Seisi ruangan mendadak mencekam. Suara tumpukan buku yang di lemparkan secara asal dan suara meja yang seperti sedang di pukul membuat suasana di ruangan tersebut menjadi sedikit menegangkan.
Anna dan Aldi terlihat duduk menundukkan kepala mereka tanpa berani menatap orang di depan mereka ini. Orang yang saat ini menjabat sebagai pimpinan mereka.
Pimpinan mereka ini terlihat sangat marah sekali. Dapat di lihat dari bagaimana caranya dia menatap anggota kerjanya dengan pandangan datar namun penuh amarah.
"Kalian tidak seharusnya membunuh dia!" bentak Pak Rizal.
Suara bentakan beliau membuat mereka berdua sedikit terlonjak kaget hingga memejamkan mata mereka tanpa berani menatap seekor singa yang sedang kelaparan ini.
"Ta-ta-tapi kami sama sekali tidak membunuh dia," ucap Aldi dengan suara bergetar tanpa menoleh.
"Lalu? Bagaimana bisa sebuah lampu yang begitu kuat kaitannya bisa terjatuh menimpahi dia? Angin? Mustahil angin bisa menjatuhkan benda sebesar itu. Jatuh? Pasti ada sebabnya," ucap Pak Rizal.
"Ta-ta-tapi benar. Kami tidak membunuh dia. Bahkan kami sama sekali tidak menyentuhnya," ucap Aldi.
"Jika bukan kalian lalu siapa? Orang lain? Bagaimana mungkin? Di situ hanya ada kalian berdua tidak orang lain," tanya Pak Rizal.
"Megan yang melakukannya," ucap Anna.
"Megan? Gadis yang sudah meninggal itu? Astaga," ucap Pak Rizal mengusap wajahnya dengan kasar lalu memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Iya dia yang melakukannya," ucap Anna.
Atasan mereka itu tertawa kecil menanggapi ucapan Anna lalu menatap mereka satu persatu.
"Megan sudah meninggal 4 bulan yang lalu. Bagaimana dia-- dan kau Anna. Kau baru di sini. Kau tau? Kita butuh dia hidup-hidup bukan jasadnya. Kau juga Aldi. Ceroboh astaga," ucap Pak Rizal.
Mereka berdua hanya berani menunduk tanpa berani menoleh ke arah atasan mereka yang sedang marah. Sesaat kemudian Pak Rizal kembali duduk menghadap mereka berdua.
Dia menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskan nafasnya secara perlahan lalu menatap mereka berdua. "Aku putuskan kalian akan aku skors selama 1 minggu keluar dari kantor ini. Satu minggu. Mengerti?" ucap Pak Rizal.
Aldi dan Anna terlonjak kaget mendengar penuturan Pak Rizal. Mereka berdua langsung menatap atasan mereka dengan pandangan tak percaya.
"Jangan dong Pak. Saya mohon jangan. Itu lama sekali. Bagaimana dengan pekerjaan kami?" ucap Anna.
"Cancel. Kalian tidak perlu datang dan kerja. Aku menarik kalian dari kasus ini sementara sambil menunggu kalian bisa saling introspeksi diri satu sama lain. Aku ingin kalian bisa lebih dewasa menanggapi suatu kasus. Kalian boleh keluar sekarang," ucap Pak Rizal.
Anna langsung berdiri dari kursinya seraya menarik tangan Aldi. "Permisi Pak. Ayo Aldi," ucap Anna.
Anna langsung menarik tangan Aldi untuk segera keluar dari ruangan yang menurutnya sangat panas itu. Sementara yang di tarik hanya mengikuti saja ke mana Anna membawanya.
****
Anna memukul meja kerjanya dengan keras. Dia menyesal tidak bisa mencegah Megan membunuh Dokter Herman waktu itu. Sementara Aldi hanya duduk di mejanya sembari memainkan penanya dengan cara memutar-mutarnya.Sesekali dia melirik Anna yang tampak sangat kesal dan menyesal. Entah kesadaran dari mana senyum tipis terukir di wajah Aldi saat memandang Anna dalam keadaan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO ARE YOU? || END
Mystery / ThrillerIni kisah tentang Annara Verronica Dimitria, seorang gadis yang sempat mengalami koma hingga 8 tahun lamanya karena kecelakaan saat menjalankan tugasnya. Segala keanehan mulai di rasakannya saat dia mampu melihat 'mereka yang tak kasat mata' bahkan...