41. Resepsi

3.9K 231 0
                                    

Happy Reading-!

Pagi ini, Billal dan Arsyi sudah berada di gedung tempat mereka resepsi. Pagi ini, sudah banyak para tamu undangan yang datang.

“Bro!”

“Gimana malam pertamanya?”

Pertanyaan aneh itu berasal dari Fari. Arsyi yang mendengar pertanyaan itu pun menggaruk keningnya yang tak gatal.

“Nggak gimana-gimana.” Balas Billal.

“Anu nggak?”

“Ri, pertanyaan lo ngaco banget, sih.” Ucap Farras.

“Kepo gue.” Ucap Fari.

“Nikah makanya!” Ujar Jafar membuat Fari menoyor kepalanya.

“Lo kata semudah itu nikah.”

“Mudah, tinggal ke penghulu, ucap Ijab Kabul, udah sah.” Ucap Jafar.

“Terus nanti istri lo mau dikasih makan apa?” Tanya Fari kesal.

“Makan telor.”

“Ngadi-ngadi banget lo.”

“Ras, ajak turun gih.” Ucap Billal kepada Farras yang sudah pusing dengan tingkah kedua temannya.

Farras pun mengangguk, iya pun langsung menggenggam tangan Fari dan juga Jafar dan membawanya turun.

“Arsyi, selamat, ya. Akhirnya nyusul juga.” Ucap Hanna kepada Arsyi.

“Kak Hanna, makasih sudah datang.” Ucap Arsyi.

“Harus dong, hahaha.”

“Makan dulu, Kak. Itu ada Fadli juga.” Ucap Arsyi dan menunjuk kearah Fadli yang sedang mengambil makanan, tak lupa kamera yang berada digenggamannya.

“Iya, sekali lagi selamat ya.”

“Makasih, Kak.”

Setelah Hanna turun, mereka pun lanjut menyalimi para tamu undangan.

“Kak, laper, nggak?” Tanya Arsyi di sela-sela menyalimi tamu undangan.

“Belum, nanti saja.”

Arsyi pun mengangguk. Ia melanjutkan menyalimi tamu undangan yang lainnya.

Senyum Arsyi terus merekah, para lelaki yang melihat itu pun kagum dengan Arsyi. Billal yang melihat itu pun menatap para lelaki yang menatap kagum kepada istrinya dengan tatapan yang sangat tajam.

“Syi, senyumnya biasa saja.” Ucap Billal pelan.

“Kenapa?”

“Lelaki itu melihat kamu terus, aku nggak rela kamu dilihat sama laki-laki lain."

Arsyi pun tersenyum kepada Billal. “Kak, aku juga nggak akan berpaling ke orang lain.”

“Tapi dia liatin kamu terus.”

“Kak, mereka punya mata makanya mereka lihat aku.”

“Terserah kamu.”

Arsyi tersenyum melihat Billal yang terlihat marah. Ia pun mengelus pelan tangan Billal membuat Billal menatapnya.

“Jangan marah.”

“Enggak marah.”

“Haduh pengantin lagi mesra-mesraan.” Ucap Bagas yang datang bersama Ima.

“Apa?”

“Billal, Arsyi. Maaf, ya, kita harus pulang duluan.” Ucap Ima.

“Loh, kenapa?” Tanya Arsyi bingung.

ARSYILA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang