Happy Reading-!
Saat ini, rumah Daffa ramai dengan Bagas dan Ima dan juga teman-teman Bagas. Yang tak lain adalah Jafar, Fari, Farras dan juga Hanin. Billal tidak datang karena sedang mengajar di pondok pesantren.
"Awalnya kenapa sampai bisa di datangin preman?" Tanya Bagas.
"Aku lagi diem aja, terus dua preman itu datang." Balas Arsyi.
"Untung saja Farras sama Hanin melihat kalian. Huh, buat jantungan saja." Ucap Daffa dengan rau wajah yang khawatir dan juga menahan kesal.
Yap. Yang menolong Arsyi dan juga Hanna adalah Farras dan Hanin yang dengan kebetulan berada di pasar tersebut.
Kalau bukan karena mereka, Arsyi dan Hanna sudah tidak tau lagi nasibnya akan seperti apa.
"Lagi elo istrinya mau ke pasar malah nggak dianterin." Ucap Bagas kepada Daffa.
"Gue jagain anak gue."
"Jadi lo pentingin anak lo daripada istri lo? Anak nggak ada kalau ngga ada istri, bro." Ucap Bagas.
"Pecat aja, Kak Hanna, jadi suami." Celetuk Fari dengan santai yang membuat bantal melayang ke kepalanya.
"Aduh. Kdrt nih satu om-om." Ucap Fari dengan mengusap kepalanya.
"Makanya kalo ngomong di filter dulu." Ucap Daffa.
"Syi, kamu beneran nggak apa-apa?" Tanya Ima yang berada di sampingnya.
"Nggak apa-apa, Ima." Balas Arsyi.
"Kenapa kamu ngga bilang aku?" Tanya Ima.
"Keduluan Kak Farras, hehehe."
"Kalau ada apa-apa ngomong sama aku." Ucap Ima yang khawatir dengan sahabatnya itu.
Arsyi pun menangkup wajah Ima. "Iya, Ima sayang."
"Si Billal lama, ya." Ucap Jafar.
"Emang kemana Kak Billal?" Tanya Aryi.
"Lagi ngajar di pondok." Balas Jafar. Arsyi pun menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
"Syi, gimana perasaannya abis di khitbah sama Billal?" Tanya Fari dengan wajah yang kepo.
"Bahagia, nggak nyangka, campur aduk deh."
"Nggak nyangkanya gimana?" Tanya Daffa.
"Nggak nyangka aja kalau aku yang akan di khitbah sama Kak Billal. Saat itu, aku pikir Kak Billal akan mengkhitbah wanita lain. Eh ternyata aku." Jelas Arsyi.
"Oh, makanya pas itu lo melamun di kantin karena itu?" Tanya Fari yang mengingat kejadian saat di kantin kampus.
Arsyi pun mengangguk. "Hehehe."
"Katanya, kalau mendekati hari pernikahan tuh cobaannya banyak. Makanya perasaan aku campur aduk." Ucap Arsyi membuat mereka mengangguk mengerti.
"Perbanyak mendekatkan diri, berdoa agar semuanya baik-baik aja." Ucap Daffa.
Ting.. Ting.. Ting...
Bel rumah berbunyi. Daffa selaku pemilik rumah langsung beranjak dari duduknya dan langsung berjalan menuju pintu. Tak lama, Daffa datang dengan menenteng dua totebag besar ditangannya.
"Wah, apa tuh?" Tanya Arsyi dengan mata yang berbinar.
"Makanan." Ucap Daffa membuat Arsyi dengan cepat membuka totebag tersebut.
"Kamu pesan online?" Tanya Hanna saat suaminya itu duduk disebelahnya.
"Bukan."
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsallam."
"Nah, akhirnya lo datang juga." Ucap Bagas.
"Arsyi, kalau ada yang salam tuh dijawab." Ucap Daffa kepada Arsyi yang sedang memakan brownies.
"Wa'alaikumsallam." Ucap Arsyi sembari melihat kearah Daffa.
Uhuk.. Uhuk.. Uhuk...
Arsyi terbatuk saat melihat seeorang yang sedang duduk disamping Daffa. Ia dengan cepat mengambil minum yang ada di meja dan juga tissue untuk mengelap mulutnya.
"Ekhem."
"Nggak usah sok jaim, Syi. Billal udah ngeliat sisi lain dari kamu." Ucap Bagas membuat mereka tertawa.
"Takut dibatalin, ya, nikahnya. Makanya jaim gitu?" Ujar Daffa membuat Arsyi menggeleng dengan cepat.
"Mana ada." Ucap Arsyi lalu bangkit dari duduknya.
"Syi, ini ada Dimsum. Buat aku aja, ya?" Ucap Bagas dengan memegang satu tempat berisi Dimsum. Membuat Arsyi mengurungkan niatnya untuk berjalan.
Tunggu, apa? Dimsum? Arsyi pun langsung menoleh kearah Bagas dan langsung mengambil Dimsum yang ada ditangan Bagas. Setelah itu, Arsyi pun berjalan dengan cepat menuju dapur.
"Haahahaha, calon istri siapa itu lucu amat, ya." Ucap Fari dengan tertawa. Sedetik kemudain ia langsung terdiam. Ia merutuki mulutnya yang berbicara seperti itu. Ia melihat kearah Billal yang sudah menatap dirinya tajam.
"Hehehe, Maaf, nggak sengaja asli." Ucap Fari dengan mengangkat dua jari.
Arsyi pun kembali dengan piring yang sudah ditangannya. Ia pun langsung duduk di samping Ima. Mereka yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya yang melihat Arsyi sangat menjaga sikap di hadapan Billal.
Padahal kalau Arsyi mau bersikap seperti tadi pun Billal tidak akan ilfeel justru malah sebaliknya.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSYILA || END
RomanceAdiva Arsyila Savina, gadis yang sering dipanggil dengan sebutan Arsyi itu adalah seorang mahasiswi disalah satu kampus yang cukup terkenal. Arsyi mengikuti segala macam ekstrakurikuler yang diadakan oleh kampus tersebut, salah satunya ada kegiatan...