31. DEVAN, WINDA, TEROR DI RUMAH GALANG

13 1 0
                                    


"Melupakannya memang mudah. Yang tersulit itu melupakan semua kenangannya."
-
-
-

"Gue rindu lo Kak El," batin Bella.

Entah kenapa semua memori ingatan Bella tentang Elvan kembali terbuka hanya karena sebuah lagu. Bukan Elvan yang mengganggu fikiran Bella saat ini. Melainkan semua kenangan yang pernah Bella lalui bersama Elvan semasa Elvan masih hidup dulu.

Elvan yang selalu menguatkan Bella di saat mendengar kabar buruk Devan. Entahlah. Terlalu banyak kenangan membekas di ingatan Bella tentang Elvan. Dia sama sekali tidak menyangka.

Bahwa pertemuannya beberapa tahun silam dengan Elvan merupakan pertemuan terakhirnya sebelum Elvan pergi meninggalkan dirinya untuk selamanya.

Pertemuan terakhir sekaligus pelukan terakhir Elvan untuk Bella. Dan terakhir kalinya dia melihat Elvan tertawa dan tersenyum.

Kepergian Elvan menjadi pukulan hebat untuk Bella dan teman-temannya. Elvan harus meregang nyawa dengan cara yang sangat tragis. Kecelakaan itu merenggut nyawa Elvan dan memisahkannya dari teman-temannya.

"Kak El apa kabar lo di sana? Nggak kerasa ya ini udah hampir 8 tahun lo ninggalin kita semua. Lo baik-baik aja kan di sana? Lo bahagia kan di sana? Maafin gue belum bisa berkunjung ke tempat lo. Gue janji sama lo. Suatu saat nanti gue pasti bakalan ngunjungi lo," batin Bella

"Kak Rasya, Kak Aji, Kak Miko, Kak Farel, Devita, Cellina, Violla, gue rindu kalian semua," batin Bella.

****

Sementara itu di rumah Gavin, tepatnya di kamar Galang. Pria ini terlihat tengah bersantai di atas ranjangnya dengan sebuah laptop di pangkuannya.

Jarinya terlihat aktif di atas keyboard laptopnya tersebut. Kacamata baca di matanya juga setia membantunya mengerjakan tugas.

Ada tugas yang harus di selesaikan oleh Galang malam ini juga. Bukan karena tidak ada hari esok. Pasalnya pekerjaannya ini akan di presentasikannya di depan client yang menjalin kerjasama dengan kantornya.

Sekretarisnya? Bahkan pekerjaan sekretarisnya lebih berat darinya saat ini.

Awalnya suasana kamarnya biasa saja. Suhu AC juga sudah di atur standar olehnya. Namun, lama kelamaan suasana berubah menjadi mencekam. Galang merasa bulu kuduknya berdiri.

Kamarnya berubah menjadi sangat dingin seketika.

"Astaga kok mendadak dingin begini sih? Perasaan suhu AC nya nggak tinggi lah," ucap Galang.

Jantung Galang seakan berhenti berdetak saat tiba-tiba dia mencium wangi semerbak yang baru saja melintas di kamarnya. Pasalnya, Galang mengenali wangi parfum yang baru saja melintas di kamarnya.

"Wangi ini. Kenapa wanginya mirip parfum yang biasa di pake sama Hanna? Astaga," batin Galang.

Dia mengusap pundaknya yang tiba-tiba saja terasa merinding. Entah kenapa aroma parfum tersebut masih terasa lekat di penciuman Galang. Bahkan sepertinya enggan untuk menghilang.

"Ah enggak enggak. Ini nggak mungkin. Hanna udah nggak ada. Nggak mungkin dia hidup lagi. Berhenti berhalusinasi," batin Galang.

Dia memperhatikan sekeliling kamarnya. Sama sekali tidak ada tanda-tanda kehadiran siapa pun di sana. Setelah memastikan semuanya baik-baik saja, Galang kembali menatap monitor laptopnya.

Matanya membulat seketika dengan apa yang di lihatnya saat ini. Sebuah kalimat yang di tulis menggunakan darah.

"LO BANGSAT!"
"LO HARUS MATI!"
"SEPANDAI APA PUN LO BERUSAHA UNTUK MENUTUPINYA SEMUA BAKALAN TERBONGKAR DENGAN SENDIRINYA!!"
"KEBUSUKAN LO BAKALAN SEGERA TERBONGKAR GALANG PUTRA ADHITAMA!!"

WHO ARE YOU? || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang