, itu Ima sama Arsyi sudah sampai." Ucap Ulya sembari membalikkan kamera kearah Ima dan Arsyi yang datang dengan membawa makanan dan minuman.
"Yaudah, kamu makan dulu lanjut nanti telfonnya." Ucap Ardi.
"Iya."
"I love you. Assalamualaikum."
"Love you to. Wa'alaikumsallam."
Tut.
Panggilan pun terputus, Ulya langsung memasukkan ponselnya kedalam tas.
"Romantisnya suami istri ini." Celetuk Fadli.
"Iri? Nikah makanya, dli." Ucap Ulya.
"Nggak iri." Balas Fadli.
"Makan dulu, yuk." Ujar Arsyi yang baru saja selesai menata makanan dan minuman.
"Yuk!" Ucap Ulya lalu membaca doa makan dan langsung melahap makanannya.
"Laper banget ya, Bu?" Tanya Fadli yang terkejut melihat Kakaknya.
"Diem kamu, bawaan bayi." Ucap Ulya.
"Bayi dibawa bawa." Celetuk Fadli.
Setelah itu, mereka pun makan dengan damai. Tak ada yang membuka suara sampai selesai makan.
Setelah selesai makan, mereka pun kembali mencari barang-barang yang akan dibeli.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSYILA || END
RomantikAdiva Arsyila Savina, gadis yang sering dipanggil dengan sebutan Arsyi itu adalah seorang mahasiswi disalah satu kampus yang cukup terkenal. Arsyi mengikuti segala macam ekstrakurikuler yang diadakan oleh kampus tersebut, salah satunya ada kegiatan...