EPILOG

47 1 0
                                    

2 tahun kemudian..

Sudah 2 tahun semenjak kasus Hanna terungkap. Kini semua sudah kembali seperti semula. Sudah tidak ada lagi teror, tangis dan sakit yang di rasakan.

Anna sudah memilih resign dari pekerjaannya dan lebih memilih untuk melanjutkan semua bisnis yang dimiliki oleh kedua orangtuanya. Biar bagaimana pun juga Anna adalah ahli waris tunggal dari orangtuanya.

Alasan dia untuk resign juga di karenakan dia tidak ingin jika terus-terusan berada di kantor itu akan semakin mengingatkannya tentang Aldi rekan kerjanya.

Kepergian Aldi benar-benar membawa luka mendalam untuk semua teman-temannya termasuk Anna sendiri. Kehilangan Aldi bagaikan sebuah mimpi yang sama sekali tidak pernah di harapkan oleh Anna menjadi kenyataan.

Walaupun sudah berlalu 2 tahun tetap saja Anna masih terus di bayangi oleh sosok Aldi. Orang yang rela mengorbankan nyawanya sendiri demi menyelamatkan dirinya dari tembakan itu.

Jika saja Aldi tidak menghalangi penembak itu mungkin Anna lah yang saat ini menjadi korban dari penembakan itu. Insiden tersebut benar-benar sangat menyisakan luka yang mendalam bagi Anna sendiri. Di mana dengan mata kepalanya sendiri dia melihat Aldi mengorbankan dirinya demi nyawa Anna.

Yang jelas mereka semua benar-benar merasa sangat kehilangan sosok Aldi di antara mereka semuanya.

Ceklek.

Anna tersenyum tipis saat mendapati Gavin, suaminya masih tertidur pulas di bawah selimut. Dia berjalan memasuki kamarnya menghampiri Gavin yang masih tertidur.

Tangannya mengusap lembut rambut hitam milik Gavin sembari tersenyum tipis.

"Capek banget ya sampe nyenyak banget kayak gini tidurnya," ucap Anna.

Dia kembali berjalan menuju tirai balkon kamarnya dan membuka tirai tersebut sehingga membuat Gavin yang tengah tertidur terlihat menggeliat di karenakan cahaya matahari yang menembus dinding kaca pintu tersebut.

Matanya mengerjap mencoba untuk melihat siapa yang telah membangunkan tidurnya pagi ini.

"Good morning sayang," sapa Anna.

Gavin tersenyum tipis dengan wajah bantalnya menatap Anna. "Morning too," balas sapa Gavin dengan suara khas bangun tidurnya.

"Capek banget ya?" Anna berjalan menghampiri Gavin dan duduk menghadap suaminya tersebut sembari tersenyum tipis. "Sampe nyenyak banget gitu tidurnya," ucap Anna.

Pria itu merubah posisinya menjadi duduk lalu mengusap wajahnya dengan kasar. "Iya soalnya tadi malam banyak banget kerjaan," ucap Gavin.

"Jangan terlalu di paksa. Kesehatan kamu juga harus di perhatiin," ucap Anna.

"Iya sayang. Di mana Gavian?" ucap Gavin.

"Udah ada di bawah lagi sarapan sama Mba Susi," ucap Anna.

"Kamu udah sarapan?" tanya Gavin.

"Gimana aku mau sarapan kalau kamu aja baru bangun. Aku nungguin kamu," jawab Anna.

Pria itu tertawa kecil sembari merentangkan kedua tangannya. "Sini peluk. Kangen," ucap Gavin.

"Heh apaan sih kamu. Kayak jarang ketemu aja segala kangen," ucap Anna.

"Morning hug. Please," ucap Gavin dengan nada memelas.

Anna hanya tertawa kecil sembari menggelengkan kepalanya melihat kelakuan suaminya tersebut. Padahal dirinya sendiri sudah menyandang gelar Ayah.

"Ya udah sini," ucap Anna.

WHO ARE YOU? || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang