55. Pasar sore dan Kecurigaan

2.8K 177 0
                                    

Happy Reading-!







Arsyi meminta sang suami untuk berhenti di pasar sore yang kebetulan mereka lewati. Entah kenapa, rasanya Arsyi sangat ingin makan jajanan yang ada di pasar tersebut.

"Mas, berhenti di pasar itu, ya? Arsyi mau jajan." Ujar Arsyi kepada sang suami.

Billal pun menoleh ke arah Arsyi, "Iya,"

Billal pun memberhentikan mobilnya di pinggir jalan. Setelah itu, Arsyi pun langsung turun dari mobil. Billal yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya dan langsung menyusul istrinya.

Sudah jam mereka berkeliling mencari makanan, mereka pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya yang tertunda.

"Syi, kamu yakin mau habisin jajanan itu semua?" Tanya Billal dengan melirik empat plastik yang ada di pangkuan Arsyi.

"Iya, Mas. Lagian kalau nggak habis kan yang habisin kamu," Ucap Arsyi lalu melahap telur gulung.

Billal hanya bisa menghembuskan napasnya saja. Satu sisi, ia juga bahagia melihat istrinya itu bahagia hanya karena sebuah makanan.

"Mas, kamu belum makan. Mau makan apa?" Tanya Arsyi sembari melihat kearah suaminya.

"Apa saja,"

"Mas, beli di luar aja, ya? Arsyi malas masak."

"Iya,"

Setelah itu, tidak ada percakapan diantara Billal maupun Arsyi. Billal yang sibuk dengan jalanan dan Arsyi yang sibuk makan.




***





Setelah sholat Maghrib, Arsyi memutuskan untuk ke ruang keluarga untuk menonton televisi. Sedangkan suaminya itu lagi membaca Qur'an.

Arsyi pun membuka ponselnya untuk memesankan makanan malam untuk suaminya. Setelah memesankan makanan, ia pun kembali menonton televisi.

"Syi,"

Arsyi pun menoleh ke arah tangga, disana terdapat suaminya dengan kaos hitam dan juga sarungnya. Arsyi memeluk Billal saat Billal sudah berada di sampingnya.

"Kenapa, hm?"

"Arsyi suka wanginya,"

Billal pun tersenyum lalu mengusap kepala istrinya yang berada di dadanya.

"Mas, Arsyi sudah pesan makanan,"

"Iya,"

"Syi, kamu kenapa akhir-akhir ini jadi manja banget? Nggak biasanya kamu kayak gini," Tanya Billal heran dengan perubahan sikap Arsyi.

"Nggak tau aku, Mas. Aku juga heran,"

"Syi, Mas curiga kalau kamu hamil," Ucap Billal membuat Arsyi melepaskan pelukannya.

"Besok sehabis pulang kampus kita ke dokter, ya?"

Arsyi mendengar perkataan tersebut pun langsung terdiam. "M-mas,"

"Jangan takut. Kalaupun kamu tidak hamil, Mas, tidak apa-apa. Itu pertanda kalau kita harus berusaha lagi."

Arsyi hanya menganggukan kepalanya saja. Arsyi pun sudah berpikir seperti itu, tetapi ia hanya takut dengan hasilnya yang akan berbeda dengan ekspektasinya.

Ting.. Ting..Ting..

Bel rumah pun berbunyi, Arsyi langsung tersadar dari lamunannya. Saat ia ingin berdiri, dirinya ditahan oleh Billal.

"Biar, Mas, saja,"

Arsyi pun mengangguk, Billal pun langsung berjalan menuju pintu rumahnya.

Tak lama, Billal pun datang dengan makanan yang berada di tangannya. Arsyi segera membantu membawakan makanan yang ia pesan.

"Mas, kamu makan duluan aja. Arsyi nggak lapar," Ucap Arysi.

"Syi, tadi kamu cuma makan jajanan aja, loh. Makan nasi sedikit, ya?"

Arsyi pun menggelengkan kepalanya, "Mas, perut Arsyi rasanya mau mual, Mas."

"Kenapa?"

"Ngga tau, kayaknya Arsyi masuk angin doang, Mas."

"Yaudah, ke kamar aja."

Arsyi pun mengangguk lalu bengkut dari duduknya dan berjalan menuju kamarnya.

Sesampainya di dalam kamar, Arsyi langsung merebahkan tubuhnya lalu mencoba untuk memejamkan matanya. Tetapi, semakan ia mencoba tidur, Arsyi memikirkan ucapan Billal.

Arsyi pun membuka ponselnya dan mencoba untuk mencari tahu tentang kehamilan.


***

Saat Billal memasuki kamarnya, ia menemukan istrinya sedang tertidur di ranjang kamarnya. Ia mencium dahi istrinya dengan lembut lalu mengusap perut Arsyi dengan lembut.

Billal berdoa supaya Tuhan memberikan ia dan Arsyi kepercayaan untuk menjadi orang tua.

Billal pun membenarkan selimut yang menutupi tubuh Arsyi. Billal berjalan ke arah sofa yang ada di dalam kamarnya, ia langsung membuka laptopnya untuk mengerjakan tugasnya.

ARSYILA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang