47. Malam hari di Swiss

3.4K 209 0
                                    

Happy Reading-!

















Setelah makan malam, Billal dan Arsyi sedang berada di balkon kamarnya. Mereka sedang menikmati udara yang sangat sejuk dan juga melihat banyaknya lampu-lampu. Memang rumah yang saat ini mereka tinggalkan berada di dataran tinggi.

Arsyi yang sedang memainkan ponselnya pun tiba tiba terlintas dipikirannya untuk menanyakan kemana besok mereka akan pergi.

“Kak, besok kita kemana?”

Billal pun membuka ponselnya dan mengetik sesuatu. “Danau Jenewa, mau?”

Arsyi melihat apa yang ada di ponsel Billal. Di ponsel Billal terdapat foto Danau Jenewa yang sangat indah.

“Mau!”

“Kak, itu cantik banget.”

“Syi,”

“Iya, Kak.”

“Maaf sebelumnya, tolong berhenti panggil aku dengan sebutan itu, ya. Aku suami kamu, bukan Kakak kamu. Nanti orang-orang malah bilang kamu adik aku padahal kita udah menikah.”

“Terus aku panggil kamu apa?”

“Terserah kamu.”

“Nama aja? Nggak sopan. Bang? Oppa? Mas?”

“Nah, yang terakhir aja.”

“Mas? Oke lah.”

“Mas.” Panggil Arsyi kepada Billal.

Billal pun menoleh kearah Arsyi. “Apa?”

“Nggak apa-apa manggil doang,”

“Mas, malam ini mending temenin aku nonton drakor.”

“Di mana?”

“Kasur aja, sekalian tiduran.”

Billal pun mengangguk. Mereka pun langsung saja berjalan kearah kasur. Arsyi mengambil laptop Billal yang berada di meja dan dibawanya ke kasur.

“Mau apa?”

“Kan mau nonton, Mas. Arsyi nggak bawa laptop.”

“Yaudah.”

Arsyi pun langsung menyalakan laptop milih Billal dan langsung membuka aplikasi untuk menonton drakor.

“Kamu mau nonton apa?”

“Kan aku bilang mau nonton drakor, Mas.”

“Maksudnya, judulnya loh.”

“Udah, nanti juga tau. Lagi ramai loh drakor ini.”

Tak lama, drama tersebut sudah di mulai. Selama berjam-jam Billal tetap menemani istrinya itu untuk menonton drakor.

Terkadang Arsyi tertawa akibat pemeran itu melawak dan juga menangis karena adegan yang sangat sedih. Billal yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya saja.

Tiba-tiba saja, ponsel Billal berbunyi dengan sangat nyaring. Ia lupa untuk silent ponselnya. Ia pun segera mengambil ponselnya yang berada di atas meja. Dan langsung mengangkatnya di balkon kamar.

Setengah jam kemudian, Billal pun kembali ke dalam kamar. Ia melihat Arsyi sudah tidak menonton drakor, melainkan memainkan ponselnya.

“Siapa?”

“Dari kantor.”

“Oh.”

Mendengar itu, Arsyi langsung mematikan ponselnya. Arsyi pun langsung membaringkan tidurnya dan menutup matanya.

Billal yang melihat itu hanya bisa menghela napasnya. Ia tau salah, tadi ia berjanji kalau ia tidak akan menerima pekerjaan ataupun telepon yang mengenai kantor.

Billal pun ikut membaringkan diri disamping Arsyi. Ia memeluk Arsyi yang membelakangi tubuhnya.

“Maaf,”

“Ternyata dari tadi sekretaris Mas chat terus katanya ada klien yang terus menerus telepon ke kantor ingin bertemu sama Mas. Tadi Mas juga baru di telepon sama klien tersebut.”

“Tidur, Mas. Udah malam, besok mau jalan-jalan.”

“Dosa loh tidur membelakangi suami.”

“Gimana Arsyi mau menghadapi Mas kalau Mas aja peluk Arsyi dari belakang.”

Setelah Billal melepaskan pelukannya, Arsyi pun menghadap suaminya tersebut.

“Maaf,”

“Nggak apa-apa. Mas kan sibuk.”

“Syi,”

“Nggak apa-apa, Mas.”

“Maaf,”

“Mas, tidur, yu. Arsyi udah ngantuk.”

Diam. Tidak ada yang berbicara, Arsyi pun sudah mulai memejamkan matanya. Sedangkan Billal, ia menatap wajah Arsyi yang begitu mulus. Ia melihat alis Arsyi yang hitam, bulu mata yang lentik, hidung yang sedikit mancung dan bibir yang merah.

Billal dengan sangat amat sadar mencium bibir Arsyi. Arsyi yang memang belum tertidur pulas pun membuka matanya. Arsyi sangat amat terkejut dengan tindakan suaminya itu.

Arsyi mencoba melepaskan ciuman tersebut. Namun, tidak berhasil karena tangan Billal berada di belakang lehernya.

Setelah Billal kehabisan oksigen, Billal pun melepaskan ciuman tersebut.

“Mas! Kamu gila, ya. Mau buat aku mati, hah?!” Tanya Arsyi dengan kesal.

“Maaf,”

“Kamu ini, ya, Mas.”

“Kamu kalau ngantuk tidur aja, Syi. Mas mau ke kamar mandi dulu.”

Sebelum Billal ke kamar mandi, Arsyi dengan cepat mencium bibir Billal membuat Billal terdiam sejenak. Setelah itu, Arsyi membisikkan sesuatu ke telinga Billal.

“Aku tau kamu tidak tahan. Mari buat cucu untuk mereka.”

Setelah itu, biarkan mereka dan Tuhan yang tau apa yang akan terjadi selanjutnya.










****

Instagram: @lovely.cutiezz

ARSYILA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang